Korentus 6: 14 dan 7: 1 Pernikahan Beda Agama dalam Perjanjian Baru

Allah akan berpaling dari agama, sehingga mereka akan beribadah selain kepada Allah. Allah kecewa dan menghukum orang-orang yang kawin dengan bangsa diluar Israel.

2. Pernikahan Beda Agama dalam Perjanjian Baru

i. Korentus 6: 14 dan 7: 1

Ayat ini menjadi salah satu ayat yang berisi penolakan terhadap pernikahan beda agama. Ayat ini berbunyi “janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dan orang-orang yang tidak percaya ”. Terlihat jelas bahwa penolakan atau larangan melakukan pernikahan beda agama dalam Katolik, dari ayat ini, dikarenakan perbedaan kepercayaan. Tegasnya, maksud dari perkataan tidak seimbang pada ayat di atas adalah suami istri yang tidak sama-sama Kristiani, tidak sama-sama beragama Katolik. 38 Yang beragana Katolik dianggap kudus karena kelahirannya sudah melalui pembaptisan, sementara yang non- Katolik tidak kudus karena tidak terlebih dahulu dibaptis, maka bisa disebut sebagai pasangan yang tidak seimbang. ii. Korentus 7: 12-16 Suami istri pernikahan yang tidak seiman sudah menjadi fakta yang telah terjadi sejak gereja awal. Pernikahan beda agama sudah terjadi dan dihadapi oleh Paulus. Katolik tidak lahir sebagai agama tunggal di muka bumi. Maka sejak agama ini ada, kehidupan para penganutnya sudah senantiasa bersinggungan dengan penganut dari agama dan keyakinan yang berbeda-beda majemuk. Dari sini, dalam hal membangun sebuah kekuarga, membangun pernikahan kemungkinan terjadinya pernikahan beda agama menjadi tak bisa dihindari lagi. 38 Yonathan A. Trisna, Berpacaran dan Memilih Teman Hidup, Bandung:Kalam Hidup Pusat,1987 h. 53 Menyadari bahwa melarang seseorang untuk memilih pasangan hidup yang berbeda agama adalah suatu hal yang tidak bijaksana, Paulus kemudian menulis: “Kalau ada seorang saudara beristrikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah seorang itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang istri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Kor 7: 12b-13. Pernikahan beda agama dapat terus dilangsungkan atau diperbolehkan dengan syarat pasangan tersebut dapat memenuhi beberapa persyaratan yakni mau hidup bersama. Artinya, pasangan yang bukan beragama Katolik harus menerima prinsip-prinsip moral kehidupan Kristiani tanpa menyebut syarat untuk berganti agama menjadi Kristiani. Pernyataan ini sendiri sebenarnya bukan datang dari Tuhan melainkan dari Paulus sendiri. Namun demikian Paulus meyakini bahwa jika ikatan perkawinan antara pasangan yang berbeda agama Katolik dan non- Katolik semacam ini tetap suci sebagaimana diungkapkan dalam kitab I Korentus 7:14 yang berbunyi: “karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh istrinya dan istri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya ”. Pernikahan beda agama melibatkan pasangan Katolik dan non-Katolik jika dapat memenuhi persyaratan sebagaimana dituliskan oleh Paulus tetap sah dan kudus karena salah satu pasangan yang beragama Katolik akan secara otomatis mengkuduskan pasangannya yang tidak Katolik, yang tidak pernah diberkati melalui sakramen pembaptisan. Pernikahan beda agama tetap sah asalkan memenuhi syarat tertentu.

3. Pernikahan Beda Agama Menurut Hukum Kanonik