Efisiensi koagulasi dan flokulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu konsenterasi dan jenis zat tersuspensi, pH, konsenterasi dan jenis flokulan, waktu dan
kecepatan pengadukan, serta adanya beberapa macam ion terlarut tertentu seperti fosfat, sulfat, dan sebagainya.
Dua faktor penting dalam penambahan koagulan adalah pH dan dosis koagulan. Dosis dan pH optimum ditentukan dari percobaan laboratorium
menggunakan jar test. Kisaran pH optimum untuk alum adalah 5,5-6,5, koagulasi mungkin juga terjadi antara pH 5 dan 8. Garam feri memiliki kisaran pH untuk
koagulasi efektif yang lebih besar daripada alum, yaitu pH 4-9.
Koagulasi dan flokulasi terdiri atas tiga tahap berikut. a.
Pelarutan pereaksi reagen melalui pengadukan cepat misalnya 1 menit, 100 rpm, bila perlu pembubuhan bahan kimia sesaat untuk menyesuaikan pH.
b. Pengadukan lambat untuk membentuk flok-flok misalnya 15 menit, 20-40
rpm. Pengadukan terlalu cepat dapat merusak kembali flok yang telah terbentuk.
c. Pengendapan sedimentasi flok-flok yang terbentuk misalnya 15 menit atau
30 menit, 0 rpm.Suprihatin.2013
2.5. Aluminium
Di perairan, aluminium Al biasanya terserap ke dalam sedimen atau mengalami presipitasi. Aluminium dan bentuk oksida aluminium bersifat tidak larut. Akan tetapi,
garam-garam aluminium sangat mudah larut. Sumber utama aluminium adalah mineral aluminosilicate yang terdapat pada batuan dan tanah secara melimpah. Pada
proses pelapukan batuan, aluminium berada dalam bentuk residu yang tidak larut, misalnya bauxite. Aluminium banyak digunakan di pabrik kertas, dyes, penyamakan,
dan percetakan. Aluminium yang berupa alum [Al
2
SO
4 3
.4H
2
O] digunakan sebagai koagulan pada pengolahan limbah.
Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mgliter. Perairan asam acidic
memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Menurut Canadian Council of Resource and Environment Ministers 1987, untuk memelihara kehidupan organisme akuatik,
kadar aluminium sebaiknya tidak lebih dari 0,005 mgliter bagi perairan dengan pH 6,5 dan tidak lebih dari 0,1 mgliter McNeely et al., 1979. Perairan bagi keperluan
pertanian sebaiknya memiliki kadar aluminium sekitar 5,0 mgliter. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mgliter WHO,1984 dalam Moore,1991. Bagi
kepentingan industri, misalnya pembangkit listrik tenaga uap, kadar aluminium perairan tidak lebih dari 0,1 mgliter.
Percobaan toksisitas aluminium terhadap avertebrata Chrinomus anthronicus dan Chaoborus punctipennis menunjukkan bahwa kadar aluminium 1 mgliter pada
perairan dengan pH 3,5-6,5 tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan mortalitas. Percobaan dengan menggunakan Daphnia catawba dan Holopedium gibberium
sebagai organisme uji memperlihatkan adanya peningkatan mortalitas Havas dan Likens.1985 dalam Canadian Councl of Resource and Environment Ministers.1987.
Pada perairan yang bersifat asam pH sekitar 4,4-5,4, aluminium bersifat lebih toksik. Toksisitas aluminium maksimum terjadi pada pH 5,0-5,2 Schofield dan Trojnar,1980
dalam Canadian Council of Resource and Environment Ministers,1987.
2.6. Besi