Pengertian produktivitas Sejarah Berdirinya BMT

24 komunitas UMKM yang bersangkutan. Kemajuan ekonomi terkait dengan tingkat perkembangan yang berarti tahap penguasaan teknologi. sebagian terbesar bersifat STATIS atau tidak terkodifikasi dan dibangun di atas pengalaman. Juga bersifat kumulatif terbentuk secara ‘incremental’ dan dalam waktu yang tertentu . Waktu penguasaan teknologi ini bergantung pada sektor industrinya ‘sector specific’ dan proses akumulasinya mengikuti trajektori tertentu yang khas. Di antara berbagai faktor penyebabnya, rendahnya tingkat penguasaan teknologi dan kemampuan wirausaha di kalangan UMKM menjadi isue yang mengemuka saat ini. Pengembangan UMKM secara parsial selama ini tidak banyak memberikan hasil yang maksimal terhadap peningkatan kinerja UMKM, perkembangan ekonomi secara lebih luas mengakibatkan tingkat daya saing kita tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti misalnya Cina dan Malaysia. Karena itu kebijakan bagi UMKM bukan karena ukurannya yang kecil, tapi karena produktivitasnya yang rendah. Peningkatan produktivitas pada UMKM, akan berdampak luas pada perbaikan kesejahteraan rakyat karena UMKM adalah tempat di mana banyak orang menggantungkan sumber kehidupannya. Salah satu alternatif dalam meningkatkan produktivitas UMKM adalah dengan melakukan modernisasi sistem usaha dan perangkat kebijakannya yang sistemik sehingga akan memberikan dampak yang lebih luas lagi dalam meningkatkan daya saing daerah. 17 17 http:ridhoadnan.blogspot.com201007usaha-kecil-menengah-ukm.html 25

