yang tidak demokratis. Lewat Fordem ia bersuara lantang menentang dan memerangi intoleransi keagamaan dan kesukuan.
81
3. Karya-karya dan Pembagian pemikiran Abdurrahman Wahid.
Berbeda dengan ulama-ulama tradisional lainnya yang lebih senang mengungkapkan ide-ide dan pemikiran melalui lisan atau ceramah-ceramah,
Abdurrahman Wahid selain mengungkapkan pikirannya melalui media ceramah juga menggiatkan dengan media tulisan. Dengan pengetahuan yang dimilikinya,
dan sebagai seorang pemikir, Abdurrahman wahid telah banyak melahirkan tulisan yang berserakan di berbagai media massa, diskusi maupun pelatihan-
pelatihan, Hasil studi bibliografis yang dilakukan oleh INCReS Institute for Culture
and Relegion Studies, sebuah komunitas kaum muda NU di Bandung, terhadap
tulisan Abdurrahman Wahid sampai dengan medio Agustus 2000, ditemukan sekitar 494 buah tulisan karyanya, yang dibuat sejak awal 1970-an hingga akhir
1990-an. Baik yang berbentuk buku, terjemahan, kata pengantar, epilog buku, antologi buku, artikel, kolom maupun makalah.
Hasil studi bibliografis tersebut memuat suatu klasifikasi jumlah tulisan dari Wahid, sebagai berikut:
82
81
Douglas E. Ramage, Demokratisasi, Toleransi, Agama dan Pancasila; Pemikiran Politik Abdurrahman Wahid,
dalam Greg Fealy dan Greg Barton ed, Tradisionalime Radikal; Persinggungan NU-Negara,
Yogyakarta, LkiS, 1997, Cet 1, h.210
82
INCReS, Beyond The Symbols; Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur, Bandung, Rosdakarya, 2000, h. 35
Tabel 1.1 Jumlah tulisan Abdurrahman Wahid sejak awal tahun 1970-an
hingga akhir tahun 1990-an dengan berbagai Bentuknya No
Bentuk Tulisan Jumlah
Keterangan
1 Buku
12 Terdapat pengulangan tulisan
2 Buku Terjemahan
1 Bersama Hasyim Wahid
3 Kata Pengantar Buku
20 -
4 Epilog Buku
1 -
5 Antologi Buku
41 -
6 Artikel
263 Di berbagai majalah, surat kabar,
jurnal, dan media massa 7
Kolom 105
Di berbagai majalah 8
Makalah 50
Sebagian besar
tidak dipublikasikan
Jumlah 493
Lebih lanjut dalam studi bibliografi tersebut, dipaparkan sebuah sekema tentang tema pokok pemikiran Wahid:
83
Tabel 1.2 Tema Pokok Pemikiran Abdurrahman Wahid
No Tema pokok
Jumlah Tulisan Keterangan
1 Pandangan
dunia pesantren
70 Termasuk tema pesantren vs
modernisasi dan pengembangan masyarakat
2 Pribumisasi Islam
43 Termasuk tema pembaruan Islam
3 Keharusan Demokrasi
140 Termasuk tema civil society dan
pemberdayaan ekonomi 4
Finalitas Negara bangsa Pancasila
73 Termasuk tema hubungan NU,
Negara dan agama 5
Pluralisme agama 31
Termasuk tema Islam toleran dan inklusif
6 Humaniterianisme
72 Termasuk tema HAM, gender
83
Ibid., h. 38
universal dan lingkungan hidup
7 Antropologi kiai
24 Sebagian besar berbentuk kolom
Sementara itu periodesasi tulisan dan kecenderungan wacana Pemikiran Abdurrahman Wahid terangkum dalam tabel berikut:
84
Tabel. 1.3 Periodesasi Tulisan dan Kecenderungan Wacana
No Periode Jumlah tulisan Wacana
1 70-an
37 buah Tradisi pesantren, Modernisasi Pesantren,
NU, HAM,
Reinterpretasi ajaran,
Pembangunan, Demokrasi. 2
80-an 189 buah
Dunia pesantren, NU, Ideologi Negara, Pembangunan, Militerisme
3 90-an
253 buah Pembaharuan ajaran Islam, Demokrasi,
Kepemimpinan umat,
Pembangunan, HAM, Kebangsaan, Gender, Toleransi
agama, Universalisme
Islam, NU,
Globalisasi. Kalau diperhatikan secara mendasar, maka dapat dikatakan bahwa gagasan
besar Abdurrahman Wahid tidaklah beranjak pada gagasan arus utama yang menjadi titik tolak. Hampir dapat dikatakan bahwa keragaman tulisan Wahid
tetap menunjukan pola yang sama, yaitu tetap komitmen pada problem keagamaan, kemanusiaan, keIndonesia-an dan domokratisasi. Kalau belakangan
ia kerap menunujukan sisi politiknya, itu hanya menjadi bagian panjang dari komitmen besarnya menciptakan tatanan Indonesia yang demokratis.
85
84
Ibid., h. 40
85
Listiyono Santoso, Teologi Politik Gus Dur, Yogyakarta, Ar-Ruzz, 2004, h. 134, Cet ke-1
Menurut Greg Barton, tulisan-tulisan Wahid yang muncul pada dasawarsa 1970-an dibagi dalam dua periode.
