Konflik Menghindar ke Menghindar

itu sesuai dengan ajaran mereka masing-masing. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman adalah pendekatan ke menghindar. Saman takut keputusannya dijadikan keputusan satu tekad, sehingga pihak perkebunan ALM beranggapan Saman sebagai pastor yang mencoba mengkristenkan semua warga Lubukrantau. “Wis merasa begitu galau. Ia ingin mencegah Anson, tetapi tiba-tiba ia tak punya nyali itu. Ia kehilangan keyakinan dirinya. Sebab ia bukan mereka. Salib mereka bukan salibku. Ia bukan perempuan sehingga tidak tahu bagaimana terhinanya diperkosa, dan ia tak punya istri sehingga tak yakin bisa sungguh mengerti kemarahan lelaki itu. Tiba-tiba ia merasa bukan siapa-siapa. Tiba-tiba ia merasa tak punya suara. S, 2013:102.

4.1.3 Konflik Menghindar ke Menghindar

Konflik menghindar ke menghindar merupakan konflik yang terjadi karena harus memilih dua hal yang sebenarnya tidak menguntungkan dan harus dihindari. Sebagai contoh, seseorang harus memilih apakah harus menjual rumah untuk sekolah, atau tidak menjual rumah, tetapi tidak bisa melanjutkan sekolah. Pada novel Saman karya Ayu Utami ditemukan beberapa jenis konflik batin menghindar ke menghindar yang dialami Saman. Id lebih dominan memengaruhi kejiwaannya. Hal tersebut digambarkan melalui tangisan dan rengekan Saman seperti ketika Saman pernah menjerit ketika dilahirkan dari rahim ibunya. Hal tersebut dilakukan Saman agar ibunya merasa bersalah dan ayahnya merasa lega, sebab keinginan ayahnya untuk mendapat momongan lagi tidak terwujud. Keinginan id tersebut direalisasikan menjadi ego. Hal itu terlihat ketika ego mewujudkan keinginan id dengan memukul ibunya, Universitas Sumatera Utara yang mengharapkan rasa kasihan kepada ayahnya untuk kesekian kalinya rela menunda kelahiran adik Saman. Sedangkan superego tidak mampu mencegah ego dalam mengambil tindakan. Menurut agama dan norma di masyarakat, memukul orang yang lebih tua, terlebih itu ibu maupun ayah kandungnya adalah perbuatan dosa dan durhaka kepada mereka karena dianggap telah menyakiti hatinya. Hal ini terlihat ketika Saman yang merupakan seorang anak kandung, memukul ibunya yang secara agama tidak dibenarkan. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman pada kutipan tersebut yaitu menghindar ke menghindar. Sebab, dengan memukul ataupun tidak memukul ibunya tetap tidak akan mengurangi rasa belas kasih dan beban ayahnya. “Wis tercenung, sebab ia tetap mendengar sedu bayi dari belakang tengkuknya. Dan ia menjadi begitu gelisah. Sebab adik masih hidup meskipun sudah mati. Sebab ibunya membiarkan itu terjadi ....tiba-tiba ia merasa begitu kasihan pada ayahnya. Dihampirinya ibunya. Dipukulnya wanita itu dengan tangis kemarahan, sampai bapak membopongnya dari belakang. Itulah tangis Wis yang paling keras sejak ia menjerit saat dilahirkan S, 2013:58. Saman mengalami rasa yang meresahkan bagi kejiwaannya. Sebab dengan kehadiran wanita tua yang hamil di rumah yang dianggapnya sangat misterius itu, membuat batin Saman terlihat sedikit gundah. Saman takut kejadian itu terulang seperti kehamilan ibunya dahulu. Akan tetapi, id Saman menginginkan agar wanita itu tidak mengalami trauma dan ketakutan yang luar biasa dalam hidupnya. Untuk menghindari ketakutan dan tidak bermaksud menyinggung hati wanita yang sedang hamil tua tersebut, Saman lebih baik menutupi rahasia masa kecilnya kepada wanita tersebut. Superego beroperasi dominan dengan tutup mulut tanpa Universitas Sumatera Utara bercerita agar wanita itu tidak merasa tersinggung dengan pengucapan dan pengakuan darinya. Jadi, dalam hal ini superego mampu mengendalikan ego untuk tidak melakukan tindakan yang berakibat buruk. Jenis konflik batin pada kutipan di bawah yaitu menghindar ke menghindar. Sebab, jika Saman bercerita tentang kejadian masa lalunya akan membuat wanita itu menjadi panik, sebaliknya jika Saman tidak bercerita, dapat menyebabkan hatinya terus menerus resah dan gelisah. “Ketika berpamitan, ia meminta izin untuk kembali, jika suami perempuan itu sedang di rumah. Asti, atau Astuti namanya, ia tak terlalu memperhatikan. Sebab kehamilan perempuan itu meresahkan dia, meski ia tak berani bertanya S, 2013: 61. Pada kutipan di bawah, id beroperasi ditandai dengan mengejangnya kulit ari Saman sebagai tanda bawaan lahir seseorang ketika melihat sesuatu yang misterius dan aneh sebagai bentuk rasa kekhawatirannya. Hal tersebut dilakukan Saman untuk melawan rasa ketakutan yang dialaminya. Saman juga sempat berkomunikasi dengan makhluk tersebut dengan bertanya pada batinnya yang terdalam tentang makhluk tersebut apakah benar-benar merupakan adiknya atau orang lain. Ego telah memenuhi keinginan superego ketika Saman percaya dan yakin bahwa dibalik ketakutan itu Saman akan merasa aman sebab Tuhan adalah gembala yang mengatur segala sesuatu dan penguasa sesungguhnya, sehingga ketakutan untuk di serang kembali dapat teratasi dari keyakinan Saman kepada Tuhan. Konflik batin yang dialami Saman merupakan jenis konflik batin menghindar ke menghindar. Sebab, cara apapun yang dilakukannya untuk mengetahui siapa sosok dibalik suara itu membuatnya semakin takut dan cemas. Universitas Sumatera Utara “Dari arah belakang ia mulai mendengar suara, perempuan, terkadang lelaki, lebih sering perempuan, berbicara bukan dalam bahasa apapun yang ia kenal, namun ia merasa orang itu menyapanya. Wis menoleh ke belakang cepat- cepat seperti hendak menyergap suara itu dengan matanya. Ia tak melihat apapun. Suara itu tetap dibalik tengkuknya, hangat menghembus leher dan bahunya, membuat