pemilik  kuasa dan keputusan terakhir dan berterima  kasih  kepadaNya.  Superego Saman menginginkan agar sesama umat beragama harus saling menghormati dan
menghargai walaupun agamanya berbeda. Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di bawah  adalah konflik pendekatan ke pendekatan. Dalam
kehidupan sehari-hari  dengan ada niat baik  saja  seseorang dapat memeroleh pahala yang besar bahkan jika niat tersebut disertai dengan doa dan diaplikasikan
secara benar maka keinginannya akan terkabul. “Mereka mengiya. Lalu Wis meminta wanita-wanita itu bersalawat.
“berdoalah yang lantang. Selantang mungkin. Insya  Allah, doa kita meredakan kemarahan orang-orang” Semoga Tuhan melembutkan hati
orang-orang yang mungkin akan mengepung S, 2010:102.
4.1.2 Konflik Pendekatan ke Menghindar
Konflik pendekatan ke menghindar  merupakan konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu yang
sama, sehingga seseorang harus memilih dua pilihan yang dapat menyenangkan perasaannya untuk menghindari kesalahan  yang ada. Sebagai contoh Umar ingin
menekan tombol sebagai petanda untuk  menjawab pertanyaan lomba cerdas- cermat.  Akan tetapi, Umar takut jawabannya salah. Akhirnya, Umar tidak jadi
menekan tombol. Dalam novel Saman  dapat ditemukan beberapa jenis konflik pendekatan ke menghindar yang dialami Saman.
Saman mengalami konflik batin yang begitu cemas.  Saman tiba-tiba mengalami mimpi buruk. Berulang kali Saman memanggil ibunya agar terbangun
dari tidur namun tidak ada balasan maupun respon dari ibunya. Saman mencoba
Universitas Sumatera Utara
meminta pertolongan dengan menjumpai ayahnya yang berada di lantai dasar rumah.  Id  menginginkan Saman agar memeroleh kelegahan hati karena sesuatu
keanehan dan kengerian yang menimpa Saman  ketika melihat keadaan  ibunya yang  mengalami sesuatu hal tidak sadar dalam  tidurnya.  Superego  Saman
mengatakan bahwa dengan memanggil orang yang sedang tidur adalah perlakuan tidak baik sebab seseorang yang sedang istirahat masih dalam keadaan lemah dan
tidak sadar.  Akan tetapi  di  satu sisi Saman membutuhkan ketenangan dan kenyamanan.  Pada akhirnya superego  menyuruh  ego  untuk  memanggil ayahnya
yang masih bekerja di lantai dasar. Jenis konflik batin yang dialami tokoh Saman merupakan jenis konflik pendekatan ke menghindar. Jika  Saman memilih diam
maka Saman akan mengalami rasa  cemas  secara terus menerus  sehingga ia menghampiri ayahnya agar rasa kecemasannya dapat teratasi.
“Setelah berulang-ulang memanggil tanpa dijawab, Wis beranjak ke luar kamar. Ibunya tetap tak terusik, seperti arca batu di sebuah candi yang
purba. Wis menuruni tangga kayu yang tanpa penerang, mencari ayah di ruang bawah dengan cemas S, 2013:54.
Sikap ragu, terkejut, dan diam  merupakan tindakan refleks dari tingkah laku Saman yang  mengingatkan kembali ingatannya kepada kejadian masa lalu
yang dialami keluarganya  ketika masih kecil.  Pengalaman semasa kecil yang dialami Saman dirumahnya dulu  telah mengembalikan sesuatu yang ingin
dicarinya selama ini. Superego Saman mengatakan agar lebih baik diam daripada langsung bercerita tentang kejadian buruk yang menimpa kehamilan ibunya di
rumah tersebut kepada seorang wanita. Superego menahan kerja ego untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat berakibat patal sebab dengan cara diam tanpa
Universitas Sumatera Utara
bercerita dapat menahan emosinya  kembali  muncul.  Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di  bawah  adalah pendekatan ke menghindar. Hal
tersebut terlihat  ketika keinginan  Saman yang begitu tinggi  untuk  merasakan kembali kejadian masa lalu Saman di rumahnya terdahulu yang kini dihuni oleh
keluarga lain. Saman sangat penasaran akan keadaan yang dialami wanita  dengan kehamilannya. Namun, jika Saman  tidak memberanikan kembali ke rumah itu,
maka rasa kepuasan Saman untuk memenuhi penasarannya tidak dapat terpenuhi. “Waktu ia akhirnya pergi ke sana dengan agak ragu, seorang perempuan
muda yang tengah mengandung muncul membukakan pintu. Wis terkejut, tak siap menghadapi orang lain di rumah masa kecilnya, tak siap menjadi
asing di bekas tempat tinggalnya. Dan wanita itu hamil tua, seperti ibu ketika hidup di situ. Untuk beberapa detik, Wis tak bisa berkata-kata  S,
2013:60.
