Konflik Pendekatan ke Menghindar

pemilik kuasa dan keputusan terakhir dan berterima kasih kepadaNya. Superego Saman menginginkan agar sesama umat beragama harus saling menghormati dan menghargai walaupun agamanya berbeda. Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di bawah adalah konflik pendekatan ke pendekatan. Dalam kehidupan sehari-hari dengan ada niat baik saja seseorang dapat memeroleh pahala yang besar bahkan jika niat tersebut disertai dengan doa dan diaplikasikan secara benar maka keinginannya akan terkabul. “Mereka mengiya. Lalu Wis meminta wanita-wanita itu bersalawat. “berdoalah yang lantang. Selantang mungkin. Insya Allah, doa kita meredakan kemarahan orang-orang” Semoga Tuhan melembutkan hati orang-orang yang mungkin akan mengepung S, 2010:102.

4.1.2 Konflik Pendekatan ke Menghindar

Konflik pendekatan ke menghindar merupakan konflik yang terjadi karena seseorang mempunyai perasaan positif dan negatif terhadap sesuatu yang sama, sehingga seseorang harus memilih dua pilihan yang dapat menyenangkan perasaannya untuk menghindari kesalahan yang ada. Sebagai contoh Umar ingin menekan tombol sebagai petanda untuk menjawab pertanyaan lomba cerdas- cermat. Akan tetapi, Umar takut jawabannya salah. Akhirnya, Umar tidak jadi menekan tombol. Dalam novel Saman dapat ditemukan beberapa jenis konflik pendekatan ke menghindar yang dialami Saman. Saman mengalami konflik batin yang begitu cemas. Saman tiba-tiba mengalami mimpi buruk. Berulang kali Saman memanggil ibunya agar terbangun dari tidur namun tidak ada balasan maupun respon dari ibunya. Saman mencoba Universitas Sumatera Utara meminta pertolongan dengan menjumpai ayahnya yang berada di lantai dasar rumah. Id menginginkan Saman agar memeroleh kelegahan hati karena sesuatu keanehan dan kengerian yang menimpa Saman ketika melihat keadaan ibunya yang mengalami sesuatu hal tidak sadar dalam tidurnya. Superego Saman mengatakan bahwa dengan memanggil orang yang sedang tidur adalah perlakuan tidak baik sebab seseorang yang sedang istirahat masih dalam keadaan lemah dan tidak sadar. Akan tetapi di satu sisi Saman membutuhkan ketenangan dan kenyamanan. Pada akhirnya superego menyuruh ego untuk memanggil ayahnya yang masih bekerja di lantai dasar. Jenis konflik batin yang dialami tokoh Saman merupakan jenis konflik pendekatan ke menghindar. Jika Saman memilih diam maka Saman akan mengalami rasa cemas secara terus menerus sehingga ia menghampiri ayahnya agar rasa kecemasannya dapat teratasi. “Setelah berulang-ulang memanggil tanpa dijawab, Wis beranjak ke luar kamar. Ibunya tetap tak terusik, seperti arca batu di sebuah candi yang purba. Wis menuruni tangga kayu yang tanpa penerang, mencari ayah di ruang bawah dengan cemas S, 2013:54. Sikap ragu, terkejut, dan diam merupakan tindakan refleks dari tingkah laku Saman yang mengingatkan kembali ingatannya kepada kejadian masa lalu yang dialami keluarganya ketika masih kecil. Pengalaman semasa kecil yang dialami Saman dirumahnya dulu telah mengembalikan sesuatu yang ingin dicarinya selama ini. Superego Saman mengatakan agar lebih baik diam daripada langsung bercerita tentang kejadian buruk yang menimpa kehamilan ibunya di rumah tersebut kepada seorang wanita. Superego menahan kerja ego untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat berakibat patal sebab dengan cara diam tanpa Universitas Sumatera Utara bercerita dapat menahan emosinya kembali muncul. Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di bawah adalah pendekatan ke menghindar. Hal tersebut terlihat ketika keinginan Saman yang begitu tinggi untuk merasakan kembali kejadian masa lalu Saman di rumahnya terdahulu yang kini dihuni oleh keluarga lain. Saman sangat penasaran akan keadaan yang dialami wanita dengan kehamilannya. Namun, jika Saman tidak memberanikan kembali ke rumah itu, maka rasa kepuasan Saman untuk memenuhi penasarannya tidak dapat terpenuhi. “Waktu ia akhirnya pergi ke sana dengan agak ragu, seorang perempuan muda yang tengah mengandung muncul membukakan pintu. Wis terkejut, tak siap menghadapi orang lain di rumah masa kecilnya, tak siap menjadi asing di bekas tempat tinggalnya. Dan wanita itu hamil tua, seperti ibu ketika hidup di situ. Untuk beberapa detik, Wis tak bisa berkata-kata S, 2013:60. Saman tidak ingin menyinggung perasaan Asti seorang wanita yang sedang hamil tua dan kini menetap dirumah tersebut. Saman merasa ketakutan apabila menceritakan tentang kejadian yang pernah dialaminya kepada wanita itu karena akan menyebabkan Asti tersinggung dan sakit hati yang dapat menyebabkan Asti takut dan cemas. Jadi, untuk menghindari hal tersebut Saman hanya berani menceritakan kepada suami Asti yaitu Ichwan yang dianggapnya dapat diajak bercerita dengan terbuka tentang pengalaman masa lalunya tersebut. Dua bulan menjelang persalinan kelahiran anak Asti, akhirnya Asti berangkat ke Jakarta. Sejak keberangkatan Asti ke Jakarta Saman mulai berani menceritakan kepada Ichwan tentang kejadian tersebut walaupun pada akhirnya Ichwan menyimpulkan bahwa kejadian itu hanya diakibatkan faktor kesehatan klinik atau persalinan di puskesmas. Id Saman menginginkan agar ia melakukan cara untuk Universitas Sumatera Utara berbagi pengalaman kecilnya kepada orang lain. Ego Saman “bekerja” pada saat Saman menceritakan kepada Ichwan tentang bagaimana kejadian yang sesungguhnya, bahwa adiknya pernah dilahirkan di rumahnya dan meninggal pada hari ke tiga. Superego Saman bekerja dengan tidak menceritakan dan menyembunyikan cerita kepada Ichwan dan Asti mengenai kedua adik Saman yang meninggal di dalam kandungan ibunya. Hal tersebut dilakukan karena superego takut ego bekerja di luar kendali sehingga dapat menyakiti keluarga Ichwan. Konflik batin yang dialami tokoh utama pada kutipan di bawah adalah jenis konflik pendekatan ke menghindar. Jika Saman tidak menceritakan kejadian yang sesungguhnya maka Saman mengalami kecemasan dan Ichwan tidak berhati-hati dalam menjaga kehamilan istrinya. Namun dengan menceritakan kejadian tersebut kepada Ichwan menyebabkan Saman merasa lega dan tidak dibayang-bayangi rasa ketakutan. “Setiap kali ada waktu yang layak, Wis menyempatkan diri mampir, tanpa mengakui yang sebetulnya ia rindukan. Dua bulan sebelum saat melahirkan, Asti pulang ke Jakarta. Barulah Wis bercerita kepada Ichwan tentang adiknya yang terakhir, yang lahir dan mati pada hari ketiga. Barangkali, itu karena klinik di sini kurang steril, mereka menyimpulkan. Ia tetap menyimpan kisah dua adiknya yang hilang dalam kandungan S, 2013:62. Saman tidak tahu cara apa yang dilakukannya agar dapat lebih dekat dengan suara-suara yang membukakan jalan bagi ingatan Saman terhadap kejadian masa lalunya. Saman mengalami rasa penasaran yang tinggi sebab Saman ingin