kulit arinya mengejang. “kamu adikku...?” Wis berkata dengan intonasi kabur, antara menanyakan dan menyatakan, meminta jawaban atau memohon jangan di serang. Tuhanlah gembalaku, takkan ketakutan aku S, 2013:64. Perasaaan khawatir akan pandangan negatif terhadap diri Saman memengaruhi batinnya ketika Saman mencoba menenangkan wanita cacat Upi yang telah meronta-ronta karena tangan perempuan tersebut digenggam oleh Saman. Saman tidak ingin masyarakat berpandangan negatif kepadanya, apabila Saman dipergok secara langsung berada di kamar berdua dengan seorang wanita yang tidak ia kenal sama sekali. Sebab, Saman adalah seorang pastor yang sangat taat agama dan mengerti benar baik dosa atau tidaknya sebuah perilaku. Ketika id Saman menginginkan agar Saman harus mendekati suara dan langkah wanita tersebut, maka ego bekerja dengan menenangkan si gadis dengan cara menggenggam tangan Upi dengan erat-erat untuk mengetahui paras wajah Upi. Akan tetapi, Upi semakin meronta-ronta seperti seseorang yang ingin diperkosa. Oleh karena, dorongan superego kembali menguasai batinnya. Perempuan itu kembali dilepaskannya, sebab seseorang laki-laki dan perempuan yang berada dalam satu ruangan yang belum memiliki ikatan menikah adalah haram, apalagi suara wanita itu mengundang seseorang jika tidak sengaja mendengarnya. Jadi, untuk menghindari kejadian itu Saman melepas genggamannya kepada Upi. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik batin menghindar ke Universitas Sumatera Utara menghindar. Sebab, keberadaan mereka berdua di satu ruangan akan menimbulkan prasangka negatif dari orang lain. “Wis berhasil menangkap lengan anak itu. Tapi gadis-gadis itu meronta- ronta dengan hebat. Ruangannya semakin keras sehingga Wis melepaskan genggamannya sebab ia khawatir mengundang orang-orang yang menyangka ia hendak memperkosa seorang wanita muda yang cacat dan tidak berdaya.....apa yang baru terjadi padaku? Tidakkah iblis yang baru saja menggoda dengan halusinasi? S, 2013:67. Saman memiliki niat untuk menolong Upi dari kesengsaraannya melawan nasib. Di satu sisi Saman tidak memiliki kuasa dan hak untuk melepaskan penyiksaan yang didapat oleh Upi. Akan tetapi, Saman yang diajarkan di gereja Katolik, diwajibkan untuk bisa menyayangi dan mengasihi antar sesama manusia yang mengalami kesusahan. Saman merasa iba melihat kondisi Upi, walaupun Saman juga tidak punya wewenang untuk membantu wanita yang baru dikenalnya. Itulah konflik batin yang dialami Saman. Id menginginkan ego bagaimana cara yang dilakukan agar Saman bisa membantu Upi dan hatinya merasa tenang dan tidak cemas. Akan tetapi, superego menuntut ego untuk tidak berbuat ceroboh yang dapat membahayakan dirinya. Sebab, orang akan berpandangan negatif jika ada seseorang yang baru dikenal bersedia membantu dengan ikhlas tanpa imbalan jasa. Itulah yang membuat tekanan pada diri Saman, sehingga Saman hanya bisa termenung saja melihat kondisi tersebut. Walaupun di satu sisi bahwa penyiksaan yang dilayangkan kepada orang yang tidak bersalah adalah perbuatan yang melanggar norma. Namun, superego dapat menahan kerja ego, sebab hal itu tidak dirasakan oleh orang yang waras, melainkan orang yang Universitas Sumatera Utara memiliki keterbelakangan mental gila. Selain itu, melarang orang gila untuk melampiaskan nafsunya adalah dosa. Sebab hak untuk memperoleh kenikmatan dan kesenangan tidak dilarang oleh siapa pun. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman adalah menghindar ke menghindar. Sebab, cara yang dilakukan Saman tidak memberikan pengaruh yang positif bagi wanita gila itu. “Wis pun tercenung. Dia Cuma bisa termenung mendengarnya. Ia menatap perempuan muda dalam kandang itu, namun segera membuang muka karena tak tahan melihat penyiksaan. Tapi dunia yang hadir mengepung mereka di sana membuatnya tersadar. S, 2013:74. Saman merasa bersalah. Sebab, sesampai di pastoran Saman masih mengingat kejadian yang menyebabkan kegelisahan pada diri Saman atas kenyataan hidup yang tidak pernah dilihat dan dirasakan Saman sebelumnya di kota–kota besar. Perasaan itu merupakan rasa sayang dan kasihan melihat penyiksaan yang dialami Upi dalam hidupnya. Saman merasa berdosa jika membiarkan Upi hidup sendiri dalam keadaan gila, serta kekhawatiran Saman dengan kondisi Desa Lubukrantau yang memiliki keterbelakangan pendidikan. Id beroperasi dengan raga gelisahnya membolak-balikkan badan dan tidak bisa tidur dengan nyaman. Hal itu terlihat bahwa kebiasaan seseorang yang merasa gelisah melakukan gerakan yang risau dan cemas dan seakan-akan tidak ada rasa tenangnya dan berusaha untuk menenangkan pikirannya. Jenis konflik batin yang dialami Saman yaitu jenis menghindar ke menghindar. Sebab, dengan hanya memikirkan saja, tidak akan mengurangi penyiksaan seksual yang dialami oleh Universitas Sumatera Utara perempuan gila tersebut, melainkan akan menyebabkan Saman mengalami trauma dan merasa cemas secara terus-menerus. “Malam harinya, di kamar tidur pastoran, kegelisahan membolak-balik tubuhnya di ranjang seperti orang mematangkan ikan di penggorengan. Ia telah melihat kesengsaraan di balik kota-kota maju, tetapi belum pernah ia saksikan keterbelakangan seperti tadi siang S, 2013:75. Pada kutipan di bawah ini, terlihat betapa bingungnya batin Saman untuk menghadapi kenyataan bahwa baru pertama kalinya wanita selain ibunya yang berani menyentuh jari-jari tangannya. Saman adalah seorang pastor yang tidak berani menyentuh tubuh seorang wanita, sebab hal tersebut dilarang keras oleh agama, karena dapat menimbulkan hawa nafsu terhadap sesama lawan jenis dan merupakan perbuatan dosa. Namun, di satu sisi Saman tidak ingin membuat perasaan Upi tersinggung. Id Saman akhirnya bereaksi dengan menunjukkan rasa diam, sebab baru pertama kali seumur hidup Saman merasakan sentuhan seorang wanita kecuali ibunya. walaupun Saman juga sempat menikmati sentuhan jari tangan Upi. Akan tetapi, superego menentang id dengan menuntut ego agar menghindari peristiwa tersebut. Ketakutan superego akan menimbulkan perzinaan diantara mereka. Sebab, jika sudah nafsu yang mengendalikan tubuh manusia, maka bukan hatinya yang berkata, tetapi hasutan iblis. Sehingga ego menjadi penyalur superego ketika Saman harus berteriak kaget dan melompat untuk menghindari perzinahan Upi. Awalnya, Saman tidak berani melakukan hal itu, sebab akan menyebabkan perasaan Upi tersinggung. Namun, karena Saman adalah seorang pastor, maka secara langsung ia memberontak dan meninggalkan gadis itu sebab dapat menimbulkan fitnah. Jenis konflik batin yang dialami Saman Universitas Sumatera Utara adalah konflik menghindar ke menghindar. Hal itu terbukti dengan pilihan Saman untuk menghindari sentuhan jari tangan Upi terhadap anggota tubuh Saman. Jika Saman tetap menikmati sentuhan tersebut, maka Saman akan dituduh memerkosa Upi, namun jika Saman memberontak juga akan menyinggung perasaan Upi. “Wis terdiam sebab belum pernah ada perempuan yang mengelus jarinya, sehingga ia tak tahu bagaimana harus bereaksi. Ia ingin menarik tangannya, tetapi khawatir itu menyinggung perasaan Upi. Dengan ragu dibiarkannya perempuan itu meraba, menjulurkan tangan keluar untuk menyentuh lengannya yang berlumur tanah dan peluh....pastor muda itu berteriak kaget dan melompat ke belakang. Wis meninggalkan tempat itu dan si gadis memanggil-manggil S, 2013:78. Atas dasar keinginan Saman untuk mempertemukan Upi dengan seorang pria pendamping dalam hidupnya, dengan tekad yang kuat Saman menciptakan orang-orangan atau patung seperti Sigale-gale sebagai objek pelampiasan hasrat biologis serta demi memenuhi keinginan seks Upi. Masalah yang dihadapi Upi tersebut menimbulkan kegelisahan bagi batin Saman, sebab id Saman beroperasi agar nafsu seks Upi dapat dilampiaskan dan dinikmati Upi tanpa menyebabkan rasa sakit. Id menginginkan bahwa Upi harus mempunyai kekasih yang sesuai impiannya, dalam arti seorang kekasih yang bisa membuatnya senang, yakni kekasih yang wujudnya seperti manusia agar Upi merasakan kenikmatan nafsu yang dialaminya. Di lingkungannya, gadis berusia belasan tahun sudah memasuki masa haid sehingga sewajarnya berhak memperoleh hasrat seks, walaupun dengan berbagai macam cara. Di satu sisi, ego Saman beroperasi untuk segera mewujudkan cita-cita Upi senyaman mungkin demi melampiaskan nafsunya dengan cara mencoba menirukan bentuk kayu Universitas Sumatera Utara seperti sama halnya dengan bentuk manusia yang akhirnya berfungsi sebagai alat pemuas dan objek yang yang bakal terus ada di sisi Upi ketika suatu saat Upi menginginkan masturbasi. Sebab, seorang gadis akan merasa kesepian apabila tidak memiliki pendamping ataupun pasangan, dan orang lain akan mengira bahwa Saman tidak memiliki pengalaman apa-apa tentang kemesraan dengan seorang laki-laki seperti berciuman, berpelukan, kawin dan masturbasi. Superego Saman tidak beroperasi, sebab dalam aturan norma di masyarakat tindakan yang dilakukan Saman telah melanggar kaedah di masyarakat. Jenis konflik batin yang dialami tokoh Saman merupakan jenis konflik menghindar ke menghindar. Sebab konflik yang dialaminya merugikan Upi dan dirinya. Saman harus terpaksa berbohong kepada Upi bahwa mainan Sigale-gale merupakan manusia yang memiliki nafsu untuk melampiaskan seks Upi, walaupun Sigale-gale merupakan benda mati yang tidak dapat bereaksi. Akan tetapi, jika hal tersebut tidak dilakukan Saman, maka Saman merasa bersalah akibat tidak dapat menyenangkan keinginan Upi yang secara logika divonis tidak dapat berhubungan seks secara normal dengan lelaki yang waras. Akibat konflik yang dialami Saman, maka Saman mengambil solusi dengan menciptakan Sigale- gale guna memuaskan nafsu Upi agar terhindar dari rasa sakit. “Lalu ia mondar-mandir sepeti hewan menyesuaikan diri dengan kandang baru di taman safari. Dari sisa kerangkeng lama, dikeratnya juga sepasang mata dan sebuah mulut disekitar hidung limas itu, mencoba meniru patung kayu Sigale-gale yang gagah...ia juga membuat sepasang tangan dari dahan-dahan kokoh yang diikat dengan ijuk sehingga bisa berayun-ayun. Lalu ia tegakkan dengan patri semen. “Upi. Kenalkan ini pacarmu Namanya Totem. Totem Pallus. Kau boleh maturbasi dengan dia. Dia lelaki yang baik dan setia S, 2013:80. Universitas Sumatera Utara Rasa kekhawatiran Saman akhirnya memuncak. ketika Anson menceritakan kepada Saman tentang seseorang yang telah memerkosa Upi dalam kandang atau bilik Upi. Saman takut jika dikemudian hari Upi hamil dan tidak ada yang berani bertanggungjawab atas perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang memerkosa Upi. Id Saman beroperasi ketika Saman melakukan gerakan kesal dengan menggigit bibir dan menelan ludah sebagai rasa kemarahannya kepada orang yang telah memerkosa Upi. Id juga menginginkan cara apa yang dilakukan agar Upi tidak mengalami gangguan pada jiwanya atas kejadian pemerkosaan tersebut. Akan tetapi, Saman mengira Upi sebaliknya menikmati dan senang dengan adanya pemerkosaan pada diri Upi. Sebab, tidak ada seseorang yang bersedia berhubungan seks dengan orang yang tidak waras, kecuali orang tersebut juga memiliki kelainan jiwa. Saman merasa khawatir jika nantinya Upi mengandung anak tanpa seorang suami disampingnya. Superego pun mendominasi dengan rasa takut jika hal itu benar-benar terjadi. Seandainya memang Upi benar-benar hamil. Superego juga menahan ego untuk tidak berbuat kebaikan pada diri Upi dan bertanggungjawab atas kejadian tersebut. Saman takut jika dituduh menghamili Upi, karena akhir-akhir ini Saman sangat dekat sekali dengan Upi. Konflik batin yang dialami oleh Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Konflik yang dialami oleh Saman tidak menguntungkan bagi dirinya. Sebab, kejadian itu akan menjadi pertanyaan dan menyebabkan Saman trauma lebih lama, serta kesengsaraan bagi kandungan Upi jika kemudian hamil bahkan melahirkan. Universitas Sumatera Utara “Wis menelan ludah dan menggigit bibirnya hingga hampir berdarah. “bagaimana keadaannya?” tanyanya sambil bergegas ke tempat perempuan muda itu, meninggalkan ibunya yang belum selesai cerita. Ia merasa lemas sebab tidak tahu harus berbuat apa, sebab barangkali si gadis malah menyukai pemerkosaan itu. Dan ia tak pernah tahu bagaimana menyelesaikan persoalan ini” .Upi baik-baik saja,” sahut Anson yang mengiringi. Wis memang menemukan gadis itu tertawa-tawa saja di dalam kandang, menyapa dengan riang melihat dia kembali. “bagaimana kalau dia hamil?” kata Wis dengan getir pada Anson kemudian S, 2013:90. Seperti halnya ketika kebiasaan manusia sejak lahir, bahwa sebagai tanda rasa sedih dan perasaan terpukul yang dialami seseorang ditandai dengan air mata yang menetes dan suara tangisan yang tersendat di tenggorokan untuk melampiaskan kemarahan. Itulah yang dialami Saman. Menurut Saman tangisan dengan suara keras tidak akan menyelesaikan masalah. Turbin yang telah dibangunnya dengan susah payah sejak enam bulan terakhir telah dihancurkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Rumah kincir yang membantu banyak warga Lubukrantau dirobohkan begitu saja oleh orang yang merasa iri dan tidak senang melihat Saman. Terlihat memang id sangat mendominasi batinnya. Sebab, sesuatu yang telah lama dimiliki oleh seseorang dan suatu saat menhilang, mengakibatkan tekanan batin dan hancur pada diri seseorang. Saman telah merasa kehilangan cita-citanya untuk membangun kincir untuk membantu kebutuhan listrik Desa Lubukrantau. Akan tetapi superego menjaga ego agar tidak melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan keributan dan masalah dengan menerang orang yang diduga kuat sebagai kaki hitam dari peristiwa tersebut yaitu pihak perkebunan ALM. Konflik batin yang dialami Saman termasuk jenis konflik batin menghindar ke menghindar. Sebab, Saman hanya bisa menangisi, tanpa membalas kejahatan orang yang telah merusak kincir itu. Menurutnya, Universitas Sumatera Utara dengan membalas balik sama saja menambah masalah baru. Sebaliknya juga dengan menangis juga tidak akan memecahkan masalah. Namun, hanya sebatas melampiaskan kekecewaan dan amarahnya. “Saat lelaki itu telah menghilang,ia masuk ke rumah kincir itu, yang dulu ia bangun dengan bersemangat. Turbin telah dihancurkan orang, sepertinya menggunakan kapak. Untuk memperbaikinya, ia mesti membeli generator baru. Ia menghela nafas, menyandarkan dahinya pada tembok yang lembab. Sesuatu seperti tertahan di pangkal tenggoroknya. Ia membiarkan airmatanya menitik, lalu mengalir tanpa suara S, 2013:91. Id terlihat ketika Saman menangis dengan meneteskan dua butir airmatanya hingga membentuk bekas dua lingkaran di bajunya sebagai tanda kesedihan seseorang terhadap masalah yang dihadapi Saman. Id menginginkan ego untuk melampiaskan kemarahan Saman agar membuat batinnya merasa lega. Id Saman mendeskripsikan bahwa Saman merasa tidak percaya terhadap kuasa Tuhan dengan mencoba menentang Tuhan sebagai rasa tidak terima terhadap cobaan dan tantangan yang dilayangkan kepadanya serta warga Desa Lubukrantau. Superego tidak mampu mengendalikan ego yang menyalahkan Tuhan karena membiarkan nasib Upi dan warga desa Lubukrantau dalam kesusahan, meskipun menentang Tuhan adalah perbuatan dosa besar dan tidak diampuni, karena Tuhan merupakan Maha Kuasa dan apa saja yang dikehendaki Nya pasti terjadi dan tidak dapat ditandingi oleh kekuatan apapun. Konflik batin yang dialami Saman termasuk jenis konflik batin menghindar ke menghindar. Kemarahan pada Tuhan tidak akan mengubah keadaan, karena Tuhan memiliki kuasa sepenuhnya. Universitas Sumatera Utara “Wis menyadari airmatanya telah mencetak dua lingkaran di dada bajunya. Ia sungguh gentar pada nasib desa ini, yang juga berarti nasib Upi. Ia seperti kota gurun yang terkepung, mata airnya telah dikuasai musuh. Tuhan kau biarkan ini terjadi? S, 2013:96. Dengan suara yang sepenuhnya dikuasai amarah, Saman mencoba untuk melakukan pembelaan terhadap dirinya. Pada kutipan di bawah terlihat bahwa konflik yang dialami Saman begitu sulit, karena keputusan yang dipilihnya sama- sama merugikan diri Saman. Id menginginkan ego untuk membela orang Cina yang memberikan keuntungan bagi pembangunan rumah kincir yang tidak sepenuhnya bersalah. Ego beroperasi ketika Saman mengacungkan tangannya sebagai simbol untuk melawan pendapat Anson yang mengejek serta menghina orang Cina. Kemudian Saman mencoba membalikkan pendapat Anson dengan menghina warga pribumi seperti binatang babi dan anjing yang memiliki nafsu yang tamak, dan rakus. Ego Saman memuncak ketika Saman mengingatkan bahwa tidak selamanya warga Cina itu memeras dan memaksa warga Lubukrantau untuk mengganti tanaman karet menjadi tanaman kelapa sawit, bahkan pembangunan kincir angin di Desa Lubukrantau mendapat perhatian serta bantuan yang besar dari pedagang Cina. Dalam hal ini superego tidak mampu menahan amarah ego. Superego menginginkan agar pendapat yang dikeluarkan Saman juga tidak menyakiti perasaan Anson dan warga, sebab akan mengubah anggapan masyarakat terhadap Saman sebagai orang yang tidak konsisten dalam mengambil sikap dan keputusan dalam memegang teguh tujuan awal yang dibangun lebih dari setengah tahun. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Sebab dengan asumsi dan aspirasinya Universitas Sumatera Utara tersebut, masyarakat menilai negatif pada diri Saman, dan seolah-olah ia mendukung perkebunan ALM untuk menjalankan tujuan mereka. jika hal itu tidak diucapkannya, juga tidak akan mengubah tekad masyarakat melawan perkebunan Anugrah Lahan Makmur. “Wis merasa terpaksa menyela. “Tolong Anson” ia mengacungkan tangan. “saya Cuma mau mengingatkan bahwa material untuk rumah asap ini kita dapat dengan harga murah sekali dari pedagang Cina dari Perabumulih. Sebagian malah gratis. Kedua, saham-saham Anugerah Lahan Makmur tidak cuma dimiliki orang Cina satu itu, tapi juga kongsi dengan orang Jawa dan satu raja kebun Batak. Ketiga, bos-bos perusahaan sawit juga membayar penjaga orang-orang pribumi, orang-orang hitam seperti kita, untuk mendesak kita. Merusak, mencari, memperkosa. Mereka anjing pribumi Babi hutan lokal Ia terdiam sebentar menyadari bahwa suaranya juga dikuasai amarah S, 2013:97. Pada kutipan di bawah ini, Saman merasakan konflik batin yang luar biasa. Saman yang dianggap pemuda pastor yang memiliki jiwa bertanggungjawab, berjiwa sosial, berani, pekerja keras, dan santun itu kini tiba- tiba menjadi lemah dan patah semangat. Hal itu ditandai dengan id yang merasa bahwa kejadian ini tidak ada hubungannya dengan diri Saman, Hal tersebut dikarenakan Saman bukan merupakan warga Lubukrantau, melainkan hanya seorang pastor pendatang dari Kota Perabumulih. Walaupun Saman mencoba pergi dari Lubukrantau, Saman tidak akan mengalami kerugian apapun. Keputusan yang sudah bulat, kembali pecah akibat sikap tidak konsisten Saman terhadap pergerakan dalam mempertahankan lahan milik warga. Jenis konflik yang dialami Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Hal itu terwujud apabila Saman menyerah begitu saja dan memberikan keputusan kepada Universitas Sumatera Utara warga, maka itu sama saja membiarkan warga yang bodoh dan tidak paham akan perjanjian dengan pihak perkebunan sehingga dapat menyebabkan mereka masuk kedalam jurang kekalahan. Namun, di satu sisi jika Saman tetap berargumen dengan melanjutkan perjuangan dari awal, maka Saman merasa bahwa perjuangan tersebut tetap tidak dapat membantu warga mendapat haknya karena kekuasaan perkebunan lebih kuat dan besar jika dibandingkan pihak warga yang sebagian besar adalah orang-orang yang mudah dipengaruhi. “Untuk pertamakalinya Wis tidak ingin mengambil keputusan bagi perkebunan itu. Betapa berbeda. Dulu ia begitu keras dan yakin, ia rintis harapan yang hampir habis, ia tak pernah lelah. Tapi kini ia sungguh- sungguh tidak pasti dengan keonsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang-orang itu. Ia menjadi begitu sedih sebab untuk pertamakalinya ia merasa bukan merupakan bagian dari orang-orang didekatnya S, 2013:99. Pada kutipan di bawah terlihat bahwa batin Saman mulai merasakan ketakutan dengan rasa gemetar pada tubuhnya. Hal itu dirasakannya, sebab Saman hanya ditemani kaum ibu-ibu dan beberapa anak muda dalam menjalankan amanah dan tugas untuk menjaga pos jaga mereka di sekitar desa. Apalagi ketika kedatangan sekelompok orang dengan menunggangi mobil yang ternyata itu bukanlah Anson, maka Saman merasa bahwa ia adalah sosok pertahanan terakhir bagi ibu-ibu serta pemuda sebaya yang berjaga-jaga di sekitar langgar surau. Id pun beroperasi ketika Saman merasa aliran darahnya berhenti mengalir. Id menuntut ego agar melakukan sesuatu yang dapat membuat ibu-ibu menjadi tenang karena kedatangan orang-orang dari perkebunan ALM tersebut. Ego berperan dengan mencoba mengingatkan ibu-ibu untuk jangan berhenti meminta Universitas Sumatera Utara bantuan dari sang Maha Kuasa. Menurut Saman, kedatangan para pemuda asing itu membuat Saman menjadi orang yang bertanggungjawab atas keselamatan mereka. Dalam hal ini superego mampu mengendalikan kerja ego dalam mengambil tindakan dengan tetap berserah diri dan mengingat Tuhan dalam kondisi berbahaya sekalipun. Konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Hal itu terbukti dengan keputusannya untuk bertahan dengan berani menghadapi orang-orang asing tersebut, daripada lari meninggalkan ibu-ibu. Walaupun dengan berhadapan sendiri belum tentu Saman sanggup menghadapinya, sebab jumlah pihak Saman yang berjaga-jaga kemampuannya sangat jauh jika dibandingkan pihak perkebunan ALM. “Sampai lewat tengah malam, tak satupun lelaki yang tadi pergi kembali. Wis semakin gentar. Ia mengabsen anak-anak muda yang berpatroli setiap kali sepasang lewat didekatnya. Lalu ia berpikir untuk menggabungkan Upi bersama perempuan yang lain di langgar. Tak baik dalam kondisi begini membiarkan dia sendirian, ia masuk ke surau untuk menanyakan kesanggupan Mak Argani menjaga putrinya. Ketika baru membuka mulut, didengarnya deru rem kendaraan. Mestilah sejenis trooper atau kijang, sebab suara dentum pintunya berulang-ulang. Bunyi beberapa langkahsepatu bot mendekat. Wis merasa darahnya berhenti sebentar, sebab ia tahu itu bukan Anson. “Mak jangan henti berdoa,” uajrnya dengan lemas. Dan ia tak sempat bertanya tentang Upi S, 2013:103. Keinginan Saman untuk menyelamatkan Upi dan rumah milih warga Lubukrantau tidak terwujud. Penyergapan yang dilakukan orang perkebunan Sawit ALM terhadap ibu-ibu dan dirinya menghambat Saman untuk mengambil tindakan cepat. Saman harus melawan orang-orang yang memiliki kekuatan lebih dibanding dirinya dan ibu-ibu. Pada kutipan di bawah ini, id beroperasi dengan suara jeritan Saman yang mengingat bahwa Upi belum digabungkan dengan Universitas Sumatera Utara sekumpulan ibu-ibu di dalam Langgar. Ratusan rumah dan tempat tinggal telah di lalap api serta asap yang mengepul di seluruh penjuru desa. Tanpa disadari ego Saman melakukan cara dengan melompat dari sergapan orang tersebut untuk mendapatkan pertolongan tanpa menghiraukan nasib ibu-ibu yang masih berada di langgar. Namun, Saman tidak sempat menolong, sebab langkahnya dapat dihentikan oleh dua orang yang berseragam hitam dan mengunci lengannya yang mengakibatkan Saman berdarah dan mengerang nyeri kesakitan pada tengkuknya. Pada tahap ini superego menginginkan Saman untuk berunding kepada orang yang berseragam hitam tersebut agar diberi izin menyelamatkan Upi yang masih berada di dalam kurungan bilik. Namun, ego Saman merasa bahwa orang-orang tersebut tidak akan setuju, sebab tujuan mereka hanya ingin membuat warga sengsara dan suatu saat rela memberikan lahannya untuk diganti dengan tanaman kelapa sawit secara sukarela. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah menghindar ke menghindar. Pilihan yang sama-sama merugikan bagi diri Saman, antara Upi ataupun ibu-ibu dilanggar. “Semenit kemudian Wis melihat api muncul dari rumah asap, lalu rumah petak keluarga Argani, lalu rumah-rumah yang lain. Ia menjerit teringat Upi yang belum sempat ia gabungkan dengan ibu-ibu. Ia melompat untuk menyelamatkan gadisnya. Tapi dua orang berseragam hitam-hitam itu menangkap dan mengunci lengannya, mendorong punggunggnya hingga dada serta pelipisnya menghantam tanah, dan memborgol pergelangannya sebelum ia sempat mengerang nyeri S, 2013:104. Keinginan Saman untuk menyelamatkan Upi sia-sia saja. Saman sangat merasa bersalah karena tidak sempat menggabungkan Upi bersama ibu-ibu di Langgar. Walaupun berada dalam sekapan orang berbaju hitam tersebut, Saman Universitas Sumatera Utara masih juga memberikan perlawanan dan mencoba memberitahu kepada orang lain bahwa masih ada seorang wanita yang harus diselamatkan dari peristiwa pembakaran rumah tersebut. Namun tiada daya, teriakannya tidak berarti apa-apa. Bukan membuat diri Saman merasa aman, sebaliknya menyebabkan Saman menjadi tersiksa akibat hantaman yang dilayangkan orang-orang yang menyekapnya. Id beroperasi ketika dirinya dihantam oleh orang perkebunan ALM dan mengingat Upi yang masih berada di dalam rumah pasungnya. Rengekan dan juga tendangan merupakan id yang mencoba memberitahukan kepada siapapun yang mendengar suaranya berharap mau menolong Upi. Id bekerja karena menginginkan agar Upi dapat terselamatkan dari peristiwa pembakaran kandang Upi. Namun, tidak sempat mencoba membantu Upi, tekuk Saman dihantam, sehingga Saman sampai mengalami pingsan. Pada kutipan novel di bawah, id dan superego tidak tercapai. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Cara apapun yang dilakukan Saman demi menyelamatkan Upi tidak ada gunanya, sebab mulutnya di sumbat dengan kain. Saman hanya sanggup menendang pemuda-pemuda berbaju hitam sehingga perjuangannya sia-sia saja. “Lelaki itu meronta dan mencoba berteriak sepanjang jalan, menendangi sosok-sosok dalam mobil, sebab ia ingin memberitahu bahwa seorang gadis tertinggal di kampung yang kosong. Lalu seorang menarik tutup matanya dan bertanya dengan jengkel: “mau apa kamu” tetapi orang itu tidak membuka sumbat di mulutnya. Mobil itu berhenti dan dua laki-laki yang tadi duduk mengapit menjejak dia keluar. Lalu Wis merasa sesuatu menghantam tengkuknya S, 2013:105” Universitas Sumatera Utara Untuk mempertahankan hidupnya dari kelaparan, Saman harus memenuhi kebutuhan nafsu makan. Id bekerja tanpa mempermasalahkan rasa malunya. Ego Saman bekerja dengan mengkonsumsi makanan dan minuman pemberian dari orang-orang yang menyiksanya, tanpa menghiraukan makanan itu benar-benar steril atau tidak bersih. Dalam ajaran agama mengkonsumsi makanan yang tidak sesuai dengan hukumnya adalah haram, terlebih minuman yang memiliki kadar alkohol. Superego pun mendominasi dengan menghargai makanan dan minuman yang diberi untuk diri Saman. Dalam kasus ini menandakan bahwa Saman memiliki jiwa menghargai barang ataupun makanan pemberian dari orang lain. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Jika memilih pilihan antara makan atau tidak makan, Saman tetap memilih makan dan minum, sebab waktu penyiksaan yang masih lama menjadi pertimbangannya. “Maka ia pun tahu bahwa orang-orang sedang menyiksa dan memperolok dia. Di dekatnya ada sepotong roti dan segelas air. Ia makan dan minum sebab amat lapar. Ia tahu bahwa prosesnya masih panjang dan tak seorang pun bisa menolongnya, sebab ini merupakan penagkapan gelap S, 2013:105. Saman mengalami konflik yang begitu berat. Tubuhnya sangat luka. Jiwanya sangat takut. Sebab id bekerja ketika Saman merasa sakit atas penyiksaan dari pihak ALM, yang ditandai dengan rasa gemetar disekujur tubuhnya. Isd Saman merasa ketakutan terhadap dugaan-dugaan yang membuatnya khawatir akan pertanyaan-pertanyaaan yang dilayangkan pihak ALM kepada diri Saman. Hingga Superego muncul ketika Saman hanya bisa menjerit dengan tubuh yang Universitas Sumatera Utara gemetar, tanpa memaki orang yang menganiayanya. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman adalah konflik batin menghindar ke menghindar. Cara atau dugaan apapun yang dilakukan dan dipikirkannya tidak akan mengurangi rasa sakitnya. “Tapi bagaimanapun penyiksaan yang kemudian ia terima membikin tubuhnya gemetar. Kegentaran itu tetap muncul setiap kali ia digiring ke ruang interogasi, didudukkan, atau dibiarkan berdiri, sementara ia menduga-duga cara apa yang digunakan orang-orang kali ini, sebab matanya selalu ditutup” S, 2013:106. Saman mengalami tahap situasi klimaks terhadap suatu tekanan masalah yang dihadapinya. Saman harus memilih jalan tersebut untuk mendapatkan kenikmatannya, agar tidak terjadi benturan fisik terhadap keadaan yang terdesak dan sakit. Kutipan ‘Rasa sakit yang luar biasa “ dan “cerita yang menyenangkan orang-orang itu’ tahap id menggambarkan tekanan batin Saman tentang penderitaan yang ia alami berada dalam ketidaksadaran, sebab rasa sakit yang luar biasa tidak dinyatakan dalam tahap rasional dan tindakan. ‘menyebabkan ia mengarang cerita yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan sama sekali, cerita yang menyenangkan orang-orang itu: saya sesungguhnya adalah seorang komunis yang menyaru sebagai Pastor’. Pada tahap ini ego beroperasi untuk mengatasi kesenangan batin Saman, agar orang-orang yang menghukumnya merasa puas atas apa yang diucapkannya, sehingga dengan terpaksa Saman berbohong dan mengaku sebagai seorang pastor yang komunis. Dalam konflik tersebut, superego tidak sampai beroperasi. Universitas Sumatera Utara Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar. Saman terpaksa berbohong agar penyiksaan yang dialaminya berakhir. Akan tetapi, dalam keterangannya Saman mengaku sebagai seorang pastor komunis yang sengaja menyebarkan kristenisasi kepada warga Lubukrantau sehingga citra Saman menjadi negatif di masyarakat, dan dirinya diteror sebagai daftar pencarian orang yang dianggap bersalah dalam konflik yang terjadi antara pihak ALM dengan warga Lubukrantau. Solusi yang dilakukan Saman guna menyelesaikan siksaan dan konflik yang dialaminya secara berkepanjangan, dalam introgasi di penjara Saman terpaksa berbohong dengan membenarkan setiap pertanyaan yang sesuai keinginan dari pihak karyawan ALM. “Jeritan pada tangan dan kakinya kadang membuat Wis sendiri kehilangan keyakinan diri bahwa ia memang membangun kebun itu demi Upi, lalu ia menyetujui tuduhan-tuduhan mereka. Rasa sakit yang luar biasa akhirnya menyebabkan ia mengarang cerita yang sebelumnya tak pernah ia pikirkan sama sekali, cerita yang menyenangkan orang-orang itu: “saya sesungguhnya adalah seorang komunis yang menyaru sebagai pastor S, 2013:107” Setelah ditangkap oleh orang yang memakai baju hitam, Saman diinterogasi disebuah penjara yang jauh dari orang-orang dan sangat sunyi dari kehidupan. Saman mengalami berbagai penyiksaan yang menimpa dirinya. Saman disetrum, dipukul hingga tidak mengalami kesakitan, sebab sekujur tubuh Saman terasa kaku. Ketika rasa sakit yang dialaminya sangat luar biasa, id Saman menginginkan kesenangan untuk menutupi rasa kesakitannya dengan melakukan humor guna menghibur dirinya melalui setiap jawaban dan cerita yang dibagi Universitas Sumatera Utara kepada orang-orang yang menyiksanya. Selain itu rasa tertawanya juga mengurangi rasa sakit dan keyakinannya semakin kuat. Sehingga ego Saman mengantarkan superego bekerja secara sukarela agar penis alat kelaminnya di potong daripada jari tangannya yang dapat digunakan untuk ngupil. Pada kenyataannya, penis adalah masa depannya untuk dapat memperoleh keturunannya kelak. Hal itu berarti Saman telah menentang Tuhan bahwa manusia memiliki perintah untuk memiliki anak dalam kehidupan di dunia. Namun, hal itu berbeda halnya jika seorang pastor Katolik yang mengalami, sebab hal tersebut sah. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah jenis konflik menghindar ke menghindar. Sebab, dengan humor dan keputusannya rela jika penisnya di potong, maka Saman dianggap telah mengalami guncangan kejiwaan yang berat stres. ”Setiap kali ada kesempatan, ia selalu mengubah rasa sakit menjadi humor di kepalanya sendiri. Seperti ketika orang-orang itu memindahkan kutub- kutub setrum dari belakang telinga ke penisnya. Ia tertawa-tawa sesaat setelah terjengat ke belakang. Biarpun kau potong, aku tak akan sedih. Karena benda itu cuma kupakai untuk kencing. Tak perlu panjang- panjang. Tapi jangan potong kelingkingku, sebab aku perlu untuk ngupil. Orang-orang menganggapnya gila karena kesakitan S, 2013:108. Batin Saman telah dibawah alam ketidaksadaran. Sebab penyiksaan yang dilakukannya orang perkebunan ALM terhadap dirinya sudah memuncak pikiran alam ketidaksadarannya. Id Saman ingin memeroleh kenikmatan dan kenyamanan dengan mengingat kejadian masa lalu. Penyiksaan tersebut digambarkan persis ketika Saman memukul ibunya saat gagal memberinya seorang adik dan memberi bapaknya seorang anak. Saman beranggapan bahwa Tuhan disamakan dengan ibunya yang hanya diam melihat penyiksaan yang diterima pada dirinya. Hanya Universitas Sumatera Utara dengan cara tersebut Saman dapat menghadapi siksaan yang menimpanya dari alat-alat seperti paku-paku, mesin setrum, penyiksa, dan tentara serdadu. Pada kutipan kali ini, ego dan superego tidak tercapai. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah menghindar ke menghindar. Sebab, semakin ia mengingat masa lalunya, maka Saman semakin mengingat masalah yang harus dihadapi selain dengan masalah di Desa Lubukrantau. Saman telah mengurangi keyakinan dan imannya kepada Tuhan dan agamanya sebagai penolong dan penyelamat atas penyiksaan itu. “Wis memukuli ibunya karena membiarkan itu terjadi. Sebab adik masih hidup meskipun sudah mati, tapi kenapa orang-orang memasukkannya ke dalam peti. Sebab ia merasakan sesuatu yang lain yang begitu dekat dengan Ibu yang Bapak tidak tahu,amat dekat, amat bersatu, ada cinta di sana. Ada mimpi, dan para penyiksa, serdadu, paku-paku, mesin penyetrum S, 2013:109. Saman merindukan suara-suara itu muncul lagi. Suara yang sering muncul dari balik tengkuk kepalanya adalah suara yang selalu membantunya setiap Saman mengalami musibah dan bencana. Sepertinya pada kutipan di bawah ini, Saman tidak lagi meyakini akan keberadaan Tuhan, melainkan keberadaan iblis yang mulai diyakininya. Saman kembali ke masa alam ketidaksadarannya. Id kembali bereaksi untuk mennginginkan suara-suara itu dan cahaya-cahaya itu. Namun, hanya ada orang yang menyiksanya. Ego sempat muncul ketika Saman ingin mengajak berkomunikasi dengan para penyiksa. Hal itu dilakukan Saman agar tetap terjalin hubungan komunikasi antara mereka, sehingga tidak terlarut dalam penyiksaan lebih lama dalam proses interogasinya. Akan tetapi, superego tidak mengijinkan Saman untuk melakukan hal itu, sebab akan membahayakan bagi Universitas Sumatera Utara keimanannya kepada Tuhan dan mengakibatkan Saman berdosa. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah menghindar ke menghindar. Apapun cara yang dilakukan Saman adalah pilihan yang sulit. Sebab Tuhan adalah yang memiliki kuasa, bukan iblis. “Tapi ia merindukan orang lain. Ke mana suara-suara itu? Suara-suara yang selalu menggetarkanku, yang membuatku kembali ke tanah ini? Mereka memang biasa datang tiba-tiba, tidak selalu pada kali aku inginkan. Saat-saat ini Wis berharap betul mereka menemaninya. Datanglah Tolong datang Namun hingga cahaya muncul dari celah angin dan akhirnya hilang lagi, tak ada suara menemaninya. Hanya orang yang menyodorkan makanan, dan ia kepingin sekali mengajaknya bercakap- cakap S, 2013:111” Pada kutipan di bawah ini menggambarkan batin Saman sangat terguncang. Rasa ikhlas dan berserahnya kepada Tuhan jelas terlihat. Bagaimana Saman rela mati dan meninggalkan segalanya di dunia. Sebab tubuhnya lemah dan merasa sakit. Tidak ada lagi cara yang dapat dilakukannya untuk keluar dari kebakaran itu. Sehingga ego Saman menentang id dan superego yang menginginkan Saman harus selamat dari pembakaran penjara terebut, dan superego yang menginginkan Saman harus memiliki jiwa pemberani dan kuat, sebab jika ada usaha pasti ada jalan. Namun, ego menginginkan mati daripada harus hidup. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah konflik menghindar ke menghindar, sebab cara apapun yang dilakukannya akan menjadi sia-sia. “Dengan matanya yang lelah terbiasa pada kegelapan, ia melihat asap kehitaman menyusup dari sela-sela pintu. Makin lama makin tebal. Tercium bau karbondioksida. Setengah sadar ia menduga ada kebakaran. Ia terjaga sesaat, tapi tubuhnya begitu lemah dan sakit. Dan ia berkat pada dirinya sendiri: Biar saja. Aku mau tidur. Mungkin selamanya S, 2013:111” Universitas Sumatera Utara Saman masih mengalami trauma yang besar akan sosok dirinya. Id beroperasi ketika rasa ketakutannya mengakibatkan Saman tidak berani mengambil keputusan yang dapat membahayakan dirinya, Anson, gereja, dan orang-orang yang ada di dekatnya. Ego bekerja ketika akhirnya Saman pergi untuk meminta diantar ke rumah suster-suster di daerah Boromeus di Lahat. Menurut Saman, ia merasa aman dari pencarian orang-orang perkebunan ALM. Namun, Saman harus rela kehilangan orang-orang terdekat untuk sementara, walaupun pada kenyataannya seseorang yang mengalami kejadian luar biasa, harus ditemani oleh orang terdekat. Konflik batin yang dialami Saman pada kutipan novel di bawah ini adalah menghindar ke menghindar, karena kedua keputusan itu sangat menyulitkan dirinya. “Wis tidak mau ke Perabumulih, sebab ia khawatir orang-orang yang menyelidiki dirinya mengintai pastoran. Berbahaya bagi Anson, kawanannya, dan dia sendiri, serta Gereja. Ia minta diantar ke rumah suster-suster Boromeus di Lahat. Di sana, ia berpisah dari Anson dan teman-temannya. Dipeluknya pemuda yang membungkuk ke tenpat ia tidur S, 2013:114. Saman mengalami pilihan yang sulit. Hal itu menyebabkan beban bagi diri Saman. Saman terkejut sebab ia merasa dijadikan kambing hitam dalam permasalahan kali ini. Keputuan Pater baginya tidak menguntungkan sama sekali. Sebab, dalam keadaan yang masih sakit ia menginginkan sebuah keringanan bagi dirinya. Id bereaksi ketika lehernya mengejang dan tubuhnya mengejut karena sesuatu hal yang merugikan dirinya. Ego Saman bereaksi ketika ia tidak memilih Universitas Sumatera Utara satupun dari keputusan yang disodorkan kepadanya. Pilihan untuk mengaku ke kantor polisi atau keluar dari pastor. Hingga akhirnya, superego bereaksi dengan megakui bahwa kedua pilihan itu merupakan hukuman baginya. Jenis konflik batin pada kutipan novel dibawah adalah jenis konflik batin menghindar ke menghindar. “Pater Westenberg menghela nafas, seperti berat ia menjawab: jika tim yakin kamu memang tidak bersalah, kamu harus memenuhi panggilan polisi. Jika kamu mersa bersalah, saya kira kamu harus mengundurkan diri dari tugas pastoral. Selanjutnya, menjadi tanggungjawabmu sendiri untuk menyerahkan diri atau tidak.”.....”Itu tidak adil, Pater. Kedua-duanya adalah hukuman buat saya-“ tapi lehernya mengejang sebelum ia selesai bicara dalam suaranya yang tegang. Kini, sedikit emosi saja membuat tubuhnya mengejut S, 2013:116.

4.2 MEKANISME PERTAHANAN KONFLIK