BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air yang kita pergunakan setiap hari tidak lepas dari pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik
bakteri, virus, parasit, bahan organik pestisida, deterjen, dan beberapa bahan inorganik garam, asam, logam, serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak
ditemukan dalam air yang kita pergunakan.Darmono.1995. Air bersih untuk keperluan publik umumnya dipasok oleh Perusahaan Daerah
Air minum Daerah PDAM. Hingga saat ini baru sebagian dari penduduk dapat memperoleh layanan PDAM tersebut akibat dari keterbatasan kemampuan perusahaan
daerah tersebut. Unuk meningkatkan pelayanan, di beberapa kota besar dikelola oleh perusahaan swasta atau kerja sama antara PDAM dan perusahaan swasta.
Kebutuhan air bersih mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan kemampuan memasok air, sehingga secara relatif persentase
penduduk yang dapat dilayani oleh PDAM semakin menurun. Akibatnya, pasokan air bersih lebih sering mengutamakan kuanitas kecukupan daripada mempertahankan
mutu tinggi. Sejak beberapa bulan terakhir ini, hal seperti diatas terjadi pada beberapa
Cabang PDAM Tirtanadi Medan, dimana kuantitatis air dan kualitas air yang dialirkan oleh PDAM sangat memprihatinkan.
Sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari Bapak Jamahir Gultom selaku konsumen PDAM Tirtanadi pada wilayah Cabang Sei Agul Medan, beliau dan
tetangga-tetangga harus memakai pompa untuk menarik air dari pipa saluran air yang disediakan oleh PDAM. Namun demikian, kualitas air yang diperoleh sangat
memprihatinkan karena sangat kotor penuh dengan flok-flok yang berwarna coklat kemerahan dan putih keabu-abuan. Menurut Pak Gultom banyak sudah masyarakat
melakukan pengaduan dan keberatan akan hal tersebut, namun kelihatannya belum ada perbaikan. Karena airnya masih tetap kotor, Menurut Pak Gultom bahwa air yang
dipasok di wilayah Cabang Sei Agul bersumber dari Sumur Bor yang dibuat oleh PDAM Tirtanadi di jalan Sampul Gang Dos Roha Medan.
Hal yang serupa juga dialami oleh salah satu konsumen yang tinggal di daerah Belawan. Mereka menerima pasokan air dari unit produksi Cabang Medan Labuhan
Medan. Air yang mereka peroleh juga kotor, penuh dengan endapan dan flok-flok berwarna coklatan kemerahan yang diduga merupakan hasil flokulasi yang tidak
sempurna diendapkan dan disaring sebelum dialirkan ke konsumen.
Berdasarkan Penelitian Terdahulu, Alwin.2007 telah melakukan penelitian berupa monitoring dan analisis kadar logam Aluminium dan Besi dalam sampel air
yang diperoleh dari proses pengolahan air minum PDAM Tirtanadi Sunggal.Sampel diambil dari empat titik yaitu : Air Sungai Belawan, Air di Clarifier, Air di Reservoar
dan Air Limbah. Monitoring dilakukan selama empat bulan dan hasil monitoring dan analisis terhadap kadar Aluminium adalah : Air Sungai Belawan berkisar 0,0737 sd
0,172; Air di Clarifier 0,1894 sd 0,2489; air di Reservoar 0,1740 sd 0,2095; Air Limbah 0,2080 sd 0,2326, kadar Besi adalah : Air Sungai Belawan 0,148 sd 0,1775;
Air di Clarifier 0,1935 sd 0,2488; air di Reservoar 0,1789 sd 0,2124; Air limbah 0,2124 sd 0,2343.Hasil penelitian menunjukkan air dari proses pengolahan PDAM
Tirtanadi Sunggal memenuhi syarat kesehatan untuk diminum berdasarkan Parameter untuk logam Al dan Fe pada KEPMENKES RI No.907MENKESVII2002.
Atas dasar penjelasan diatas, dan mengingat bahwa bahan flokulan yang umum digunakan PDAM adalah tawas ataupun PAC Poly Aluminium Chloride
maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “STUDI PERBANDINGAN KANDUNGAN BESI Fe ALUMINIUM Al DIDALAM AIR
MINUM YANG DIPRODUKSI OLEH PDAM TIRTANADI PADA UNIT PRODUKSI CABANG SEI AGUL, MEDAN LABUHAN DAN SUNGGAL
MEDAN.”
1.2. Permasalahan