membuktikan pada dirinya sendiri, siapa sebenarnya suara-suara yang mengganggu dan mengikutinya hingga ia dewasa kini. Id Saman bekerja Universitas Sumatera Utara ketika mengharapkan kedatangan suara-suara itu muncul kembali. Hal itu dilakukan Saman untuk menghindari rasa kecemasannya yang semakin tinggi. Ego sempat bekerja dengan melakukan doa sembari menggenggam koran sebagai media berdoa. Namun superego melarang ego untuk melakukan hal itu, dan memilih bekerja agar Saman berdoa ke pastoran saja daripada di rumah itu karena superego merasa berdoa di pastoran lebih baik dan tenang. Menurut superego berdoa di pastoran akan memeroleh petunjuk daripada berdoa dengan memegang koran dan mengharapkan sesuatu yang menjurus ke perbuatan syirik dengan menduakan Tuhan. Konflik batin yang dialami tokoh utama pada kutipan di bawah adalah jenis konflik pendekatan ke menghindar. Jika Saman tetap berdoa di rumah tersebut Saman akan mengalami kejadian yang aneh dan membuat hatinya kembali trauma. “Namun, kata-kata dalam koran itu selalu saja membukakan jalan bagi memorinya tentang rumah itu. Sesekali ia melipatnya untuk berdoa, doa yang tak ia tahu bedanya dari sekadar harap-harap cemas, agar ia bisa berhubungan dengan suara-suara itu.....apakah permintaan semacam pantas di sebut doa? Layaknya meminta Tuhan memuaskan penasaran pribadi? Ia membuka kembali bacaannya tetapi hanya mengulang-ulang paragraf yang sama. Akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke pastoran. S, 2013:63. Pada kutipan di bawah sangat terlihat jelas bahwa Saman mengalami konflik batin yang begitu berat ketika hatinya merasa khawatir akibat perasaan ambang inderawi yang mengatakan bahwa ada orang lain di ruangan tersebut selain dirinya. Saman adalah orang yang taat terhadap agama Katolik sehingga Saman tidak takut dengan bahaya datangnya sosok makhluk halus maupun iblis. Ketakutan Saman hanya tertuju kepada perampok yang datang tiba-tiba di rumah Universitas Sumatera Utara itu. Menurut saman hal tersebut akan lebih berbahaya daripada kedatangan iblis karena perampok dianggap nyata. Id menginginkan bagaimana cara yang dilakukan ego Saman untuk tidak menghindari dirinya dari rasa khawatir karena kebiasaan manusia ketika melihat sesuatu di luar panca inderanya pasti akan mengalami ketegangan terutama pada indera perasa manusia yaitu saraf bulu kuduk di belakang tengkuk kepala. Id direspon oleh ego kesadarannya dengan menyalakan lampu ruangan untuk melihat sosok yang datang di ruangan kamarnya. Superego mengawasi kerja ego agar terhindar dari pikiran negatif dengan menggunakan sesuatu benda senjata untuk melawan. Akhirnya superego menginginkan ego untuk menyalakan lampu sebagai petanda mengecek tamu atau sesuatu yang datang ke rumah. Konflik batin yang dialami oleh Saman yaitu konflik pendekatan ke menghindar. Hal itu terbukti dari rasa nekat Saman dengan berani menyalakan lampu ruangan karena ia memiliki prasangka negatif atas kedatangan suara-suara seseorang yang ternyata bukan siapa-siapa. “ Ketika bola dipadamkan, ia merasakan sesuatu. Bukan suara, bukan pula bunyi, tetapi perasaan ambang inderawi bahwa ada orang lain di ruang itu, di dekatnya. Saraf-saraf refleksnya mencuatkan cemas, jari-jarinya kembali menyalakan lampu. Tapi dalam terang ia tak melihat siapa-siapa. Syukurlah bukan rampok atau maling S, 2013:63. Konflik batin Saman memuncak ketika ia menyerah karena badannya terasa lemas sehingga Saman tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi suara-suara aneh yang selalu mengikutinya. Id menginginkan agar wanita yang kejebur ke dalam sumur untuk segera ditolong. Akan tetapi di satu sisi superego Saman mengatakan bahwa pekerjaannya tidak akan berhasil jika hanya dilakukan Universitas Sumatera Utara seorang diri saja. Superego Saman mengatakan bahwa kepada sesama orang lain maupun tetangga harus menjalin kerjasama dan memiliki rasa kasih sayang serta tolong menolong. Keinginan id dan superego langsung direspon oleh ego Saman dengan melangkah yakin walaupun dengan rasa ngeri dan terpukau kemudian Saman berlari memanggil para tetangga untuk datang dan membantunya menolong wanita cacat yang kejebur ke dalam sumur. Ego Saman pun melakukan cara untuk menarik perhatian warga dan orang sekitar rumah dengan teriakan Saman yang begitu keras agar orang berlari dan membantunya menolong wanita itu dari dalam sumur. Jenis konflik batin yang dialami Saman yaitu pendekatan ke menghindar. Saman berharap dengan suara teriakan dan berlari memanggil tetangganya Saman dapat menolong nyawa wanita yang kejebur ke dalam sumur bersama mereka sebab jika itu tidak dilakukan maka Saman akan menyelamatkan wanita itu seorang diri dan kemungkinan wanita tersebut tidak akan tertolong sebab sumur itu sangat dalam. “Wis melangkah menuju bunyi, dengan terpukau dan ngeri.....lelaki itu merasa lemas karena tidak tahu harus berbuat apa, bahkan untuk sejenak tak yakin dengan apa yang sedang terjadi. Akhirnya ia berteriak memanggil bantuan, sambil berlari ke pintu belakang tetangga terdekat. “tolong Seorang anak kecemplung sumur S, 2013: 67. Kepedulian dan perhatian Saman terhadap tokoh Upi sangatlah tinggi. Upi yang merupakan seorang wanita yang memiliki masalah kelainan cacat mental dan kejiwaan menyebabkan hati nurani Saman merasa terpanggil dan segera melakukan tindakan untuk membantu kesengsaraan yang dialami Upi selama di dalam kurungan bilik. Hal ini mengakibatkan konflik batin yang luar biasa Universitas Sumatera Utara dialami Saman. Id Saman menuntut ego untuk menyenangkan Upi agar memeroleh tempat tinggal yang layak seperti manusia yang waras. Kehadiran Upi dalam kehidupan Saman menyebabkan Saman merasa iba terhadap penderitaan dan keadaan yang dialami Upi. Pada penggalan isi novel di bawah, keinginan superego dilanggar oleh Saman ketika Saman mengalami ketakutan atas hukuman yang ditujukan padanya akibat perbuatan yang dilakukan Saman dengan mengunci kandang Upi. Saman merasa bahwa mengurung seseorang tanpa kesalahan adalah melanggar norma hak azasi manusia. Tahap lamunan Saman sempat berpikir, seandainya Upi itu adalah laki-laki dan Saman adalah perempuan maka akan berbeda keadaannya. Ego yang muncul pada batinnya adalah Saman ingin mencoba membantu energi id secara rasional agar tidak mencapai tahap superego. Jenis konflik yang dialami Saman adalah konflik pendekatan ke menghindar. Saman terpaksa mengunci kandang Upi yang telah dibuatnya hampir seminggu lebih karena Upi tiba-tiba melakukan hal yang dianggap Saman sangat aneh. Sigale-gale yang diciptakannya tidak mampu menciptakan ketertarikan Upi selama Saman masih berada disamping Upi. Upi sempat menyentuh tangan Saman, namun Saman langsung mengunci kandang Upi agar terhindar dari kejadian yang negatif