Uji Antioksidan HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3. Uji Antioksidan

Antioksidan adalah bahan yang dalam kadar rendah dapat mencegah terjadinya oksidasi dari substrat yang mudah teroksidasi. Metode uji antioksidan dengan DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil dipilih karena metode ini adalah metode sederhana untuk evaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa bahan alam Fagliano 1999. DPPH adalah suatu radikal stabil yang mengandung nitrogen organik, berwarna ungu gelap dengan absorbansi yang kuat pada panjang gelombang maks 517 nm. Setelah bereaksi dengan antioksidan warna larutan akan berkurang dan berubah menjadi kuning. Perubahan warna ini dapat diukur secara spektrofotometri Reynertson, 2007. Peredaman tersebut dihasilkan oleh bereaksinya molekul Difenil Pikril Hidrazil dengan atom hidrogen yang dilepaskan satu molekul komponen sampel sehingga terbentuk senyawa Difenil Pikril Hidrazin Gambar 5. O 2 N N-NC 6 H 5 2 NO 2 NO 2 + AH O 2 N N-NC 6 H 5 2 NO 2 NO 2 H + A DPPH 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil + Antioksidan → 1,1-Difenil-2-picrilhidrazin + Antioksidan Gambar 5. Reaksi DPPH Dengan Antioksidan Untuk mengetahui banyaknya senyawa antioksidan dalam ekstrak daun kecombrang, terlebih dahulu dibuat kurva standar. Dalam Kusnawidjaja 2007, kurva standar melukiskan hubungan antara konsentrasi dan optical dencity OD. Pembuatan kurva standar dilakukan dengan menggunakan BHA butil hidroksianisol. Dalam Widianti 2010, BHA adalah antioksidan sintesis yang biasa digunakan untuk lemak dan minyak makanan. BHA digunakan sebagai pembanding pada antioksidan pada ekstrak air daun kecombrang. Hasil kurva standar dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Kurva standar BHA butil hidroksianisol Kurva standar juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara konsentrasi dengan persentasi inhibisi. Hal ini diperlihatkan dengan nilai r koefisien korelasi. Nilai r yang mendekati 1 membuktikan bahwa persamaan regresi tersebut adalah linier dan simpangan baku yang kecil menunjukkan ketepatan yang cukup tinggi. Nilai koefisien korelasi menyatakan bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi sampel dengan persentase inhibisi sebesar 0,96. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 96 keakuratan data dipengaruhi oleh konsentrasi bahan, sedangkan kurang dari 4 dipengaruhi oleh faktor lain. Tabel 5. Hasil pengujian aktifitas antioksidan ekstrak air daun kecombrang Konsentrasi ppm Optical dencity OD inhibisi IC 50 0 0,5734 10 0,5131 10, 51 30 0,504 12,1 50 0,4363 23,89 70 0,3958 30,97 90 0,3182 44,5 24,39 mgL Ket: = Hasil LC 50 didapat dengan menggunakan softwear regresi Hasil pengujian aktifitas antioksidan ekstrak air daun kecombrang dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pelarut, maka semakin tinggi persentase inhibisinya, hal ini disebabkan pada sampel yang semakin banyak, maka semakin tinggi kandungan antioksidannya sehingga berdampak juga pada tingkat penghambatan radikal bebas yang dilakukan oleh zat antioksidan tersebut. Dalam Mardawati et al. 2008, secara spesifik suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC 50 kurang dari 50, kuat untuk IC 50 bernilai 50-100, sedang jika IC 50 bernilai 100-150, dan lemah jika IC 50 adalah 151- 200. IC 50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak mikrogrammililiter yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50 . Semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi aktivitas antioksidan. Hasil aktivitas antioksidan ekstrak air daun kecombrang menggunakan metode DPPH 2,2-diphenil- 1-picrylhydrazil radical memberikan nilai IC 50 sebesar 24,39 mgL, sehingga dapat diketahui aktifitas dari ekstrak air daun kecombrang sangat kuat. Dalam Rohman dan Riyanto 2005, ekstrak etanol daun kemuning diuji daya antioksidannya dengan metode DPPH dan hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kemuning mempunyai nilai IC 50 sebesar 126,17 μgml, 15 kali lebih lemah dibanding dengan vitamin E IC 50 vitamin E = 8,27 μgml. Zuhra et al. 2008 menuliskan senyawa flavonoid dari daun katuk Sauropus androginus L Merr. memiliki nilai IC 50 sebesar 80,81 μgml. Dalam Andayani et al. 2008, nilai IC 50 dari ekstrak metanol buah tomat adalah 44,06 µgml. Hanani 2005 meneliti nilai IC 50 dari vitamin C dan BHT butil hidroksitoluen yaitu 3,45 µgml dan 3,81 µgml. Dengan membandingkan nilai IC 50 , maka diketahui ekstrak air daun kecombrang memiliki kemampuan antioksidan lebih rendah dibandingkan dengan vitamin E, vitamin C dan BHT butil hidroksitoluen namun lebih tinggi dibanding dengan ekstrak etanol daun kemuning, daun katuk Sauropus androginus L Merr. dan ekstrak metanol buah tomat. 4.4. Uji Antibakteri 4.4.1. Uji Antibakteri menggunakan metode difusi cakram