Saman tidak ingin menyinggung  perasaan  Asti  seorang  wanita  yang sedang hamil tua dan kini menetap  dirumah  tersebut. Saman merasa  ketakutan
apabila menceritakan tentang kejadian yang pernah dialaminya kepada wanita itu karena  akan menyebabkan  Asti  tersinggung dan sakit hati  yang  dapat
menyebabkan Asti takut dan cemas. Jadi, untuk menghindari hal tersebut Saman hanya berani menceritakan kepada suami  Asti  yaitu Ichwan yang dianggapnya
dapat diajak bercerita dengan terbuka tentang pengalaman masa lalunya tersebut. Dua bulan menjelang persalinan kelahiran anak Asti, akhirnya Asti berangkat ke
Jakarta.  Sejak keberangkatan Asti ke Jakarta Saman  mulai  berani menceritakan kepada Ichwan tentang kejadian tersebut  walaupun pada akhirnya Ichwan
menyimpulkan bahwa kejadian itu hanya diakibatkan faktor kesehatan klinik atau persalinan  di puskesmas.  Id  Saman menginginkan agar ia melakukan cara untuk
Universitas Sumatera Utara
berbagi pengalaman kecilnya kepada orang lain. Ego Saman “bekerja” pada saat Saman menceritakan kepada Ichwan tentang bagaimana kejadian yang
sesungguhnya, bahwa adiknya pernah dilahirkan di rumahnya dan meninggal pada hari ke tiga. Superego  Saman bekerja dengan tidak menceritakan dan
menyembunyikan cerita kepada Ichwan dan Asti  mengenai  kedua adik  Saman yang meninggal   di  dalam kandungan  ibunya.  Hal tersebut dilakukan karena
superego  takut  ego  bekerja di  luar kendali sehingga dapat menyakiti keluarga Ichwan.  Konflik batin yang dialami tokoh utama pada kutipan di  bawah  adalah
jenis konflik pendekatan ke menghindar. Jika Saman tidak menceritakan kejadian yang sesungguhnya  maka Saman mengalami  kecemasan dan  Ichwan tidak
berhati-hati  dalam menjaga  kehamilan istrinya.  Namun  dengan  menceritakan kejadian tersebut kepada Ichwan menyebabkan  Saman  merasa  lega  dan tidak
dibayang-bayangi rasa ketakutan. “Setiap kali ada waktu yang layak, Wis menyempatkan diri mampir, tanpa
mengakui yang sebetulnya ia rindukan. Dua bulan sebelum saat melahirkan, Asti pulang ke Jakarta. Barulah Wis bercerita kepada Ichwan
tentang adiknya yang terakhir, yang lahir dan mati pada hari ketiga. Barangkali, itu karena klinik di sini kurang steril, mereka menyimpulkan.
Ia tetap menyimpan kisah dua  adiknya yang hilang dalam kandungan  S, 2013:62.
Saman tidak tahu cara apa yang dilakukannya agar dapat lebih dekat dengan suara-suara yang membukakan jalan bagi ingatan Saman terhadap
kejadian masa lalunya. Saman mengalami rasa penasaran yang tinggi  sebab Saman ingin membuktikan pada dirinya sendiri, siapa sebenarnya suara-suara
yang mengganggu  dan mengikutinya  hingga ia dewasa kini.  Id  Saman bekerja
Universitas Sumatera Utara
ketika mengharapkan kedatangan suara-suara itu  muncul kembali. Hal itu dilakukan  Saman  untuk menghindari rasa kecemasannya yang semakin tinggi.
Ego sempat bekerja dengan melakukan doa sembari menggenggam koran sebagai media  berdoa. Namun superego  melarang  ego  untuk melakukan hal itu, dan
memilih bekerja agar Saman berdoa ke pastoran saja daripada di rumah itu karena superego  merasa  berdoa di pastoran lebih baik dan tenang. Menurut  superego
berdoa di pastoran akan memeroleh petunjuk daripada berdoa dengan memegang koran dan mengharapkan sesuatu yang menjurus  ke perbuatan syirik dengan
menduakan Tuhan. Konflik batin yang dialami tokoh utama pada kutipan di bawah adalah jenis konflik pendekatan ke menghindar. Jika Saman tetap berdoa di
rumah tersebut Saman akan mengalami kejadian yang aneh dan membuat hatinya kembali trauma.
“Namun, kata-kata dalam koran  itu selalu saja membukakan jalan bagi memorinya tentang rumah itu. Sesekali ia melipatnya untuk berdoa, doa
yang tak ia tahu bedanya dari sekadar harap-harap cemas, agar ia bisa berhubungan dengan suara-suara itu.....apakah permintaan semacam pantas
di sebut doa? Layaknya meminta Tuhan memuaskan penasaran pribadi? Ia membuka kembali bacaannya tetapi hanya mengulang-ulang paragraf yang
sama. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke pastoran. S, 2013:63.
Pada kutipan di  bawah  sangat terlihat jelas  bahwa Saman mengalami konflik  batin yang begitu berat  ketika hatinya merasa khawatir akibat  perasaan
ambang inderawi yang mengatakan bahwa ada orang lain di  ruangan tersebut selain dirinya. Saman adalah orang yang taat terhadap agama Katolik  sehingga
Saman tidak takut dengan bahaya datangnya sosok makhluk halus maupun iblis. Ketakutan Saman hanya tertuju kepada perampok yang  datang tiba-tiba di rumah
Universitas Sumatera Utara
itu.  Menurut saman  hal tersebut akan lebih berbahaya daripada kedatangan iblis karena perampok dianggap nyata.  Id  menginginkan bagaimana cara yang
dilakukan  ego  Saman untuk tidak menghindari dirinya dari rasa khawatir  karena kebiasaan manusia ketika melihat sesuatu di  luar panca inderanya pasti akan
mengalami ketegangan terutama pada indera perasa manusia  yaitu saraf bulu kuduk  di  belakang tengkuk kepala.  Id  direspon oleh ego  kesadarannya  dengan
menyalakan lampu ruangan untuk melihat  sosok  yang datang di  ruangan kamarnya.  Superego  mengawasi kerja ego  agar terhindar dari pikiran negatif
dengan menggunakan sesuatu benda senjata untuk melawan. Akhirnya superego menginginkan ego untuk menyalakan lampu sebagai petanda mengecek tamu atau
sesuatu yang datang  ke rumah.  Konflik batin yang dialami oleh Saman yaitu konflik pendekatan ke menghindar. Hal itu terbukti dari rasa nekat Saman dengan
berani menyalakan lampu ruangan karena ia memiliki prasangka  negatif atas kedatangan suara-suara seseorang yang ternyata bukan siapa-siapa.
“ Ketika bola dipadamkan, ia merasakan sesuatu. Bukan suara, bukan pula
bunyi, tetapi perasaan ambang inderawi bahwa ada orang lain di ruang itu, di dekatnya. Saraf-saraf refleksnya mencuatkan cemas, jari-jarinya
kembali menyalakan lampu. Tapi dalam terang ia tak melihat siapa-siapa. Syukurlah bukan rampok atau maling S, 2013:63.
Konflik batin Saman memuncak ketika ia menyerah karena badannya terasa lemas sehingga Saman tidak tahu harus berbuat apa dalam  menghadapi
suara-suara  aneh yang selalu mengikutinya.  Id  menginginkan agar wanita  yang kejebur ke dalam sumur untuk segera ditolong. Akan tetapi di satu sisi superego
Saman mengatakan bahwa pekerjaannya tidak akan berhasil jika hanya dilakukan
Universitas Sumatera Utara
seorang diri saja. Superego Saman mengatakan bahwa kepada sesama orang lain maupun tetangga harus menjalin kerjasama dan memiliki rasa kasih sayang serta
tolong menolong. Keinginan id dan superego langsung direspon oleh ego Saman dengan melangkah yakin walaupun dengan rasa ngeri dan terpukau kemudian
Saman  berlari memanggil para tetangga untuk datang dan membantunya menolong wanita cacat yang kejebur ke dalam sumur. Ego Saman pun melakukan
cara untuk  menarik perhatian warga dan orang  sekitar rumah dengan teriakan Saman yang begitu keras agar orang berlari dan membantunya menolong wanita
itu dari dalam sumur. Jenis konflik batin yang dialami Saman yaitu pendekatan ke menghindar.  Saman berharap dengan  suara teriakan dan berlari memanggil
tetangganya Saman dapat menolong nyawa wanita yang kejebur ke dalam sumur bersama mereka sebab jika itu tidak dilakukan maka Saman akan menyelamatkan
wanita itu seorang  diri dan kemungkinan wanita tersebut tidak akan tertolong sebab sumur itu sangat dalam.
“Wis melangkah menuju bunyi, dengan terpukau dan ngeri.....lelaki itu merasa lemas karena tidak tahu harus berbuat apa, bahkan untuk sejenak
tak yakin dengan apa yang sedang terjadi. Akhirnya ia berteriak memanggil bantuan, sambil berlari ke pintu belakang tetangga terdekat.
“tolong Seorang anak kecemplung sumur S, 2013: 67.
Kepedulian dan perhatian Saman terhadap tokoh Upi sangatlah tinggi. Upi yang merupakan seorang  wanita  yang memiliki masalah kelainan cacat mental
dan  kejiwaan  menyebabkan  hati nurani Saman merasa terpanggil dan segera melakukan tindakan untuk membantu kesengsaraan yang dialami Upi selama di
dalam kurungan  bilik. Hal ini mengakibatkan konflik batin yang luar biasa
Universitas Sumatera Utara
dialami Saman.  Id  Saman menuntut ego  untuk menyenangkan Upi agar memeroleh tempat tinggal yang layak seperti manusia yang waras. Kehadiran
Upi dalam kehidupan  Saman  menyebabkan  Saman merasa iba terhadap penderitaan dan keadaan yang dialami Upi. Pada penggalan isi novel di bawah,
keinginan  superego  dilanggar  oleh Saman ketika Saman mengalami ketakutan atas hukuman  yang ditujukan padanya  akibat perbuatan yang dilakukan Saman
dengan mengunci kandang Upi. Saman merasa bahwa  mengurung seseorang tanpa kesalahan adalah  melanggar norma hak azasi manusia. Tahap lamunan
Saman sempat berpikir,  seandainya Upi itu adalah laki-laki dan Saman adalah perempuan maka akan berbeda keadaannya. Ego  yang muncul pada batinnya
adalah Saman ingin mencoba membantu energi id  secara rasional agar tidak mencapai tahap superego. Jenis konflik yang dialami Saman adalah konflik
pendekatan ke menghindar. Saman terpaksa mengunci kandang Upi yang telah dibuatnya hampir seminggu lebih karena Upi tiba-tiba melakukan hal yang
dianggap Saman sangat aneh.  Sigale-gale  yang diciptakannya tidak mampu menciptakan ketertarikan Upi selama Saman masih berada disamping Upi. Upi
sempat menyentuh tangan Saman, namun Saman langsung mengunci kandang Upi agar terhindar dari kejadian yang negatif perzinaan antara keduanya.
Dengan alasan tersebut, maka Saman menghindari perzinahan agar terhindar dari perbuatan maksiat. Walaupun di satu sisi Upi merasa kesakitan berhubungan seks
dengan  Sigale-gale  yang dianggap Upi memiliki kenikmatan yang luar biasa. Solusi yang dilakukan Saman adalah dengan mengurung Upi agar mereka berdua
terhindar dari perzinahan.
Universitas Sumatera Utara
“....dengan galau ia meninggalkan kandang, serta perempuan yang berseru- seru di belakangnya. Ia merasa amat pedih ketika harus menggembok
kembali pintu, memasung si gadis yang menatap matanya persis di hadapannya. Salahkah aku? Apakah aku tidak menghina dengan membikin
patung tadi? Saya sungguh hanya ingin menyenangkan kamu, Upi, dalam penjaramu. Saya ingin kamu kecukupan. Sebab saya tak kuasa
membebaskan kamu dari sana....” Ia menoleh dan melihat gadis itu telah membuka kancing bajunya. Andaikan aku ini perempuan, atau kamu yang
laki-laki, barangkali kita lebih gampang bersahabat dan aku bisa meringankan kesepianmu....”Semakin aku terlibat dalam penderitaanmu,
semakin aku ingin bersamamu. Dan Wis selalu kembali kesana. Kian ia mengenal perkebunan itu, kian ia cemas pada nasib si gadis S, 2013:81.
Saman merupakan pastor yang memiliki kepribadian penyayang dan pengertian antara sesama umat manusia. Hal tersebut Saman lakukan pada tokoh
Upi. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat  memberikan kelayakan dan kenyamanan tempat tinggal bagi Upi, dengan mendirikan bilik atau tempat tinggal
yang baru dengan lokasi  lebih luas dari sebelumnya. Namun, pada kutipan di bawah, Saman mengalami konflik batin yang luar biasa. Sebab, di satu sisi Saman
sangat khawatir dengan kurungan yang dilakukan keluarga Mak Argani terhadap Upi  yang memang memiliki keterbelakangan mental. Namun, jika hal itu tidak
dilakukan Saman, maka akan membahayakan orang dan binatang milik warga jika Upi dilepas begitu saja. Hal itu juga terlihat ketika untuk kesekian kalinya Saman
menemui Upi di bilik.  Awalnya  Saman merasa kasihan dengan kurungan itu, namun batin Saman mengatakan bahwa cara itu demi kepentingan dan keamanan
semua orang. Untuk menghindari kejadian yang tidak menyenangkan, akhirnya superego  menuntut  ego  Saman  untuk  mengendalikan batinnya dengan
memberikan makanan kepada Upi dari luar bilik tersebut. Lalu Saman becakap- cakap dengan menyodorkan beberapa biskuit, sebab sudah lama Saman tinggal di
Universitas Sumatera Utara
gereja  dan tidak ke Lubukrantau.  Id  menginginkan agar Upi juga memeroleh perlakuan yang sama dari manusia lainnya. Namun, di satu sisi superego menekan
ego  agar tidak berbuat ceroboh, sebab dengan membiarkan Upi keluar dari kandang akan membahayakan orang lain yang berada di luar, dan ego  akan
mengalami kecemasan. Jenis konflik  batin pada kutipan di  atas adalah konflik pendekatan ke menghindar. Akhirnya Saman  harus memilih untuk memberi
makanan biskuit  kepada  Upi dari balik jeruji kayu. Bukan memperlakukannya seperti binatang, hanya saja untuk menghindari sesuatu yang melanggar aturan
dan norma. “Sudah lama ia tidak masuk ke dalam. Ia ingin, tetapi gadis itu nampak
masih birahi padanya. Pemuda itu lalu berdiri di luar saja, dekat bilik, dan memanggil namanya. Perempuan itu muncul dari balik korden kumal yang
menutup pintu, senyumnya lebar. Wis menyodorkan sekardus biskuit. Mereka bercakap-cakap, seperti biasa, masing-masing dengan bahasanya
sendiri. Ia menjadi amat muram sebab gadis itu sama sekali tidak mengerti bahwa keluarganya sedang tersuruk semakin jauh dalam kemiskinan. Apa
yang bisa kulakukan, Upi, supaya kamu tidak pergi ke tempat yang lebih jelek daripada penjaramu ini S, 2013:82?