perzinaan antara keduanya. Dengan alasan tersebut, maka Saman menghindari perzinahan agar terhindar dari perbuatan maksiat. Walaupun di satu sisi Upi merasa kesakitan berhubungan seks dengan Sigale-gale yang dianggap Upi memiliki kenikmatan yang luar biasa. Solusi yang dilakukan Saman adalah dengan mengurung Upi agar mereka berdua terhindar dari perzinahan. Universitas Sumatera Utara “....dengan galau ia meninggalkan kandang, serta perempuan yang berseru- seru di belakangnya. Ia merasa amat pedih ketika harus menggembok kembali pintu, memasung si gadis yang menatap matanya persis di hadapannya. Salahkah aku? Apakah aku tidak menghina dengan membikin patung tadi? Saya sungguh hanya ingin menyenangkan kamu, Upi, dalam penjaramu. Saya ingin kamu kecukupan. Sebab saya tak kuasa membebaskan kamu dari sana....” Ia menoleh dan melihat gadis itu telah membuka kancing bajunya. Andaikan aku ini perempuan, atau kamu yang laki-laki, barangkali kita lebih gampang bersahabat dan aku bisa meringankan kesepianmu....”Semakin aku terlibat dalam penderitaanmu, semakin aku ingin bersamamu. Dan Wis selalu kembali kesana. Kian ia mengenal perkebunan itu, kian ia cemas pada nasib si gadis S, 2013:81. Saman merupakan pastor yang memiliki kepribadian penyayang dan pengertian antara sesama umat manusia. Hal tersebut Saman lakukan pada tokoh Upi. Hal tersebut dilakukan dengan harapan dapat memberikan kelayakan dan kenyamanan tempat tinggal bagi Upi, dengan mendirikan bilik atau tempat tinggal yang baru dengan lokasi lebih luas dari sebelumnya. Namun, pada kutipan di bawah, Saman mengalami konflik batin yang luar biasa. Sebab, di satu sisi Saman sangat khawatir dengan kurungan yang dilakukan keluarga Mak Argani terhadap Upi yang memang memiliki keterbelakangan mental. Namun, jika hal itu tidak dilakukan Saman, maka akan membahayakan orang dan binatang milik warga jika Upi dilepas begitu saja. Hal itu juga terlihat ketika untuk kesekian kalinya Saman menemui Upi di bilik. Awalnya Saman merasa kasihan dengan kurungan itu, namun batin Saman mengatakan bahwa cara itu demi kepentingan dan keamanan semua orang. Untuk menghindari kejadian yang tidak menyenangkan, akhirnya superego menuntut ego Saman untuk mengendalikan batinnya dengan memberikan makanan kepada Upi dari luar bilik tersebut. Lalu Saman becakap- cakap dengan menyodorkan beberapa biskuit, sebab sudah lama Saman tinggal di Universitas Sumatera Utara gereja dan tidak ke Lubukrantau. Id menginginkan agar Upi juga memeroleh perlakuan yang sama dari manusia lainnya. Namun, di satu sisi superego menekan ego agar tidak berbuat ceroboh, sebab dengan membiarkan Upi keluar dari kandang akan membahayakan orang lain yang berada di luar, dan ego akan mengalami kecemasan. Jenis konflik batin pada kutipan di atas adalah konflik pendekatan ke menghindar. Akhirnya Saman harus memilih untuk memberi makanan biskuit kepada Upi dari balik jeruji kayu. Bukan memperlakukannya seperti binatang, hanya saja untuk menghindari sesuatu yang melanggar aturan dan norma. “Sudah lama ia tidak masuk ke dalam. Ia ingin, tetapi gadis itu nampak masih birahi padanya. Pemuda itu lalu berdiri di luar saja, dekat bilik, dan memanggil namanya. Perempuan itu muncul dari balik korden kumal yang menutup pintu, senyumnya lebar. Wis menyodorkan sekardus biskuit. Mereka bercakap-cakap, seperti biasa, masing-masing dengan bahasanya