86
Periode pertama meliputi tahun 1970 hingga akhir tahun 1977, dimana Wahid memfokuskan tulisannya pada kehidupan
pesantren. Kecintaannya yang mendalam terhadap tradisi pesantren, tempat dimana ia di besarkan dan dididik, membuat Wahid berupaya mengenalkan
tradisi kepesantrenan dan situasi yang melingkupinya terhadap orang luar. Tulisan tersebut kemudian dibukukan dalam Bunga Ranpai Pesantren; Kumpulan
Karya Tulis Abdurrahman Wahid. Periode kedua,
dimulai ketika ia pindah ke Jakarta sekitar akhir 1977. Kepindahan tersebut membuat ia merasakan adanya situasi baru yang
berdialektika dalam kehidupannya. Periode kedua ini dimulai dari bulan Januari 1978 sampai 1981, dan buku Muslim di Tengah Pergumulan adalah hasil
tulisannya. Pada periode ini Wahid menampilkan diri sebagai intelektual publik, yang tidak hanya melulu membahas dunia pesantren, melainkan sudah meluas
kepada persoalan-persoalan social politik modern. Setelah itu Wahid mulai rajin mengeluarkan berbagai gagasannya melalui tulisan-tulisan cerdasnya ke berbagai
media massa dan majalah, utamanya Prisma dan Majalah Tempo. Masih menurut Barton, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Suedy dan Ulil
Absar Abdallah, bahwa pemikiran Wahid dapat dipetakan kedalam lima elemen
86
Greg Barton, Liberalisme; Dasar-dasar Progresifitas Pemikiran Abdurrahman Wahid dalam Greg Fealy dan Greg Barton ed, Tradisionalisme Radikal…h. 167
kunci.
87
Pertama, pemikiran progresif dan bervisi ke depan. Kedua, respon terhadap modernitas; respon dengan penuh percaya diri dan cerdas. Sembari tetap
kritis terhadap kegagalan-kegagalan masyarakat Barat modern. Wahid secara umum bersikap positif terhadap nilai-nilai inti pemikiran liberal paska
pencerahan, walaupun dia juga berpendapat bahwa hal ini perlu diikatkan pada dasar-dasar teistik.
Ketiga, bahwa posisi sekularistik teistik yang ditegaskan dalam Pancasila
merupakan dasar yang paling mungkin dan terbaik bagi terbentuknya negara Indonesia modern dengan alasan posisi non sektarian Pancasila sangat penting
bagi kesejahteraan dan kejayaan bangsa. Keempat, Wahid mengartikulasikan pemahaman Islam liberal dan terbuka, toleran terhadap perbedaan dan sangat
peduli untuk menjaga harmoni dengan masyarakat. Kelima, pemikiran Wahid mempresentasikan sintesis cerdas pemikiran Islam tradisionalis, elemen
modernisme Islam dan kesarjanaan Barat modern, yang berusaha menghadapi tantangan modernitas baik dengan kejujuran intelektual yang kuat maupun
dengan keimanan yang mendalam terhadap kebenaran Islam tanpa harus menyalahkan yang lain.
Pada dekade 1999 hingga saat ini, utamanya pasca Wahid terpilih menjadi presiden Republik Indonesia ke IV, beberapa buku kumpulan tulisannya
bermunculan. Buku-buku tersebut dalam banyak hal ditulis pada paro 1980-1990,
87
Ahmed Suedy dan Ulil Absar Abdallah ed, Gila Gus Dur; Wacana Pembaca Abdurrahman Wahid,
Yogyakarta, LkiS, 2000, Cet 1, h. 89-90
yang lebih menitik beratkan pada isu-isu tentang wacana ke-Islaman, ke- Indonesian, kebudayaan, demokrasi dan sebagainya. Wacana-wacana yang
merupakan isu besar pada pergulatan pemikiran intelektualitas modern di Indonesia. Buku-buku tersebut tidak hanya diterbitkan oleh LkiS Yogyakarta,
tetapi juga diterbitkan oleh penerbit lain yang berkeinginan menyebarkan gagasan-gagasan besar Abdurrahman Wahid.
Beberapa karya Wahid yang di bukukan antara lain adalah: Kyai Nyentrik Membela Pemerintah LKiS, 1997, Tabayun Gus Dur LKiS, 1998, Prisma
Pemikiran Gus Dur LKiS, 1999, Membangun Demokrasi Rosda Karya, 1999, Islam, Negara dan Demokrasi; Himpunan Percikan Perenungan Gus Dur
Milinium Baru, 1999, Tuhan Tidak Perlu Dibela LKiS,1999, Gus Dur Menjawab Perubahan Zaman Kompas, 1999, Mengurai Hubungan Agama dan
Negara Grasindo, 1999, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan Desantara, 2001, Kumpulan Kolom dan Artikel Abdurrahman Wahid Selama
Era Lengser LKiS, 2002, dan yang mutakhir adalah sebuah buku yang berjudul
Islam Ku Islam Anda dan Islam Kita, The Wahid Institute, 2006, dan Islam Kosmopolitan The Wahid Institute, 2007.
C. Abdurrahman Wahid dan Nahdaltul Ulama.