MIC Minimum Inhibitory Consentration

17,5 mm. Namun pada E. coli zona hambat ekstrak air daun kecombrang pada konsentrasi 100 sebesar 10 mm sangat berbeda bila dibandingkan dengan zona hambat kloramfenikol 10 µg yaitu 22,66 mm. Sehingga dapat diketahui ekstrak air daun kecombrang pada konsentarasi 60 memiliki kemampuan yang sama dengan kloramfenikol 10 µg dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus. Namun, ekstrak air daun kecombrang memiliki kemampuan menghambat bakteri E. coli yang lebih rendah dibanding kloramfenikol 10 µg.

4.4.2. MIC Minimum Inhibitory Consentration

Hasil uji antibakteri menggunakan metode difusi cakram diketahui ekstrak air daun kecombrang mempunyai kemampuan dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri uji. Sehingga perlu diketahui nilai dari konsentrasi hambat minimum KHM atau MIC Minimum Inhibitory Consentration yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba sebanyak 90 dari inokulum asal selama inkubasi 24 jam Cossentio et al. 1999. Konsentrasi pada pengujian KHM mengacu terhadap konsentrasi terkecil yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada metode difusi cakram, yaitu konsentrasi untuk E. coli adalah 5, 10, 15, 20, 25 dan 30 dan untuk S. aureus adalah 50, 60, 70, 80, 90 dan 100. Hasil pengujian KHM diketahui persentasi penghabatan ekstrak air daun kecombrang terhadap bakteri uji pada berbagai konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 6. Nilai KHM ekstrak air daun kecombrang terhadap E. coli adalah pada konsentrasi 90, dimana konsentrasi tersebut sudah dapat mematikan 92,57. Sedangkan nilai KHM ekstrak air daun kecombrang terhadap S. aureus pada konsentrasi 15, dimana konsentrasi tersebut sudah dapat mematikan 96.11. Tabel 6. Hasil MIC atau konsentrasi hambat minimum pada ekstrak air daun kecombrang Jenis Bakteri Konsentrasi Ekstrak Jumlah Bakteri selml inkubasi 24 jam Nt Penghambatan = 100 - NtNo x 100 50 TBUD - 60 TBUD - 70 1,12. 10 6 32,4 80 4. 10 6 76,1 90 1,24. 10 6 92,57 100 7,4. 10 5 95,6 Escherichia coli sel vegetatif awal No= 1,62. 10 7 selml 5 TBUD - 10 2,84. 10 6 89,37 15 1,04. 10 6 96,11 20 - 100 25 - 100 Stapylococcus aureus sel vegetatif awal No= 2,67.10 7 selml 30 - 100 Ket: = MIC atau konsentrasi hambat minimum pada ekstrak air daun kecombrang terhadap bakteri uji Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram dan metode kontak memberikan hasil konsentrasi ekstrak yang berbeda. Hal ini karena perbedaan laju difusi antibakteri pada jenis media yang berbeda. Tabak et al. 1996 telah membandingkan pengukuran medium padat dan medium cair untuk melihat pengaruh ekstrak thyme pada bakteri Helicobacter pilory, hasilnya diketahui bahwa pengahambatan timol lebih efektif pada medium cair dibandingkan dengan medium padat. Pada konsentrasi timol 3,5 mgml penghambatannya pada medium padat masih dapat teramati, sedangkan pada medium cair sudah membunuh semua bakteri yang ada. Demikian juga yang telah dilakukan oleh Wan et al. 1998, minyak essensial basil tidak memberikan pengaruh penghambatan terhadap Pseudomonas flourescens dengan metode difusi agar, sedangkan bila menggunakan medium cair pengaruh penghambatan dapat teramati. Pada medium padat, difusi antimikroba akan tertahan dengan adanya agar pada medium. Hasil penelitian Juliantina et al. 2009 menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih merah Piper crocatum mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membunuh S. aureus gram positif pada konsentrasi 25. Sedangkan kemampuan menghambat pertumbuhan dan membunuh E. coli gram negatif pada konsentrasi 6,25. Hasil penelitian Suryani dan Stepriyani 2007 menunjukkan bahwa infusa daun mahkota dewa memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan MIC 3,125. Infusa daun mahkota dewa tidak memiliki daya antibakteri terhadap Eschericia coli dengan MIC lebih besar dari 25. Parwata dan Dewi 2008 menuliskan hasil uji aktivitas minyak atsiri dari rimpang lengkuas Alpinia galanga L. terhadap bakteri E. coli pada konsentrasi 100 ppm dan 1000 ppm menunjukkan diameter daerah hambatan sebesar 7 mm dan 9 mm, sedangkan minyak atsiri hanya mampu menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada konsentrasi 1000 ppm sebesar 7 mm. Dari penelitian diatas diketahui kemampuan antibakteri dari ekstrak air daun kecombrang lebih rendah dibanding dengan ekstrak etanol sirih merah Piper crocatum dan infusa daun mahkota dewa. Namun ekstrak air daun kecombrang memiliki aktifitas antibakteri lebih tinggi dibanding dengan minyak atsiri dari rimpang lengkuas Alpinia galanga L..

4.5. Analisis GC-MS