sendiri. Ia menjadi amat muram sebab gadis itu sama sekali tidak mengerti bahwa keluarganya sedang tersuruk semakin jauh dalam kemiskinan. Apa yang bisa kulakukan, Upi, supaya kamu tidak pergi ke tempat yang lebih jelek daripada penjaramu ini S, 2013:82? Pilihan yang sulit antara berada di pastoran untuk mengembangkan agama atau membantu orang dalam keadaan kesusahan. Saman mengalami pilihan yang sulit untuk memilih antara Gereja atau Lubukrantau. Saman akhirnya memohon dengan rasa iba, agar diberi izin untuk tetap berada di pastoran dan juga Lubukrantau. Id menginginkan ego agar Saman diberi izin untuk tinggal lebih lama di Lubukrantau dan tetap bertugas di gereja yang berada di Kota Perabumulih. Akan tetapi, di lain sisi superego menginginkan Saman untuk tidak Universitas Sumatera Utara bersifat rakus dan tamak. Saman harus memilih kepentingan yang utama, antara gereja atau Lubukrantau. Namun ego menghiraukan keinginan superego yang menginginkan dua-duanya dengan menyodorkan proposal untuk membantu beban masyarakat Lubukrantau dari ancaman Perkebunan Anugerah Lahan Makmur. Hal itu juga didukung oleh ego Saman yang merasa amat berdosa hanya melihat dan diam tanpa bekerja apapun untuk meringankan beban warga Lubukrantau, sedangkan di pastoran Saman mendapat perhatian khusus dan mewah dari para suster gereja. Jenis konflik batin yang dialami Saman pada kutipan di bawah yaitu pendekatan ke menghindar. “Wis terdiam. Lalu ia meminta maaf. “saya sama sekali tidak bermaksud menyepelekan pekerjaan gereja. Saya cuma tak bisa tidur setelah pergi ke dusun itu. Ia ingin mengatakan rasanya berdosa berbaring di kasur yang nyaman dan makan rantangan lezat yang di masak ibu-ibu umat secara bergiliran. Bahkan rasanya berdosa jika hanya berdoa. Ia tak tahan melihat kemunduran yang menurut dia dapat diatasi dengan beberapa proposalnya. Dengan agak memelas ia memohon diberi kesempatan melakukan itu S, 2013:84. Perasaan Saman begitu hancur. Saman difitnah dan dituduh menyebarkan agama Katolik yang tidak diyakini secara penuh oleh warga Lubukrantau. Saman juga dituduh mengkristenkan seluruh warga Lubukrantau secara paksa agar masuk ke agama Katolik. Tidak hanya itu, Saman juga dituduh mengajari keluarga Mak Argani berburu dan makan hewan babi, sebab dalam agama Islam mengkonsumsi daging babi hukumnya haram dan dilarang Tuhan. Jika hal tersebut dilakukan maka sama halnya orang tersebut telah memakan bangkai makanan yang haram untuk di konsumsi. Akhirnya, tuduhan tersebut membuat Saman semakin takut dan berhati-hati terhadap warga yang mungkin percaya dengan omongan mereka Universitas Sumatera Utara yang menuduhnya berbuat negatif. Konflik batin yang dialami Saman termasuk jenis konflik pendekatan menghindar. Konflik ini terlihat ketika sifat kehati-hatian dan meyakinkan masyarakat tidak percaya dan terpropoganda dengan isu yang beredar dan menjelek-jelekkan nama Saman. “Wis merasa melihat orang-orang itu berbicara dengan mobil sambil menunjuk dirinya. Tak lama setelah peristiwa itu, ia mendengar beberapa orang dari desa lain di sekitar mulai menuduh dia mengkristenkan orang Lubukrantau dan mengajari keluarga Argani berburu dan makan babi hutan S, 2013:95. Begitu berat konflik batin yang dialami oleh Saman. Saman menjadi tidak bergairah kembali melihat perjuangannya dalam mempertahankan lahan karet yang merupakan hak warga