Aluminium merupakan unsur yang tidak berbahaya. Perairan alami biasanya memiliki kandungan aluminium kurang dari 1,0 mgliter. Perairan asam acidic
memiliki kadar aluminium yang lebih tinggi. Menurut Canadian Council of Resource and Environment Ministers 1987, untuk memelihara kehidupan organisme akuatik,
kadar aluminium sebaiknya tidak lebih dari 0,005 mgliter bagi perairan dengan pH 6,5 dan tidak lebih dari 0,1 mgliter McNeely et al., 1979. Perairan bagi keperluan
pertanian sebaiknya memiliki kadar aluminium sekitar 5,0 mgliter. Kadar aluminium untuk keperluan air minum sekitar 0,2 mgliter WHO,1984 dalam Moore,1991. Bagi
kepentingan industri, misalnya pembangkit listrik tenaga uap, kadar aluminium perairan tidak lebih dari 0,1 mgliter.
Percobaan toksisitas aluminium terhadap avertebrata Chrinomus anthronicus dan Chaoborus punctipennis menunjukkan bahwa kadar aluminium 1 mgliter pada
perairan dengan pH 3,5-6,5 tidak mengakibatkan terjadinya peningkatan mortalitas. Percobaan dengan menggunakan Daphnia catawba dan Holopedium gibberium
sebagai organisme uji memperlihatkan adanya peningkatan mortalitas Havas dan Likens.1985 dalam Canadian Councl of Resource and Environment Ministers.1987.
Pada perairan yang bersifat asam pH sekitar 4,4-5,4, aluminium bersifat lebih toksik. Toksisitas aluminium maksimum terjadi pada pH 5,0-5,2 Schofield dan Trojnar,1980
dalam Canadian Council of Resource and Environment Ministers,1987.
2.6. Besi
Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation ferro Fe
2+
dan ferri Fe
3+
. Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut
dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksi ferri menjadi ferro terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan
reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen Eckenfelder,1989; Mackereth et al., 1989.
Pada pH sekitar 7,5-7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan hidroksida membentuk FeOH
3
yang bersifat tidak larut dan mengendap presipitasi di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu,
besi hanya ditemukan pada perairan yang berada dalam kondisi anaerob anoksik dan suasana asam Cole.1988.
Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi aerob hampir tidak perna lebih dari 0,3 mgliter Rump an Krist, 1992. Kadar besi pada perairan alami
berkisar antara 0,05 – 0,2 mgliter Boyd,1988. Pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah , kadar besi dapat mencapai 10 – 100 mgliter, sedangkan pada
perairan laut sekitar 0,01 mgliter. Air hujan mengandung besi sekitar 0,05 mgliter McNeely et al., 1979. Kadar besi 1,0 mgliter dianggap membahayakan organisme
akuatik Moore,1991. Air yang di peruntukkan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mgliter Moore,1991; Sawyer dan McCarty,1978 dan
perairan yang diperuntukkan bagi keperlua pertanian sebaiknya kadar besi tidak lebih dari 20 mgliter McNeely et al.,1979.
2.7. Destruksi
Destruksi merupakan suatu cara perlakuan perombakan senyawa menjadi unsur- unsur sehingga dapat dianalisa. Metode destruksi materi organik dapat dilaukan
dengan dua cara yang selama ini dikenal dengan : 1.
Metode destruksi basah 2.
Metode destruksi kering
Destruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan
mineral akibat penguapan. Pada tahapan selanjutnya, proses ini seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat peroksida. Destruksi basah
pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, timah hitam, timah putih, seng, dan tembaga.
Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan, yaitu : 1.
Destruksi basah mengunakan HNO
3
dan H
2
SO
4
2. Destruksi basah menggunakan HNO
3
, H2SO
4
, dan HClO
4
3. Destruksi basah menggunakan HNO
3
, H
2
SO
4
, dan H
2
O
2
Apriyanto,1989
Destruksi kering merupakan penguraian perombakan senyawa organik dalam sampel menjadi anorganik dengan jalan pengabuan sampel dan memerlukan suhu
pemanasan tertentu Raimon.1992.
2.8. Spektrofotometri