Badan Hukum BMT Baitul Maal Wattanwil BMT 1. Pengertian Baitul Maal Wattamwil

19 Apabila di pesantren itu belum ada terbentuk kopontren, maka civitas pesantren dapat mendirikan kopontren dan BMT secar bersama-sama. Untuk itu, panitia penyiapan pendiiran BMT dapat bekerja sama dengan Puskopontren pusat koperasi Pondok Pesantren, kantor Departemen Agama dan kantor Departemen Koperasi dan PKK di Kabupaten setempat. Penggunaan badan hukum KSM dan Koperasi untuk BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang dijelaskan UU No 7 Tahun 1992 dan UU No 1o Tahun 1998 tentang perbankan, yang dapat dioperaskan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat adalah Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat, baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan prinsip bagi hasil. Namun demikian, kalau BMT dengan badan hukum KSM atau koperasi itu telah berkembag dan memenuhi syarat-syarat BPR, maka pihak manajemen dapat mengusulkan dari kepada pemrintah agar BMT itu dijadikan sebagai BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah dengan badan hukum koperasi atau persero terbatas. 3. Prosedur Kerja BMT a. Pendamping atau beberapa pemrakarsa yang mengetahui BMT misalnya dengan membaca Pedoman Pendirian BMT ini, menyampaikan dan menjelaskan ide atau gagasan itu kepada rekan-rekannya, termasuk apa itu BMT, visi, misi, tujuan dan usaha-usahanya yang mulia itu. Sehingga 20 jumlah pemrakarsa bisa bertambah, jadi 2, 5, 10 dan seterusnya yang dalam waktu tertentu akan mencapai lebih dari 20 orang. b. Dua puluh orang atau lebih pemrakarsa itu bersepakat mendirikan BMT di desa, kecamatan, pasar, mesjid atau apa pun lingkungan itu dan bersepakat mengumpulkan c. Modal awal pendirian BMT. d. Modal awal tidak harus sama jumlahnya antar pemrakarsa, satu yang lain bisa berbeda besarnya ada yang Rp. 100.000.-, Rp. 500.000.-, Rp. 1.000.000.-, Rp. 5.000.000.- dan dapat dilunaskan secara cicilan , asal saja mencapai jumlah yang memadai misalnya Rp 20 – Rp. 30 juta untuk di desa dapat Rp 10 – 20 juta. e. Pemrakarsa membuat rapat untuk memilih Pengurus BMT, misalnya Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Jika diperlukan dapat mengangkat Dewan Syariah, tetapi ini biasanya diangkat setelah BMT berjalan beberapa tahun. f. Pengurus BMT merapatkan dan merekrut Pengelola Manajemen BMT, tiga orang, sebaiknya telah memiliki pendidikan S-1, penduduk di lingkungan itu, bersifat siddiq, tabligh, amanah, dan fathonah. Calon Pengelola dalam waktu tertentu diberikan bacaan untuk harus benar-benar menguasai visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, memiliki keinginan yang keras untuk mengembangkan BMT, dengan sepenuh waktu, sepenuh hati, bersedia siang dan malam hanya memikirkan ikhtiar-ikhtiar untuk mengembangkan BMT sebagai ibadah pada Allah Swt. 21 g. Pengurus BMT menghubungi PINBUK danatau ABSINDO Asosisasi BMT se Indonesia setempat Kabupaten KotaPropinsi meminta agar memberi pelatihan pada calon Pengelola BMT tersebut biasanya 2 minggu pelatihan dan magang h. Setelah dilatih, dengan berbekal modal awal i. Pengelola membuka kantor dan menjalankan BMT, dengan giat menggalakkan simpanan masyarakat dan memberikan pembiayaan istilah Bank : kredit pada usaha mikro dan kecil di sekitarnya; j. Pembiayaan pada usaha mikro dengan bagi hasil; bagi hasil disampaikan kepada BMT sesuai dengan akad; k. Dari bagi hasil ini, pengelola membayar honor pada pengelola semampunya secara bertahap, membesar, sewa kantor, listrik, ATK dll. l. Yang paling penting adalah bahwa dari bagi hasil ini, pengelola membayar pula bagi hasil kepada penyimpan dana, diusahakan lebih besar sedikit dari bunga uang kalau penyimpan menyimpannya di bank konvensional; dengan demikian akan terdapat dorongan material bagi penyimpan untuk menyimpan dananya di BMT, selain mengharapkan pahala dan ridha dari Allah swt. m. Dengan memberikan bagi hasil pada penabung dan penjelasan yang tepat tentang visi, misi, tujuan dan usaha-usaha BMT, kekayaan BMT akan semakin bertambah, diimbangi dengan pembiayaan pada usaha mikro dan 22 kecil semakin banyak dan lancar. BMT akan semakin maju dan berkembang. 15

C. Pengertian produktivitas

Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia karena makna produktivitas adalah keinginan the will dan upaya effort manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala bidang. Menurut Encyclopedia Britanica 1982:27 disebutkan bahwa produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari hasil yang dicapai dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu. Sedangkan menurut formulasi National Productivity Board NPB Singapore, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental attitude of mind yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. 16

D. Pengertian Usaha Kecil Menengah 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah UKM

UKM adalah singkatan dari usaha kecil dan menengah. UKM adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara indonesia ukm ini sangat memiliki peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UKM ini juga sangat membantu negarapemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat ukm juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang 15 http:solusi70.comblog201010cara-kerja-bmt 16 DR. Sedarmayanti, M. Pd., Sumber Daya Manusia Dan Produktivitas Kerja, Bandung: Mandar Maju, 2001, cetakan II, hal. 56 23 menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UKM ini perlu perhatian yang khusus dan didukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar. Terdapat dua aspek yang harus dikembangkan untuk membangun jaringan pasar, aspek tersebut. Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama mikro, kecil, dan menengah UMKM di Indonesia yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya kualitas produk. Walau diakui pula bahwa UMKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja di Indonesia , tetapi kontribusi dalam output nasional di katagorikan rendah. Hal ini dikarenakan UMKM, khususnya usaha mikro dan sektor pertanian yang banyak menyerap tenaga kerja, mempunyai produktivitas yang sangat rendah. Bila upah dijadikan produktivitas, upah rata-rata pada usaha mikro dan kecil umumnya berada di bawah upah minimum. Kondisi ini merefleksikan produktivitas sektor mikro dan kecil yang rendah bila dibandingkan dengan usaha yang lebih besar. Untuk meningkatkan daya saing UMKM diperlukan langkah bersama untuk mengangkat kemampuan teknologi dan daya inovasinnya. Dalam hal ini inovasi berarti sesuatu yang baru bagi penerima yaitu 24 komunitas UMKM yang bersangkutan. Kemajuan ekonomi terkait dengan tingkat perkembangan yang berarti tahap penguasaan teknologi. sebagian terbesar bersifat STATIS atau tidak terkodifikasi dan dibangun di atas pengalaman. Juga bersifat kumulatif terbentuk secara ‘incremental’ dan dalam waktu yang tertentu . Waktu penguasaan teknologi ini bergantung pada sektor industrinya ‘sector specific’ dan proses akumulasinya mengikuti trajektori tertentu yang khas. Di antara berbagai faktor penyebabnya, rendahnya tingkat penguasaan teknologi dan kemampuan wirausaha di kalangan UMKM menjadi isue yang mengemuka saat ini. Pengembangan UMKM secara parsial selama ini tidak banyak memberikan hasil yang maksimal terhadap peningkatan kinerja UMKM, perkembangan ekonomi secara lebih luas mengakibatkan tingkat daya saing kita tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti misalnya Cina dan Malaysia. Karena itu kebijakan bagi UMKM bukan karena ukurannya yang kecil, tapi karena produktivitasnya yang rendah. Peningkatan produktivitas pada UMKM, akan berdampak luas pada perbaikan kesejahteraan rakyat karena UMKM adalah tempat di mana banyak orang menggantungkan sumber kehidupannya. Salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas UMKM adalah dengan melakukan modernisasi sistem usaha dan perangkat kebijakannya yang sistemik sehingga akan memberikan dampak yang lebih luas lagi dalam meningkatkan daya saing daerah. 17 17 http:ridhoadnan.blogspot.com201007usaha-kecil-menengah-ukm.html