Lubukrantau. Saman menolak tawaran Anson yang menginginkan Saman untuk berkata di depan seluruh warga Lubukrantau. Id menginginkan Saman agar tubuhnya kembali bergairah akibat konflik batin yang memengaruhi pandangan matanya hingga ke ruang yang benar-benar gelap seperti lamunan yang mendalam. Ego beroperasi ketika masalah yang dilimpahkan kepada Saman ditolak, bahkan Saman menyuruh Anson sebagai pengganti dalam memimpin kelompok warga Lubukrantau. Walaupun Saman sudah dianggap sebagai sosok yang berani dan bertanggungjawab di lingkungan warga Lubukrantau dan sudah menjadi seperti bagian warga Lubukrantau. Superego tidak mampu mengawasi ego yang bertindak sesuka hati dan egois. Sebab, dengan menolak ajakan orang lain, terlebih diminta pertolongan orang lain dalam keadaan penting adalah perbuatan dosa dan dilarang agama, karena agama manapun mengajarkan rasa tolong-menolong. Konflik batin yang dialami Saman adalah Universitas Sumatera Utara jenis konflik batin pendekatan menghindar. Saman dengan sengaja menghindari tanggung jawab demi menenangkan hatinya dalam memeroleh kenikmatan. Walaupun dalam satu sisi warga sangat mengharapkan kehadirannya di tengah- tengah kerumunan mereka. “Wis menolak. “kau sajalah Aku baru tiba, tak begitu tahu kejadian,” ia mencoba membangkitkan gairahnya yang kini hampir punah, ketika dilihatnya orang-orang yang berharap. Dalam remang kekuningan, mata- mata itu nampak hitam seperti relung yang dalam. Semakin jauh orang dari bohlam, semakin gelap relung matanya. S, 2013:97. Pada kutipan di bawah terlihat begitu keras pemikiran Saman, sehingga harus berpandangan bahwa Saman tidak ingin lagi membantu perjuangan dan keadaan warga Lubukrantau dari paksaan perkebunan ALM. Id menginginkan agar Saman memeroleh kehidupan yang lebih layak jika tinggal di Pastoran daripada di Lubukrantau bersama warga transmigrasi Sei Kumbang. Hal tersebut juga didukung dengan id Saman yang mementingkan diri sendiri, walaupun kenyataannya Saman adalah orang yang memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, superego mampu mengendalikan ego untuk tidak melakukan sesuatu yang dapat mengakibatkan kecemasan dan kerja secara sadar. Jelas konflik batin ini disebabkan karena alam jiwanya yang merasa pasrah dan seperti mengibarkan bendera putih sebagai tanda berdamai dengan pihak perkebunan ALM. Jenis konflik batin yang dialami Saman adalah pendekatan ke menghindar. Jika Saman kembali ke Pastoran, maka Saman merasa nasibnya aman dan tidak lagi merasa khawatir dengan masalah-masalah yang sebenarnya Universitas Sumatera Utara bukan masalah pribadinya, namun sebaliknya akan memberikan pengaruh kepada warga atas kehilangan sosok pemuda yang berani melawan perkebunan ALM. “Lihatlah, aku tak akan kekurangan apa-apa sekalipun kebun ini dimusnahkan. Aku bisa kembali ke gereja di mana ibu-ibu paroki merawatku dengan aten untuk mengkhotbahi mereka dan memberi sakramen. Atau membimbing retret dan rekoleksi di sekolah-sekolah Katolik di kota, dimana murid-murid perempuan kerap menggemariku dan mengirimi surat serta puisi. S, 2013:99. Pada kutipan di bawah ini tampak betapa takut dan bimbangnya Saman dalam mengambil sebuah keputusan untuk menjawab pertanyaan dari seluruh warga Lubukrantau tentang solusi dalam menyelesaikan permasalahan antara warga dengan pihak perkebunan ALM. Saman akhirnya mengalami kebingungan yang luar