Pilihan yang sulit antara berada di pastoran untuk mengembangkan agama atau membantu orang dalam keadaan kesusahan. Saman mengalami pilihan yang
sulit  untuk memilih antara Gereja atau Lubukrantau.  Saman  akhirnya memohon dengan rasa iba,  agar diberi izin untuk tetap berada di pastoran dan juga
Lubukrantau.  Id  menginginkan  ego  agar Saman diberi izin untuk tinggal lebih lama di Lubukrantau dan tetap bertugas di gereja yang berada di Kota
Perabumulih. Akan tetapi, di lain sisi superego menginginkan Saman untuk tidak
Universitas Sumatera Utara
bersifat rakus dan tamak. Saman harus memilih kepentingan yang utama, antara gereja atau Lubukrantau. Namun ego  menghiraukan keinginan superego  yang
menginginkan dua-duanya dengan menyodorkan proposal untuk membantu beban masyarakat Lubukrantau dari ancaman Perkebunan Anugerah Lahan Makmur.
Hal itu juga didukung oleh ego Saman  yang merasa amat berdosa hanya melihat dan diam  tanpa bekerja apapun untuk meringankan beban warga Lubukrantau,
sedangkan di pastoran Saman  mendapat perhatian khusus  dan mewah  dari para suster gereja. Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di bawah yaitu
pendekatan ke menghindar. “Wis terdiam. Lalu ia meminta maaf. “saya sama sekali tidak bermaksud
menyepelekan pekerjaan gereja. Saya cuma tak bisa tidur setelah pergi ke dusun itu. Ia ingin mengatakan rasanya berdosa berbaring di kasur yang
nyaman dan makan rantangan lezat yang di masak ibu-ibu umat secara bergiliran. Bahkan rasanya berdosa jika hanya berdoa. Ia tak tahan melihat
kemunduran yang menurut dia dapat diatasi dengan beberapa proposalnya. Dengan agak memelas ia memohon diberi kesempatan melakukan itu  S,
2013:84.
Perasaan Saman begitu hancur. Saman difitnah dan dituduh menyebarkan agama Katolik yang tidak diyakini secara penuh oleh warga Lubukrantau. Saman
juga dituduh mengkristenkan seluruh warga Lubukrantau secara paksa agar masuk ke agama Katolik. Tidak hanya itu, Saman juga dituduh mengajari keluarga Mak
Argani berburu dan makan hewan babi, sebab dalam agama Islam mengkonsumsi daging  babi  hukumnya  haram dan dilarang Tuhan. Jika  hal tersebut  dilakukan
maka sama halnya  orang tersebut telah memakan bangkai makanan yang haram untuk di konsumsi.  Akhirnya, tuduhan tersebut  membuat Saman semakin takut
dan berhati-hati terhadap warga yang mungkin percaya dengan omongan mereka
Universitas Sumatera Utara
yang menuduhnya berbuat negatif. Konflik batin yang dialami Saman termasuk jenis konflik pendekatan menghindar. Konflik ini terlihat ketika sifat kehati-hatian
dan meyakinkan masyarakat tidak percaya dan terpropoganda  dengan isu yang beredar dan menjelek-jelekkan nama Saman.
“Wis merasa melihat orang-orang itu berbicara dengan mobil sambil menunjuk dirinya. Tak lama setelah peristiwa itu, ia mendengar beberapa
orang dari desa lain di sekitar mulai menuduh dia mengkristenkan orang Lubukrantau dan mengajari keluarga Argani berburu dan makan babi
hutan S, 2013:95.
