Deskripsi Kecombrang Manfaat dan Kandungan Kecombrang

2.2.2. Deskripsi Kecombrang

Tanaman kecombrang merupakan tanaman tahunan yang berbentuk semak dengan tinggi 1-3 m. Tanaman ini mempunyai batang semu, tegak, berpelepah, membentuk rimpang, dan berwarna hijau. Daunnya tunggal, lanset, ujung dan pangkal runcing tetapi rata, panjang daun sekitar 20-30 cm dan lebar 5-15 cm, pertulangan daun menyirip, dan berwarna hijau. Bunga kecombrang merupakan bunga majemuk yang berbentuk bongkol dengan panjang tangkai 40-80 cm. Panjang benang sari ± 7,5 cm dan berwarna kuning. Putiknya kecil dan putih. Mahkota bunganya bertaju, berbulu jarang dan warnanya merah jambu. Biji kecombrang berbentuk kotak atau bulat telur dengan warna putih atau merah jambu. Buahnya kecil dan berwarna coklat. Akarnya berbentuk serabut dan berwarna kuning gelap Syamsuhidayat, 1991 Gambar 1. Kecombrang Etlingera elatior Jack R.M. Smith Dokumen Pribadi, 2010

2.2.3. Manfaat dan Kandungan Kecombrang

Hampir seluruh bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan. Dalam kecombrang terkandung zat aktif seperti saponin, flavonoida, dan polifenol. Zat aktif tersebut dikenal sebagai deodoran alami yang akan mengurangi bau badan yang kurang enak bagi orang yang mengkonsumsinya. Kecombrang juga kaya vitamin dan mineral. Khasiat lain dari kecombrang adalah memperbanyak ASI, dan pembersih darah. Hal ini sangat baik bagi ibu yang sedang menyusui. Di beberapa kalangan masyarakat, kecombrang dipercaya sebagai penetral kolesterol Anonim, 2010. Hal ini tidaklah mengejutkan mengingat adanya beberapa hasil penelitian yang menunjukkan kandungan senyawa-senyawa bioaktif dari tanaman ini seperti antibakteri, antioksidan dan antikanker. Hasil penelitian oleh Jaffar et al. 2007 pada daun, batang, bunga dan rimpang tanaman ini menunjukkan adanya beberapa jenis minyak esensial yang kemungkinan bersifat bioaktif. Ekstraksi minyak esensial dilakukan dengan metode hidrodistilasi sedangkan analisanya dilakukan dengan alat GC-MS Gas Chromatography Mass Spectrometer . Dari penelitian ini terungkap kandungan minyak esensial tertinggi adalah pada daun yaitu sebesar 0,0735, bunga sebesar 0,0334, batang sebesar 0,0029 dan rimpang sebesar 0,0021. Komponen utama minyak esensial pada daun adalah β-pinene 19,7, caryophyllene 15,36 dan β- farnesene 27,9. McKeen et al. 1997 menguji ekstrak etanol dari daun tanaman kecombrang dalam kemampuannya untuk membunuh mikroba baik secara kualitatif dengan metode disc diffusion dan secara kuantitatif dengan metode tube dilution terhadap bakteri gram positif Bacillus cereus dan Bacillus megatrium dan gram negatif Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil pengujian menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan konsentrasi hambatan minimum berkisar 100–800 μgml dan konsentrasi lethal minimum berkisar 400–800 μgml. Hal ini menunjukkan potensi pemakaian daun tanaman ini sebagai pengawet makanan alami. Ekstrak etanol dan metanol dari bunga, daun dan rhizome tanaman ini diuji aktivitas antioksidannya dengan cara mengukur Ferric-Reducing Antioxidant Power FRAP dan Ascorbic Acid Equivalent Antioxidant Capacity AEAC. Hasil penelitian tersebut megindikasikan semua ekstrak mengandung aktivitas antioksidan dimana ekstrak yang berasal dari daun menunjukkan aktivitas tertinggi diikuti ekstrak bunga dan terrendah adalah ekstrak rimpang Chan et al. 2007. Dibuktikan bahwa senyawa-senyawa aktif 1,7-bis 4-hydroxyphenyl- 2,4,6- heptatrienone, demethoxycurcumin dan 1,7-bis 4-hydroxyphenyl- 1,4,6-heptatrien- 3-one dari rimpang tanaman ini mempunyai kekuatan menghambat peroksidasi pada lemak yang lebih kuat daripada α-tocopherol sebagai kontrol positif Habsah et al. 2005.

2.3. Ekstraksi