biasa. Id Saman menginginkan rasa aman pada dirinya untuk tidak ikut campur dengan mencoba menghindar dari rasa ketakutan. Namun, di satu sisi superego sangat merasa berdosa atas segala perbuatan acuh tak acuh dengan meninggalkan kesan yang buruk di mata orang lain. Namun, superego tidak mampu menjaga keinginan dan kerja ego. Ego menuntut agar Saman menjawab pertanyaan warga dengan letih dan seakan-akan tidak memiliki rasa tanggung jawab dalam mengambil keputusan. Hingga ego Saman memuncak ketika ia mengambil keputusan yang mengejutkan seluruh warga tentang keputusan Saman untuk tetap bertahan atau berdamai sebagai keputusan mereka. Konflik yang dialami oleh Saman adalah jenis konflik pendekatan ke menghindar. Saman takut jika keputusannya membuat warga menjadi menyesal dikemudian hari dan merasa bersalah jika melawan perkebunan ALM. Akan tetapi, jika Saman tidak ikut andil Universitas Sumatera Utara dalam memutuskan sebuah kebijakan, Saman takut jika keputusan mereka sebaliknya merugikan pihak warga Lubukrantau. “Wis menjadi teramat takut untuk mengambil keputusan yang bukan menjadi taruhannya. Sementara orang-orang itu tetap menunggu jawabannya. Ia pun mendongak dan menjawab dengan amat letih: Kalian rapatkanlah Aku akan dukung apapun keputusan kalian.” Sebab pertaruhan ini bukanlah pertaruhanku S, 2013:99. Pada kutipan di bawah sangat jelas betapa sulitnya pilihan yang harus dihadapi oleh Saman, sehingga menyebabkan batinnya merasa kebingungan. Apalagi id bekerja dengan sikap diam dan seolah-olah tidak lagi menjadi satu misi dengan warga Lubukrantau sejak awal, sehingga membuat Saman merasa bukan siapa-siapa lagi dan terkesan id menginginkan agar Saman tidak merasa bingung. Keraguan Saman juga membawa id Saman mencoba untuk bertahan tanpa mengeluarkan suara apapun. Sebab, Saman merasa bukanlah bagian dari keluarga yang memiliki agama yang berbeda. Superego Saman mampu mengendalikan ego yang tidak dapat bereaksi, sebab dapat menyinggung perasaan Anson yang sayang kepada isterinya. Berbeda dengan Saman yang tidak mengalami betapa sakitnya memiliki isteri yang diperlakukan tidak manusiawi oleh orang lain. Superego Saman mengatakan bahwa masalah agama selalu di sejajarkan dengan hak dan kewajiban seseorang untuk mematuhi dan menjalankan perintah Tuhan. Menurut ajaran agama, aturan dan keyakinan masing-masing umat agama memang berbeda. Artinya, Saman mencoba memberikan sebuah pemahaman bahwa keputusan yang berasal dari seorang pastor belum tentu sama dengan keputusan yang berasal dari seorang ulama atau ustad. Maka, Saman membiarkan keputusan Universitas Sumatera Utara itu sesuai dengan ajaran mereka masing-masing. Jenis konflik batin yang dialami oleh Saman adalah pendekatan ke menghindar. Saman takut keputusannya dijadikan keputusan satu tekad, sehingga pihak perkebunan ALM beranggapan Saman sebagai pastor yang mencoba mengkristenkan semua warga Lubukrantau. “Wis merasa begitu galau. Ia ingin mencegah Anson, tetapi tiba-tiba ia tak punya nyali itu. Ia kehilangan keyakinan dirinya. Sebab ia bukan mereka. Salib mereka bukan salibku. Ia bukan perempuan sehingga tidak tahu bagaimana terhinanya diperkosa, dan ia tak punya istri sehingga tak yakin bisa sungguh mengerti kemarahan lelaki itu. Tiba-tiba ia merasa bukan siapa-siapa. Tiba-tiba ia merasa tak punya suara. S, 2013:102.

4.1.3 Konflik Menghindar ke Menghindar