BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bagi setiap muslim syari’ah lebih dari sekedar hukum agama, ia adalah hukum Allah dan dengan demikian secara esensial tidak dapat diubah. Disamping
itu, ia menjangkau setiap segi kehidupan dan setiap bidang hukum. Karena itu dalam teori, ia tidak dapat ditandingi oleh hukum mana pun, bahkan ketetapan-
ketetapannya sama sekali tidak dapat diganggu gugat. Tetapi bila kita menengok ke dunia Islam—baik yang di pusat maupun pinggiran—kita mendapati
perubahan-perubahan besar selama kira-kira satu abad terakhir ini, baik dalam sistem peradilan maupun dalam sistem hukum yang mereka terapkan.
1
Dalam konteks Indonesia, hukum Islam telah mengalami proses irelevansi secara berangsur-angsur tapi pasti. Soal-soal perdata telah banyak dipengaruhi,
dirubah dan didesak oleh hukum perdata modern. Ketentuan-ketentuan pidananya hampir secara keseluruhan telah diganti oleh hukum pidana modern. Hukum
ketatanegaraan dan internasionalnya hampir-hampir tidak diketahui orang lagi. Tinggal soal-soal ibadat yang masih mendapat tempat sepenuhnya dalam
kehidupan, itu pun dalam kadar dan intensitas yang semakin berkurang dan
1
JND Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern, Yogyakarta, Tiara Wacana, 1994 cet ke 1
bergantung kepada kemauan perorangan para pemeluk agama Islam yang masih taat.
2
Dalam praktek walau tidak lagi berperan secara penuh dan menyeluruh, hukum Islam masih memiliki pengaruh yang besar bagi kehidupan para
pemeluknya. Islam setidaknya turut menciptakan tata nilai yang mengatur kehidupan mereka, minimal dengan menetapkan apa yang harus dianggap baik
dan buruk, apa yang menjadi perintah, anjuran, perkenaan dan larangan agama. Menurut Abdurrahman Wahid, peranan hukum Islam di Indonesia bersifat
statis dan terkesan apologetis. Ia masih berbentuk “pos pertahanan” untuk mempertahankan identitas keislaman dari pengaruh non-Islam, terutama yang
bersifat sekular. Justru watak statis inilah yang menjadikan hukum Islam hanya berperan negatif dalam kehidupan hukum di negeri kita dewasa ini.
3
Dalam hal demikian, masih dapatkah dipertahankan kebenaran claim hukum Islam sebagai penentu pandangan hidup dan tingkah laku para muslimin, dan
dengan demikian merupakan salah satu faktor yang secara sadar harus dibina untuk menjadi salah satu unsur pembinaan hukum nasional?
Persoalann ya akan semakin rumit dan berkelidan ketika dikaitkan dengan
realitas bangsa Indonesia yang majemuk dan plural. Sehingga penerapan hukum
2
Abdulahi An-Naim, Dekonstruksi Syari’ah Wacana Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia dan Hubungan Internasional dalam Islam,
Yogyakarta, Lkis, 2004 Cet, 4. Tentang perubahan hukum Islam di Negara-negara Muslim dapat dilihat di JND Anderson, Hukum Islam di Dunia Modern,
Yogyakarta, Tiara Wacana, 1994
3
Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur, Yogyakarta, LKIS, 1994, Cet,1, h. 38
Islam di Indonesia tidak sedikit juga mengundang kontroversi karena dituding mengancam stabilitas dan integrasi nasional.
Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang penerapan hukum Islam dalam konteks ke Indonesiaan, tentunya menarik untuk dijadikan kajian utama. Hal ini
tidak saja karena sosok bernama Abdurrahman Wahid menduduki kelas elit dalam khasanah intelektual di Indonesia. Tetapi juga karena orientasi pemikirannya yang
cenderung dianggap sekular, tetapi pada saat yang bersamaan ia dianggap sebagai tokoh sepiritual dan figur mistik. Bahkan hebatnya dia adalah seorang
kyai yang pernah memimpin ormas keagamaan terbesar di tanah air yakni Nahdlatul Ulama NU selama 15 tahun lamannya.. Posisi demikian menjadikan
Abdurrahman Wahid dikatakan orang yang hidup dalam dua dunia sekaligus, dunia langit yang penuh dengan nuansa keagamaan dan dunia bumi yang penuh
dengan realitas-realitas. Dalam kerangka itulah, penulis tertarik mengkaji pemikiran Abdurrahman
Wahid lebih jauh dalam sebuah karya tulis skripsi. Tema tersebut penulis kemas
dengan sebuah judul “PENERAPAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA STUDI ATAS PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID”
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah