“Lihatlah, aku tak akan kekurangan apa-apa sekalipun kebun ini dimusnahkan. Aku bisa kembali ke gereja di mana ibu-ibu paroki
merawatku dengan aten untuk mengkhotbahi mereka dan memberi sakramen. Atau membimbing retret dan rekoleksi di sekolah-sekolah
Katolik di kota, dimana murid-murid perempuan kerap menggemariku dan mengirimi surat serta puisi S, 2013:99.
4.2.5 Proyeksi menutupi kesalahannya kepada orang lain
Terkadang sesuatu yang tidak kita inginkan dan tidak kita terima sering melimpahkan masalah itu kepada orang lain. Misalnya, seseorang harus bersifat
kritis dan bersikap kasar kepada orang lain. Hal itu dilakukan dengan disadari bahwa sikap ini tidak pantas dilakukan, namun sikap tersebut beralasan bahwa
orang tersebut memang pantas menerimanya. Hal ini dilakukan agar seseorang yang mengalami konflik terlihat baik dan mampu melindungi seseorang dari
pengakuan terhadap kondisi tersebut. Namun, pada novel Saman tidak dapat ditemukan sistem pertahanan proyeksi yang dilakukan Saman sebagai tokoh
utama untuk mengatasi konflik batinnya.
4.2.6 Regresi sifat primitip
Ketika kita menghadapi kesulitan dan ketakutan, seringkali kita rasakan bahwa hal tersebut membawa kita pada perilaku kekanak-kanakkan atau primitif.
Menurut Boeree 2004:53, regresi adalah salah satu mekanisme pertahanan ego dimana individu akan kembali ke masa-masa di mana dia mengalami tekanan
psikologis. Kegelisahan yang teramat sangat akan memberikan tekanan psikologis pada diri, dampaknya adalah kita menjadi berperilaku primitif ataupun kekanak-
Universitas Sumatera Utara
kanakan, yang semuanya di luar kendali pikiran kita. Lebih lanjut, Hilgard dalam Minderop 2011:38 mengatakan bahwa ada dua macam regresi. Pertama,
perilaku yang mirip anak kecil, seperti menangis dan manja untuk mendapat perhatian dari orang lain. Kedua, seorang dewasa bersikap sebagai orang yang
tidak berbudaya dan kehilangan kontrol, sehingga tidak sungkan-sungkan berkelahi. Dalam novel Saman dapat ditemukan beberapa sistem pertahanan
dengan cara regresi untuk mengatasi konflik batin yang dialami Saman sebagai tokoh utama.
Saman mengalami kesulitan mengontrol emosinya dikarenakan situasi yang menyudutkan dirinya, dan menyebabkan Saman mengalami konflik batin
yang memicunya berperilaku primitif, yaitu amarah yang tidak terkontrol lagi. Saman kehilangan kendali untuk menguasai emosinya ketika dia diperlakukan
tidak adil akan keputusan Pater yang menyuruhnya untuk mengaku ke kantor polisi atau keluar dari pastoran atas kasus yang menimpanya. Hal ini karena
Saman merasa bahwa pihak pastoran tidak bertanggungjawab dengan masalah yang dihadapinya dan terkesan tidak tahu. Ego lebih didominasi oleh id karena
ego lebih cenderung melepaskan segala amarah dan ketegangan dengan perilaku primitif, yaitu emosi yang tidak bisa dibendung lagi. superego tidak bisa lagi
mendominasi id, yang menginginkan bahwa hidup adalah kesabaran, betapa pun beratnya permasalahan kita harus mampu mengatasinya dengan segala kesabaran.
Peristiwa bersama Pater semakin menguatkan pernyataan dalam hidup Saman bahwa Pater merupakan sosok yang begitu keras kepala dibandingkan Anson dan
kawan-kawannya yang memiliki sikap menerima atas segala keputusannya.
Universitas Sumatera Utara
“Pater Westenberg menghela nafas, seperti berat ia menjawab: jika tim yakin kamu memang tidak bersalah, kamu harus memenuhi panggilan
polisi. Jika kamu merasa bersalah, saya kira kamu harus mengundurkan diri dari tugas pastoral. Selanjutnya, menjadi tanggungjawabmu sendiri
untuk menyerahkan diri atau tidak.”.....”Itu tidak adil, Pater. Kedua-duanya adalah hukuman buat saya.“ tapi lehernya mengejang sebelum ia selesai
bicara dalam suaranya yang tegang. Kini, sedikit emosi saja membuat tubuhnya mengejut S, 2013:116.
4.2.7 Pembentukan Reaksi