Begitu berat konflik batin yang dialami oleh Saman. Saman menjadi tidak bergairah  kembali  melihat perjuangannya dalam mempertahankan lahan karet
yang merupakan hak warga Lubukrantau. Saman menolak tawaran Anson yang menginginkan Saman untuk berkata di depan seluruh warga Lubukrantau. Id
menginginkan Saman agar tubuhnya kembali bergairah akibat konflik batin yang memengaruhi pandangan matanya hingga ke ruang yang benar-benar gelap seperti
lamunan yang mendalam. Ego  beroperasi ketika  masalah yang dilimpahkan kepada Saman ditolak, bahkan Saman menyuruh Anson sebagai pengganti dalam
memimpin kelompok warga  Lubukrantau.  Walaupun  Saman  sudah dianggap sebagai sosok yang berani dan bertanggungjawab  di lingkungan warga
Lubukrantau dan sudah menjadi seperti bagian warga Lubukrantau.  Superego tidak mampu mengawasi ego yang bertindak sesuka hati dan egois. Sebab, dengan
menolak ajakan orang lain, terlebih diminta pertolongan orang lain dalam keadaan penting  adalah perbuatan dosa dan dilarang agama, karena agama manapun
mengajarkan rasa tolong-menolong.  Konflik batin yang dialami Saman adalah
Universitas Sumatera Utara
jenis konflik batin pendekatan menghindar. Saman dengan sengaja menghindari tanggung  jawab  demi menenangkan hatinya  dalam  memeroleh kenikmatan.
Walaupun dalam satu sisi warga sangat mengharapkan kehadirannya di tengah- tengah kerumunan mereka.
“Wis menolak. “kau sajalah Aku baru tiba, tak begitu tahu kejadian,” ia mencoba membangkitkan gairahnya yang kini hampir punah, ketika
dilihatnya orang-orang yang berharap. Dalam remang kekuningan, mata- mata itu nampak hitam seperti relung yang dalam. Semakin jauh orang dari
bohlam, semakin gelap relung matanya. S, 2013:97.
Pada kutipan di  bawah  terlihat  begitu keras pemikiran Saman,  sehingga harus berpandangan bahwa Saman  tidak  ingin  lagi membantu perjuangan dan
keadaan warga Lubukrantau  dari paksaan perkebunan ALM.  Id  menginginkan agar Saman memeroleh kehidupan yang lebih layak jika tinggal di Pastoran
daripada di Lubukrantau bersama warga transmigrasi Sei Kumbang. Hal tersebut juga didukung dengan id  Saman  yang mementingkan diri sendiri, walaupun
kenyataannya  Saman adalah orang yang memiliki jiwa sosial yang  sangat  tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, superego mampu mengendalikan ego untuk
tidak melakukan sesuatu yang dapat mengakibatkan kecemasan dan kerja secara sadar. Jelas konflik batin ini disebabkan karena alam jiwanya yang merasa pasrah
dan seperti mengibarkan bendera putih sebagai tanda berdamai dengan pihak perkebunan ALM. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah pendekatan ke
menghindar. Jika Saman kembali ke Pastoran, maka Saman merasa nasibnya aman dan tidak lagi merasa khawatir dengan masalah-masalah yang sebenarnya
Universitas Sumatera Utara
bukan masalah pribadinya, namun sebaliknya akan memberikan pengaruh kepada warga atas kehilangan sosok pemuda yang berani melawan perkebunan ALM.
“Lihatlah, aku tak akan kekurangan apa-apa sekalipun kebun ini dimusnahkan. Aku bisa kembali ke gereja di mana ibu-ibu paroki
merawatku dengan aten untuk mengkhotbahi mereka dan memberi sakramen. Atau membimbing retret dan rekoleksi di sekolah-sekolah
Katolik di kota, dimana murid-murid perempuan kerap menggemariku dan mengirimi surat serta puisi. S, 2013:99.
Pada kutipan di bawah ini  tampak betapa takut dan bimbangnya Saman dalam mengambil sebuah keputusan untuk menjawab pertanyaan dari seluruh
warga Lubukrantau  tentang solusi dalam menyelesaikan permasalahan antara warga dengan pihak perkebunan ALM. Saman akhirnya mengalami kebingungan
yang luar biasa. Id Saman menginginkan rasa aman pada dirinya untuk tidak ikut campur dengan mencoba menghindar  dari  rasa  ketakutan. Namun, di  satu sisi
superego  sangat merasa berdosa atas segala perbuatan acuh tak acuh dengan meninggalkan kesan yang buruk di mata orang  lain. Namun, superego  tidak
mampu  menjaga keinginan dan kerja ego.  Ego  menuntut agar Saman menjawab pertanyaan warga dengan letih  dan seakan-akan tidak memiliki rasa tanggung
jawab dalam mengambil keputusan. Hingga ego  Saman memuncak ketika ia mengambil keputusan yang mengejutkan seluruh warga tentang keputusan Saman
untuk tetap bertahan atau berdamai sebagai keputusan mereka. Konflik yang dialami oleh Saman adalah jenis konflik pendekatan ke menghindar. Saman takut
jika keputusannya membuat warga menjadi menyesal dikemudian hari dan merasa bersalah jika melawan perkebunan ALM. Akan tetapi, jika Saman tidak ikut andil
Universitas Sumatera Utara
dalam memutuskan sebuah kebijakan, Saman takut jika keputusan mereka sebaliknya merugikan pihak warga Lubukrantau.
“Wis menjadi teramat takut untuk mengambil keputusan yang bukan menjadi taruhannya. Sementara orang-orang itu tetap menunggu
jawabannya. Ia pun mendongak dan menjawab dengan amat letih: Kalian rapatkanlah Aku akan dukung apapun keputusan kalian.” Sebab
pertaruhan ini bukanlah pertaruhanku S, 2013:99.
Pada  kutipan di  bawah  sangat jelas betapa sulitnya  pilihan yang  harus dihadapi oleh Saman, sehingga menyebabkan batinnya  merasa  kebingungan.
Apalagi id bekerja dengan sikap diam dan seolah-olah tidak lagi menjadi satu misi dengan warga Lubukrantau  sejak awal,  sehingga  membuat  Saman  merasa bukan
siapa-siapa lagi dan terkesan id menginginkan agar Saman tidak merasa bingung. Keraguan Saman  juga membawa id  Saman  mencoba untuk bertahan tanpa
mengeluarkan suara apapun. Sebab, Saman merasa bukanlah bagian dari keluarga yang memiliki agama yang berbeda. Superego Saman mampu mengendalikan ego
yang tidak dapat bereaksi, sebab dapat menyinggung perasaan Anson yang sayang kepada isterinya. Berbeda dengan Saman yang tidak mengalami betapa sakitnya
memiliki isteri yang diperlakukan tidak manusiawi  oleh orang lain. Superego Saman  mengatakan bahwa masalah agama selalu di sejajarkan dengan hak dan
kewajiban seseorang untuk mematuhi dan menjalankan perintah Tuhan. Menurut ajaran agama, aturan dan keyakinan masing-masing  umat  agama  memang
berbeda. Artinya, Saman mencoba memberikan sebuah pemahaman bahwa keputusan yang berasal dari seorang pastor belum tentu sama dengan keputusan
yang berasal dari seorang ulama atau ustad. Maka, Saman membiarkan keputusan
Universitas Sumatera Utara
itu sesuai dengan ajaran mereka masing-masing. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman  adalah pendekatan  ke  menghindar. Saman  takut keputusannya
dijadikan keputusan satu tekad, sehingga pihak perkebunan ALM beranggapan Saman sebagai pastor yang mencoba mengkristenkan semua warga Lubukrantau.
“Wis merasa begitu galau. Ia ingin mencegah Anson, tetapi tiba-tiba ia tak punya nyali itu. Ia kehilangan keyakinan dirinya. Sebab ia bukan mereka.
Salib mereka bukan salibku. Ia bukan perempuan sehingga tidak tahu bagaimana terhinanya diperkosa, dan ia tak punya istri sehingga tak yakin
bisa sungguh mengerti kemarahan lelaki itu. Tiba-tiba ia merasa bukan siapa-siapa. Tiba-tiba ia merasa tak punya suara. S, 2013:102.
4.1.3 Konflik Menghindar ke Menghindar