Hubungan Psikologi dengan Karya Sastra .

psikologis sering diartikan dengan ilrnu pengetahuan tentang jiwa”. Jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu alam sadar kesadaran dan alam taksadar ketidaksadaran. Alam sadar menyesuaikan terhadap dunia luar, sedangkan alam taksadar menyesuaikan terhadap dunia dalam. Jadi, psikologi sastra dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa yang mencakup segala aktivitas dan tingkah laku manusia yang dipengaruhi oleh alam sadar dan taksadar melalui hasil cipta manusia melalui interaksi. Psikologi dipelajari dalam berbagai bidang ilmu, seperti psikologi sosial, kesehatan, agama, politik, ekonomi, maupun dalam sastra yang disebut dengan psikologi sastra. Untuk psikologi sastra, bidang ini digunakan untuk mengungkapkan kejiwaan yang terkandung dalam karya. Ratna 2010: 342 menjelaskan bahwa, “secara defenitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya”. Di dalam karya sastra, aspek-aspek kejiwaan dapat dipahami. Aspek-aspek kejiwaan dapat ditemukan dalam karya sastra, antara lain kejiwaan pengarang, tokoh dalam karya sastra, dan kejiwaan pembaca. Dapat disimpulkan bahwa tujuan psikologi sastra yaitu untuk mengungkapkan kejiwaan yang terkandung dalam karya sastra melalui penggambaran masalah-masalah di dalam cerita.

2.2.2 Hubungan Psikologi dengan Karya Sastra .

Psikologi dan karya sastra adalah dua hal yang saling berhubungan. Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari dan menyelidiki tentang tingkah laku manusia sebagai perwujudan kejiwaannya. Karya sastra merupakan hasil Universitas Sumatera Utara cipta manusia berupa lisan maupun tulisan yang berasal dari pengalaman, interaksi, maupun perasaan seseorang. Aspek-aspek psikologi dalam karya sastra terdapat dalam teksnya. Begitu juga dalam menciptakan karya sastra seorang pengarang tidak terlepas dari unsur kejiwaannya. Kejiwaan dalam karya sastra dapat berupa kejiwaan pengarang sebagai seorang penulis, kejiwaan tokoh-tokoh dalam karya sastra, dan kejiwaan pembaca sebagai penikmat karya sastra. Kejiwaan dalam karya sastra sering dipaparkan pengarang melalui karakter tokoh- tokoh dalam cerita. Pengungkapan kejiwaan dalam karya sastra digambarkan melalui bahasa teks. Bahasa teks merupakan simbol ataupun ungkapan perasaan pengarang. Maka, bahasa yang digunakan dalam karya sastra merupakan cerminan kejiwaan yang lahir dari kehidupan seseorang. Lebih lanjut Endraswara, 2008:4 mengatakan, “Bahasa dalam sastra adalah simbol psikologis. Bahasa sastra adalah bingkisan makna psikis yang dalam”. Karya sastra merupakan hasil ciptaan penulis yang dipengaruhi kejiwaaan pengarang dan dituangkan dalam bentuk cerita dan menampilkan beberapa aspek kejiwaan tokohnya, sehingga pembaca dapat memasuki alam jiwanya. Jadi, untuk mengetahui hubungan psikologi dengan karya sastra, dapat digunakan tiga cara, yaitu memahami unsur-unsur kejiwaan seorang pengarang, tokoh dalam karya sastra, dan pembaca. Lebih lanjut, untuk mengetahui hubungan psikologi dengan karya sastra, Ratna 2010: 343 mengatakan seperti berikut. “Untuk memahami hubungan antara psikologi dengan karya sastra, dapat digunakan beberapa cara, yaitu: Memahami unsur-unsur kejiwaan pengarang sebagai penulis, memahami unsur-unsur kejiwaan Universitas Sumatera Utara tokoh-tokoh fiksional dalam karya sastra, memahami unsur-unsur kejiwaan pembaca”. Hubungan antara psikologi dengan karya sastra menurut Jatman dan Roekhan dalam Endraswara 2008:88 bahwa, antara sastra dan psikologi terdapat hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional nilai guna. Hubungan lintas yang bersifat tak langsung antara psikolog ahli psikologi dan pengarang pencipta karya sastra, harus mampu mengungkapkan kejiwaan manusia secara mendalam melalui proses pengolahan untuk menjadi sebuah karya. Jika pengarang mengungkapkan dalam bentuk karya sastra, psikolog mengungkapkannya dalam bentuk formulasi teori-teori psikologi untuk dijadikan acuan yang relevan untuk studi ilmu ilmiah. Dalam hubungan fungsional psikologi dengan sastra, kedua bidang bermanfaat untuk mempelajari kondisi kejiwaan seseorang. Dalam karya sastra kejiwaan seseorang yang dialami seorang tokoh berasal dari manusia yang bukan sebenarnya khayal atau tidak nyata dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan psikologi sastra merupakan keadaan jiwa manusia sesungguhnya nyata. Namun, pada hakekatnya kedua bidang ilmu saling melengkapi. Artinya, gejala kejiwaan yang tidak dapat dibuktikan oleh psikolog dalam teorinya dapat dibantu oleh gejala kejiwaan yang dapat dibuktikan oleh seorang pengarang, atau sebaliknya.

2.2.3 Psikoanalisis Sigmund Freud