daun-daun kakao pada ke-dua perlakuan tersebut lebih sedikit dan kecil-kecil sehingga daun-daun bawah memperoleh cahaya matahari yang cukup untuk
melakukan fotosintesis Gambar 5 Pengaruh aplikasi kompos TKS terhadap LTR-3 menunjukkan hasil
yang lebih rendah dibanding kompos jerami padi, kompos kulit buah kakao, kompos sabut kelapa dan tanpa kompos. Hal ini disebabkan pertambahan
biomassa tanaman per satuan waktu tidak konstan tetapi tergantung dari berat awal tanaman. Menurut Sitompul dan Guritno 1995, bahwa LTR selama
pertumbuhan tidak pernah konstan sekalipun dalam waktu yang relatif pendek, tetapi berubah terus menerus dengan waktu. Lebih lanjut dijelaskan bahwa LTR
merupakan karakteristik pertumbuhan yang berhubungan dengan perubahan- perubahan lingkungan. Suhu yang tinggi mengakibatkan hilangnya dominasi
pucuk, klorosis, nekrosis, gugur daun dan tanaman menjadi kerdil Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 2008.
3. Pengaruh Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa media tumbuh nyata berpengaruh pada umur lima bulan terhadap seluruh peubah amatan antara lain :
tinggi tanaman Tabel 1, diameter batang Tabel 9, luas daun Tabel 13, bobot kering akar Tabel 17, bobot kering tanaman Tabel 21, LAB-3 Tabel 25,
LTR-3 Tabel 29, dan serapan hara N Tabel 33. Tanaman kakao di media sub soil : top soil 2:2 memperlihatkan pertumbuhan yang berbeda tidak nyata
dengan di media top soil. Sedangkan pertumbuhan tanaman di media sub soil untuk semua peubah amatan menunjukkan hasil yang terendah. Hal ini didukung
oleh hasil analisa laboratorium bahwa tanah sub soil yang dipergunakan dalam penelitian ini memiliki kandungan C-organik dan N-total tanah masing-masing
sebesar 0,64 dan 0,09 sedangkan tanah top soil yang digunakan memiliki kandungan C-organik dan N-total tanah sebesar 5,6 dan 0,48 Lampiran 2.
Menurut Hardjowigeno 1995, tanah sub soil yang digunakan dalam penelitian ini kandungan C-organiknya tergolong sangat rendah dan kandungan N-total
tanah juga tergolong sangat rendah, sedangkan tanah top soil yang digunakan pada penelitian ini kandungan C-organik sangat tinggi dan kandungan N-total
tanah tergolong sedang. Dengan demikian tanah sub soil yang digunakan pada penelitian ini nilai kesuburan tanahnya sangat rendah, sehingga jika dipergunakan
sebagai media untuk tanaman maka pertumbuhan tanaman akan terhambat. Poerwowidodo 1991 menyatakan bahwa salah satu faktor melihat komposisi
keidealan produktivitas tanah adalah kandungan bahan organik C-organik. Idealnya tanah memiliki kandungan C-organik sekitar 4.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif kakao tertinggi terdapat di media top soil yang berbeda tidak nyata dengan pertumbuhan
vegetatif kakao di media sub soil : top soil 2:2. Hal ini tercermin dari hasil pengukuran terhadap peubah amatan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun,
bobot kering akar, dan bobot kering tanaman di media top soil yang berbeda tidak nyata dengan di media sub soil : top soil 2:2. Hal ini diduga, akibat
pencampuran tanah sub : top soil 2:2 menyebabkan kandungan C-organik dan unsur hara tanah meningkat dibandingkan dengan di tanah sub soil. Peningkatan
C-organik dan unsur hara didalam tanah mengakibatkan efisiensi pemupukan meningkat dan serapan hara meningkat.
4. Pengaruh Interaksi Kompos Limbah Pertanian dan Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao