4. Pengaruh Interaksi Kompos Limbah Pertanian dan Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa interaksi kompos limbah pertanian dan media tumbuh pada umur lima bulan berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman Tabel 2, luas daun Tabel 14, bobot kering akar Tabel 18, bobot kering tanaman Tabel 22, dan serapan hara N Tabel 34. Interaksi ke-
dua perlakuan nyata disebabkan kompos limbah pertanian sebagai sumber bahan organik selain penyumbang hara bagi tanaman, juga memperbaiki struktur tanah,
menambah ruang pori tanah sehingga media tumbuh yang padat compact menjadi lebih berpori. Pemberian kompos akan meningkatkan aktivitas
mikroorganisma tanah sehingga tanah menjadi gembur dan memiliki aerasi yang baik. Kondisi ini sangat mendukung bagi perakaran tanaman dalam penyerapan
unsur hara N sehingga meningkatkan tinggi tanaman. Peningkatan tinggi tanaman menyebabkan peningkatan bobot kering tanaman. Pada dasarnya pemberian
kompos dapat menyebabkan ketersediaan hara N, P, dan K didalam larutan tanah menjadi seimbang sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman.
Hal ini didukung oleh Darmosarkoro et al., 2000 bahwa aplikasi kompos mampu meningkatkan KTK tanah yang sangat penting dalam meningkatkan
efisiensi pemupukan. Menurut Buckman dan Brady 1980, bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah menyediakan zat pengatur tumbuh tanaman yang
memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman seperti vitamin, asam amino, auksin, dan giberelin yang terbentuk melalui dekomposisi bahan organik.
Disamping itu, bahan organik yang telah terdekomposisi dapat meningkatkan secara nyata kemampuan tanah permukaan dalam menjerap hara tanah dan pupuk
karena KTK bahan organik jauh lebih besar daripada KTK tanah mineral Erwiyono, 2005.
Pertumbuhan bibit kakao di media top soil berbeda tidak nyata dengan di media sub soil : top soil 2:2 yang sama-sama diaplikasikan kompos TKS untuk
peubah amatan tinggi tanaman, luas daun, bobot kering akar, dan bobot kering tanaman. Pada peubah amatan tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering
tanaman, aplikasi kompos TKS dan kompos jerami padi di berbagai media tumbuh sudah dapat menggantikan fungsi tanah top soil perlakuan kontrol.
Tetapi tidak demikian dengan aplikasi kompos sabut kelapa di berbagai media manapun belum dapat menggantikan fungsi tanah top soil. Hal ini disebabkan
kompos TKS, kompos jerami padi, kompos kulit buah kakao yang digunakan pada penelitian ini sudah matang yang ditunjukkan dengan nisbah CN-nya 20,
sedangkan kompos sabut kelapa nisbah CN-nya 45,71 yang berarti belum matang. Kompos yang belum matang apabila diberikan kepada tanaman akan
mengakibatkan hara tidak tersedia malahan mikrobia yang ada pada kompos tersebut akan bersaing dengan tanaman untuk memperoleh energi sehingga
tanaman akan kekurangan hara dan menimbulkan gejala defisiensi terutama N Tisdale et al., 1997; Donahue et al., 1997; Samekto, 2008.
Pertumbuhan tanaman seringkali dinyatakan berdasarkan luas daun karena permukaan daun merupakan organ utama tumbuhan untuk melakukan
fotosintesis. Pengamatan daun dapat didasarkan atas fungsinya sebagai penerima cahaya dan alat fotosintesis. Laju fotosintesis per satuan tanaman ditentukan
sebagian besar oleh luas daun Sitompul dan Guritno, 1995. Interaksi kompos dan media tanah nyata meningkatkan luas daun, dimana luas daun di media sub
soil : top soil 2:2 berbeda tidak nyata dengan di media top soil apabila diaplikasikan kompos TKS ataupun kompos jerami padi. Luas daun pada aplikasi
kedua jenis kompos tersebut di media sub soil : top soil 2:2 menghasilkan luas daun yang lebih besar dibandingkan dengan aplikasi kompos kulit buah kakao dan
kompos sabut kelapa di media sub soil : top soil 2:2. Hal ini diduga disebabkan C-organik dan kandungan hara pada media tumbuh sub soil : top soil 2:2 yang
diaplikasikan kompos TKS dan kompos jerami padi meningkat dibandingkan dengan di media sub soil dan kondisi media tumbuh ini menghasilkan
perkembangan luas daun yang dapat menyerupai luas daun di media top soil. Diantara ke-empat jenis kompos yang diujikan di berbagai media
tumbuh, kompos TKS memberikan peningkatan pertumbuhan vegetatif yang lebih cepat untuk peubah amatan tinggi tanaman, luas daun, bobot kering akar,
dan bobot kering tanaman dibandingkan dengan perlakuan kompos jerami padi, kompos kulit buah kakao, dan kompos sabut kelapa. Hal ini didukung oleh
penelitian Hidayat et al 2007 menyatakan bahwa aplikasi kompos TKS pada pembibitan kelapa sawit di media sub soil dapat memperbaiki kesuburan tanah
sub soil sehingga menyerupai kesuburan tanah top soil. Selain itu Darnoko dan Sutarta 2006 menyebutkan bahwa kompos TKS pernah dicobakan pada tanaman
hortikultura dan menghasilkan pertumbuhan tanaman lebih baik dibandingkan dengan media top soil saja ataupun top soil yang dicampur dengan pupuk
kandang. Lebih lanjut ditegaskan Darmosarkoro et al., 2000 bahwa kompos TKS dapat meningkatkan kesuburan tanah yaitu meningkatkan pH, K dan Mg
dapat dipertukarkan dan KTK tanah.
Interaksi kompos limbah pertanian dan media tumbuh signifikan terhadap serapan hara N diduga berkaitan dengan perbedaan kandungan hara pada
masing-masing kompos dan media tumbuh sehingga mempengaruhi ketersediaan hara dan serapan hara tanaman. Hasil analisa kompos Lampiran 3 menunjukkan
bahwa kandungan hara N pada kompos TKS merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan kandungan hara N pada kompos lainnya. Kandungan hara
N pada kompos TKS = 2,59, kompos kulit buah kakao = 2,10, kompos jerami padi = 1,82, dan kompos sabut kelapa = 0,98. Demikian juga dengan
hasil analisa tanah Lampiran 2 menunjukkan bahwa kandungan N di tanah top soil sebesar 0,48 yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan hara N di
tanah sub soil yang hanya 0,09. Oleh karena itu, serapan hara N tertinggi di media top soil yang diaplikasikan kompos TKS dibandingkan perlakuan lainnya.
5. Pengaruh Interaksi Pupuk Anorganik dan Media Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao