“Wis menelan ludah dan menggigit bibirnya hingga hampir berdarah. “bagaimana keadaannya?” tanyanya sambil bergegas ke tempat perempuan
muda itu, meninggalkan ibunya yang belum selesai cerita. Ia merasa lemas sebab tidak tahu harus berbuat apa, sebab barangkali si gadis malah
menyukai pemerkosaan itu. Dan ia tak pernah tahu bagaimana menyelesaikan persoalan ini” .Upi baik-baik saja,” sahut Anson yang
mengiringi. Wis memang menemukan gadis itu tertawa-tawa saja di dalam kandang, menyapa dengan riang melihat dia kembali. “bagaimana kalau
dia hamil?” kata Wis dengan getir pada Anson kemudian S, 2013:90.
4.2.4 Rasionalisasi
Menurut Hilgard, dalam Minderop 2011:35, rasionalisasi merupakan sistem pertahanan ego yang memiliki tujuan untuk mengurangi kekecewaan
ketika gagal mencapai suatu tujuan dengan memberikan motif alasan yang dapat diterima atas perilakunya sesuai kenyataan, dengan cara menyalahkan orang lain
atau lingkungannya, rasa suka atau tidak suka, maupun demi kepentingan. Lebih lanjut, untuk mengatasi permasalahannya tersebut, seseorang harus mengganti
motif nyata tersebut digantikan oleh motif pengganti dengan tujuan pembenaran. Dalam novel Saman dapat ditemukan beberapa sistem pertahanan dengan cara
rasionalisasi untuk mengatasi konflik batin yang dialami Saman sebagai tokoh utama.
Sistem pertahanan ego yang dilakukan Saman untuk mengatasi konflik yang terjadi pada kutipan di bawah adalah dengan cara rasionalisasi. Saman
merasa tidak menyukai respon Ibunya yang dipanggil Saman berulang-ulang ketika nyenyak dalam tidur. Saman waktu itu mengalami kejadian yang sangat
berat dan sulit diterima bagi dirinya, sehingga rasa takut pun menghampirinya.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengatasi rasa ketakutan tersebut, Saman memilih jalan menghampiri ayahnya untuk mengadu rasa kecemasannya. Id menuntut ego Saman untuk
meredakan rasa kecemasannya. Namun, superego Saman menekan agar tidak boleh merasa bahwa bapaknya merupakan orang yang paling dihargai daripada
ibunya. Jadi, untuk menyesuaikan antara id dengan superego, akhirnya ego melakukan jalan menghampiri bapaknya sebagai orang yang mampu meredakan
kecemasannya. “Setelah berulang-ulang memanggil tanpa dijawab, Wis beranjak ke luar
kamar. Ibunya tetap tak terusik, seperti arca batu di sebuah candi yang purba. Wis menuruni tangga kayu yang tanpa penerang, mencari ayah di
ruang bawah dengan cemas S, 2013:54.
Sistem pertahanan ego yang dilakukan Saman pada kutipan di bawah adalah sistem rasionalisasi. Saman tidak tega melihat kejadian yang dialami oleh
warga Desa Lubukrantau. Kehidupan dalam bentuk kesusahan dan kemiskinan menjadikan hati Saman menjadi iba. Atas dasar tersebut, id Saman menuntut ego
untuk segera melakukan cara bagaimana agar Saman diberi izin untuk tinggal lebih lama di Desa Lubukrantau. Namun, di satu sisi, superego menekan ego
untuk tidak melakukan cara yang merugikan pihak Gereja. Sebab Saman adalah seorang pastor yang memiliki kewajiban untuk mengembangkan agama Katolik di
Kota Perabumulih. Oleh karena, Saman memilih menyalahkan diri sendiri dengan merasa berdosa apabila hanya berbaring di kasur yang nyaman serta makan
rantangan lezat dibandingkan keluarga Mak Argani yang hanya makan sayuran dan nasi aking saja. Oleh karena, untuk menyesuaikan antara id dengan superego,
ego Saman memutuskan dengan menceritakan alasan yang sebenarnya, bahwa
Universitas Sumatera Utara
hidup ini selain berdoa dan beribadah, tetapi juga membantu dan bekerja antara sesama manusia.
“Saya tahu, kamu punya rencana-rencana untuk memperbaiki keadaan petani di sana. Itu baik. Tetapi melayani dan memelihara iman umat di sini
juga bukan panggilan yang remeh. Wis terdiam. Lalu ia meminta maaf.“saya sama sekali tidak bermaksud menyepelekan pekerjaan gereja.
