Kejadian 6: ayat 5-6 Pernikahan Beda Agama dalam Perjanjian Lama

model demikian, gereja Katolik memandang bahwa pernikahan antara seseorang yang beragama Katolik dengan yang bukan Katolik bukanlah bentuk pernikahan yang ideal. Pasalnya, sekali lagi, pernikahan, dalam pandangan Katolik, dianggap sebagai sebuah sakramen sesuatu yang kudus, suci. 35 Dua kitab suci yang dijadikan pegangan hukum umat Katolik, Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, tak pelak membahas permasalahan seputar pernikahan yang dilaksanakan oleh pasangan yang berbeda agama. Di samping kedua sumber pokok ini, sebagai pelengkap dari kedua sumber hukum utama, Katolik juga mempunyai sumber lain yakni Hukum Kanonik yang lebih mendasarkan putusan hukumnya pada realitas kehidupan kemasyarakatan dan lebih bersifat praktis. Berikutnya akan disajikan secara lebih lengkap mengenai ulasan atau pandangan tentang pernikahan beda agama, menurut agama Katolik, dari sumber-sumber yang telah disebutkan di atas.

1. Pernikahan Beda Agama dalam Perjanjian Lama

Pada Kitab kejadian, kitab yang menyoroti kehidupan bapak leluhur Israel, dapat ditemukan beberapa kasus perkawinan beda agama. Beberapa bagian dalam kitab tersebut yang memberi informasi berkenaan dengan kasus pernikahan beda agama adalah:

i. Kejadian 6: ayat 5-6

Perkawinan beda agama seperti yang diinformasikan oleh al-Kitab dalam kejadian 6: ayat 5-6 tersebut merupakan perkawinan yang tidak dikehendaki 35 Ahmad Baso dan Ahmad Nurcholish Ed., Pernikahan Beda Agama,; Kesaksian, Argumen Keagamaan dan Analisis Kebijakan, Jakarta: Komnas HAM dan ICRP, 2005, h. 207. Allah. Hal ini nyata direspon oleh Tuhan ketika melihat perkembangan yang terjadi antara anak-anak manusia pada waktu itu. Tidak dikehendaki artinya pernikahan yang melibatkan kaum Katolik dengan kaum non-Katolik adalah terlarang, atau haram dalam bahasa Islam. Terlarangnya pernikahan seperti ini karena bisa mengakibatkan bertambahnya dosa dalam kehidupan manusia dan akan mendatangkan penyesalan dalam hati Tuhan. 36 Ketika Tuhan melihat bahwa kejahatan manusia paling besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan, maka menyesallah Tuhan bahwa ia telah menjadikan manusia di bumi dan hal itu sangat memilukan hatinya. Di sini dapat dikatakan bahwa betapa besar kejahatan yang dilakukan oleh manusia, kejahatan manusia itu tidak pernah berubah sampai saat ini. Salah satu bentuk kejahatan yang dimaksud yaitu pernikahan beda agama. Istilah “menyesal” dalam ayat ini menunjukkan bahwa akibat dosa umat manusia yang menyedihkan itu, sikap allah terhadap manusia berubah yaitu sikap kemurahan hati dan sabar berubah menjadi hukuman. 37 ii. Ulangan 7: 3-4. Bangsa Israel dilarang kawin dengan bangsa-bangsa diluar Israel. Pelarangan pernikahan beda agama di sini berlaku untuk agama selain agamanya bangsa Israel tanpa terkecuali. Hubungan pernikahan beda agama pada akhirnya hanya akan menghancurkan hubungan manusia dan kekudusan Allah. Yang dimaksud ayat ini yaitu bahwa permasalahan seperti pernikahan beda agama dari umat Allah dengan orang yang tidak percaya hanya akan mengakibatkan umat 36 Lihat dalam kitab Kejadian 24 37 Al-Kitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Percetakan Lembaga Al-Kitab Indonesia, h.6 Allah akan berpaling dari agama, sehingga mereka akan beribadah selain kepada Allah. Allah kecewa dan menghukum orang-orang yang kawin dengan bangsa diluar Israel.

2. Pernikahan Beda Agama dalam Perjanjian Baru