BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Ekstraksi Daun Kecombrang
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah air.
Pelarut air adalah pelarut yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan insdustri pangan. Selain itu, penggunaan pelarut air diharapkan mampu mengekstrak
zat aktif yang bersifat polar. Dalam Naufalin 2005, ekstrak heksana nonpolar bunga kecombrang tidak menunjukkan aktifitas antibakteri, sedangkan ekstrak etanol
polar bunga kecombrang mampu menghambat aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
, Listeria monocytogenes, Bacillus cereus, Salmonella Typhimurium, Escherichia coli, Aeromonas hydrophilia, dan Pseudomonas
aeruginosa . Walaupun aktifitas antibakteri ekstrak etil asetat semipolar
menunjukkan aktifitas yang lebih tinggi daripada ekstrak etanol polar. Hasil ekstraksi daun kecombrang Etlingera elatior Jack R.M. Smith secara
maserasi dengan menggunakan air menghasilkan 59 ml ekstrak dari 90 gram serbuk daun kecombrang kering Gambar 4a dalam 1500 ml pelarut air. Hasil ekstrak
berwarna kecoklatan dan penampakan cairan agak kental Gambar 4b dengan viskositas 0,01 menit 40 detik.
a b
Gambar 4. Ekstraksi Daun Kecombrang a Serbuk daun kecombrang, b Hasil ekstrak daun kecombrang
4.2. Uji BSLT Brine Shrimp Lethality Test
Uji BSLT adalah uji pendahuluan yang dilakukan untuk mengetahui adanya suatu senyawa aktif didalam ekstrak, yang ditandai dengan matinya hewan uji yaitu
Artemia salina . Senyawa bioaktif kebanyakan bersifat toksik pada dosis tinggi. Jadi,
pengujian dengan organisme yang sederhana secara zoologis dapat digunakan secara monitor yang meyakinkan untuk skrining dan fraksinasi dalam penemuan senyawa
bioaktif baru Baraja, 2008. Senyawa-senyawa tersebut kemungkinan merupakan senyawa bioaktif yang dapatsdigunakan dalam dunia kedokteran misalnya sebagai
antikanker Khurniasari, 2004. Pada Tabel 4 menunjukkan persentasi mortalitas Artemia salina sebesar
7,35 sampai 100. Pada konsentrasi 0 ppm persentasi kematiannya sebesar 7,35, 10 ppm persentasi kematiannya 31,3, 100 ppm persentasi kematiannya 80,3, 500
ppm persentasi kematiannya 100 dan 1000 ppm persentasi kematiannya sebesar 100. Selanjutnya data tersebut dimasukkan ke dalam softwear regresi hasilnya nilai
LC
50
Artemia salina terhadap ekstrak air daun kecombrang adalah 53,08 ppm. Tabel 4. Hasil Uji BSLT Ekstrak Air Daun Kecombrang
Ket: =
Hasil LC
50
didapat dengan menggunakan softwear regresi
Konsentrasi ppm
Angka Mati
Angka Hidup
Akumulasi Mati
Akumulasi Hidup
Akumulasi matitotal
Mortalitas LC
50
0 5 28
5 63 568 7,35
10 11 25 16 35 1651
31,3 100 25
7 41 10 4151 80,3
200 28 3 69
3 6972 95,8 500 33
0 102 0 102102
100 1000 30 0 132
0 132132 100 53,08
ppm
Dari Tabel 4 terlihat semakin tinggi konsentrasi ekstrak, mortalitas Artemia salina
juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan Harborne 1994 yang menyebutkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sifat toksiknya akan
semakin tinggi, sehingga semakin tinggi kematian Artemia salina. Adanya larva uji dalam kontrol yang mati disebabkan karena kematian yang alami. Menurut
Nurhayati et al. 2006 Artemia yang mati pada kontrol mengalami penurunan aktivitas. Hal ini dapat dilihat dari perlakuan artemia sesaat sebelum mati. Semakin
lama, Artemia dalam kontrol semakin lemah dan berada dalam dasar tabung.
Sedangkan Artemia yang mati dalam tabung percobaan karena perlakuan, mengalami disorentasi gerak gerakaannya tidak teratur. Artemia dalam tabung ini tetap aktif
bergerak, akan tetapi tetap berputar-putar dalam satu titik. Menurut Meyer 1982 dalam Juniarti et al. 2009, suatu zat dikatakan aktif
atau toksik bila nilai LC
50
1000 ppm untuk ekstrak dan 30 ppm untuk suatu senyawa. Nilai LC
50
merupakan angka yang menunjukan konsentrasi ekstrak yang dapat menyebabkan kematian sebesar 50 dari jumlah hewan uji. Berdasarkan uji
bioaktivitas didapatkan hasil nilai LC
50
adalah 53,08 ppm, sehingga ekstrak air daun kecombrang dikatakan aktif atau memiliki senyawa aktif. Senyawa aktif ini dapat
berupa antimikroba antibakteri dan antikapang, antioksidan dan antikanker. Sifat aktif dari daun kecombrang disebabkan oleh kandungan senyawa yang
ada di dalamnya. Dari hasil analisa GCMS diketahui ekstrak air daun kecombrang dengan pelarut etanol mengandung 62 komponen senyawa Lampiran 14. Dalam
Hidayat dan Hutapea 1991, daun kecombrang mengandung saponin dan flavonoida Sedangkan berdasarkan hasil GCMS, minyak atsiri daun kecombrang memiliki 62
komponen kimia, yang terbanyak adalah 3-carene 28,167 dan ß-pinen 20,937, keduanya merupakan golongan monoterpena yang mempunyai aktivitas
antimikroba Widiatmojo, 2009
.
Dalam Jaffar et al. 2007 minyak esensial daun kecombrang mengandung ß–pinena 19.7, karyofilena 15,36 dan E-ß-
farnesena 27,90.
4.3. Uji Antioksidan