Saya cuma tak bisa tidur setelah pergi ke dusun itu. Ia ingin mengatakan rasanya berdosa berbaring di kasur yang nyaman dan makan rantangan
lezat yang di masak ibu-ibu umat secara bergiliran. Bahkan rasanya berdosa jika hanya berdoa. Ia tak tahan melihat kemunduran yang menurut
dia dapat diatasi dengan beberapa proposalnya. Dengan agak memelas ia memohon diberi kesempatan melakukan itu S, 2013:84.
Untuk mengatasi konflik batin yang dialami Saman pada kutipan novel di bawah, maka Saman menggunakan sistem pertahanan rasionalitas. Saman merasa
tidak senang atas ucapan Anson yang menjelek-jelekkan orang Cina sebagai orang yang ada dibalik permasalahan konflik warga Lubukrantau dengan pihak
perusahaan perkebunan ALM. Tetapi, id Saman menekan ego untuk dapat memenuhi keinginannya yang mengatakan bahwa dibalik semua kejadian ini tidak
hanya dilakukan oleh orang Cina saja, melainkan orang pribumi, Jawa, dan Batak. Namun, disatu sisi superego juga menuntut agar Saman tidak mengucapkan kata-
kata dan berbuat suatu hal yang dapat merugikan diri Saman. Bahkan kata-kata yang dapat menurunkan semangat dan kekuatan besar mereka untuk melawan
perkebunan ALM. Hal itu bukan tanpa bukti, sebab hampir seluruh bahan material yang didapat mereka untuk mendirikan rumah asap diperoleh dari pedagang Cina
dengan harga sangat murah. Hingga akhirnya Saman menyalahkan Anson untuk mengklarifikasi ucapannya yang memang tidak seutuhnya benar. Jadi, cara yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan untuk menyeimbangkan antara id dengan superego adalah dengan mengatakan yang sesungguhnya walaupun dengan cara yang salah.
“Wis merasa terpaksa menyela. Tolong Anson ia mengacungkan tangan. “saya cuma mau mengingatkan bahwa material untuk rumah asap ini kita
dapat dengan harga murah sekali dari pedagang Cina dari Perabumulih. Sebagian malah gratis. Kedua, saham-saham Anugerah Lahan Makmur
tidak cuma dimiliki orang Cina satu itu, tapi juga kongsi dengan orang Jawa dan satu raja kebun Batak. Ketiga, bos-bos perusahaan sawit juga
membayar penjaga orang-orang pribumi, orang-orang hitam seperti kita, untuk mendesak kita. Merusak, mencari, memperkosa. Mereka anjing
pribumi Babi hutan lokal Ia terdiam sebentar menyadari bahwa suaranya juga dikuasai amarah S, 2013:97.
Selanjutnya, sistem pertahanan yang dilakukan Saman untuk mengatasi konflik batinnya yaitu dengan mengorbankan kebun milik warga Desa
Lubukrantau yang semula ia perjuangkan bersama warga Lubukrantau. Dalam hal ini, id Saman menuntut ego agar Saman merasa nyaman walaupun tetap berada di
daerah Desa Lubukrantau. Namun, di satu sisi superego juga menekan Saman agar cara yang dilakukannya untuk mengatasi masalah tersebut tidak merugikan
pihak manapun. Tetapi, melakukan suatu solusi agar hatinya merasa senang dan tetap merasa nyaman tanpa mengurangi sedikit rasa sakit apapun atas penderitaan
yang dialaminya di Lubukrantau. Namun Saman memilih untuk tidak peduli. Sebab, ego Saman mengatakan bahwa belum tentu warga Lubukrantau juga
membantunya apabila kelak kasus itu juga menyeret namanya. Jadi, untuk menyeimbangkan antara id dengan superego hingga akhirnya ego memilih cari
jalan aman. Jadi, sangat rasionalisasi jika Saman lebih hidup nyaman di Pastoran gereja daripada hidup di Lubukrantau bersama warga yang mengalami
kesusahan.
Universitas Sumatera Utara
“Lihatlah, aku tak akan kekurangan apa-apa sekalipun kebun ini dimusnahkan. Aku bisa kembali ke gereja di mana ibu-ibu paroki
merawatku dengan aten untuk mengkhotbahi mereka dan memberi sakramen. Atau membimbing retret dan rekoleksi di sekolah-sekolah
Katolik di kota, dimana murid-murid perempuan kerap menggemariku dan mengirimi surat serta puisi S, 2013:99.
4.2.5 Proyeksi menutupi kesalahannya kepada orang lain