2. Ciri-Ciri dan Kriteria Usaha Kecil Menengah

Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40KMK.062003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-. Ciri-ciri usaha mikro a. Jenis barangkomoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti; b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat; c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha; d. Sumber daya manusianya pengusahanya belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai; e. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah; f. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank; g. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Contoh usaha mikro 26 a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya; b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat; c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dan lain- lain; d. Peternakan ayam, itik dan perikanan; e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit konveksi. Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain : a. Perputaran usaha turn over cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang; b. Tidak sensitive terhadap suku bunga; c. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter; d. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat. 27 Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri. Pengertian usaha kecil Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 satu milyar rupiah per tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- lima puluh juta rupiah sampai dengan Rp.500.000.000,- lima ratus juta rupiah. Ciri-ciri usaha kecil a. Jenis barangkomoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah; b. Lokasitempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah; c. Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha; d. Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP; 28 e. Sumberdaya manusia pengusaha memiliki pengalaman dalam berwira usaha; f. Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal; g. Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh usaha kecil a. Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja; b. Pedagang di pasar grosir agen dan pedagang pengumpul lainnya; c. Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan, industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan; d. Peternakan ayam, itik dan perikanan; e. Koperasi berskala kecil. Pengertian usaha menengah Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari Rp200.000.000,00 dua ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak sebesar Rp10.000.000.000,00, sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp.500.000.000,00 lima ratus juta rupiah sd Rp.5.000.000.000,00 lima milyar rupiah. Ciri-ciri usaha menengah 29 a. Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi; b. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan; c. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll; d. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll; e. Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan; f. Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik. Contoh usaha menengah Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu: a. Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah; b. Usaha perdagangan grosir termasuk expor dan impor; c. Usaha jasa EMKL Ekspedisi Muatan Kapal Laut, garment dan jasa transportasi taxi dan bus antar proponsi; d. Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam; e. Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan. 30 Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.” Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- Dua Ratus Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- Satu Milyar Rupiah c. Milik Warga Negara Indonesia d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar e. Berbentuk usaha orang perseorangan , badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih. Pemerintah Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, dimasing-masing Propinsi atau KabupatenKota. 18 18 http:chichimoed.blogspot.com200903pengertian-dan-kriteria-ukm.html 31 Menurut Muhammad Taufiq, UKM memiliki ciri-ciri skala usaha kecil, padat karya, berbasis sumberdaya lokal dan sumberdaya alam, pelaku banyak, dan menyebar, sehingga dari ciri-ciri tersebut dapat diuraikan beberapa kekuatan dan kelemahan UKM sebagai berikut: a. Skala usaha kecil Salah satu karakter penting dari UKM adalah skala usahanya yang relatif kecil. Meskipun batas atas kategori usaha kecil adalah dengan omset maksimal 1 miliar, namun dalam kenyataannya sebagian besar usaha kecil justru memiliki omset dibawah 500 juta. Mengacu pada argumentasi bahwa salah satu sumber keunggulan adalah melalui economies of scale, maka akan sulit bagi usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala besar dalam suatu aktivitas bisnis yang sama. b. Padat karya Produk usaha berskala kecil pada umumnya sangat padat karya. Kegiatan produksi yang melibatkan banyak tenaga kerja sebagai konsekuensi dari aktivitas yang menghasilkan produk yang berciri hand made. Produk UKM yang bersandar pada keahlian dan keterampilan tangan ini membawa konsekuensi pada kurangnya aspek presisi dan kesulitan untuk distandarisasi. Di samping memiliki kelemahan, aktivitas bisnis yang mengandalkan keterampilan individu tentu juga memiliki keunikan, sehingga mendapat pasar yang tersendiri. Keunikan produk 32 UKM dapat dikembangkan sebagai sumber keungulan menghadapi produk-produk yang berbasis pabrikasi produk cetak. c. Berbasis sumberdaya lokal dan sumberdaya alam. Salah satu ciri dari orientasi berusaha di kalangan UKM pada umumnya adalah lebih kepada upaya melakukan aktivitas apa yang bisa dilakukan dengan sumberdaya yang ada, ketimbang memproduksi sesuatu yang diminta oleh pasar. Dengan kata lain aktivitas usaha UKM lebih kepada production oriented, memproduksi sebaik mungkin apa yang bisa dilakukan dengan bertumpu pada ketersediaan sumberdaya yang ada. Karakter aktivitas bisnis UKM seperti ini menghasilkan produk-produk unggulan yang komparatif pada masing-masing wilayah. Kebersinambungan usaha yang berbasis sumberdaya alam tentu sangat rentan, manakala UKM terlibat dalam aktivitas produksi yang mengeksploitasi sumberdaya alam yang tidak terbaharui. d. Pelaku banyak Karena hampir tidak ada barrier to entry pada aktivitas bisnis UKM, baik dari aspek teknologi, investasi, manajemen, perlindungan hak intelektual, maka sangat mudah bagi masyarakat untuk masuk ke dalam industri yang digeluti oleh UKM. Sebagai konsekuensinya relatif sangat banyak pelaku bisnis UKM dalam sektor dan kegiatan bisnis tertentu. Di satu sisi struktur usaha seperti ini sangat baik untuk mendorong kompetisi, tetapi di lain pihak UKM sering dihadapkan pada kondisi dimana banyak UKM sebagai produsen menghadapi kekuatan monopsonis. 33 e. Menyebar Aktivitas bisnis UKM dapat dijumpai hampir diseluruh pelosok tanah air serta diberbagai sektor. Dengan demikian, bila UKM dapat mengembangkan jaringan yang efektif, maka konsep global production dapat dipenuhi, karena UKM mampu menghasilkan produk di mana saja dan memasarkannya ke mana saja serta kapan saja. Dengan kata lain produk UKM yang sejenis sangat mudah diperoleh masyarakat di mana saja dan kapan saja. 19

3. Keunggulan dan Kelemahan Usaha Kecil Menengah

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh Usaha Kecil dan Menengah UKM dibandingkan dengan usaha besar Partomo dan Rachman, 2002 antara lain: a. .Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk. b. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil c. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis d. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Kelemahan yang dimiliki Usaha Kecil dan Menengah UKM Tambunan, 2002 adalah: a. Kesulitan pemasaran 19 http:id.shvoong.comsocial-scienceseconomics2037090-ukm-ciri-ciri-kelemahan- dan 34 Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee 1988 di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor. b. Keterbatasan finansial UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal baik modal awal maupun modal kerja dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang. c. Keterbatasan Sumber Daya Manusia SDM Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru. d. Masalah bahan baku 35 Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk- produk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS. e. Keterbatasan teknologi Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin- mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin- mesin baru. 20 20 http:tariles41.blogspot.com201004keunggulan-dan-kelemahan-usaha-kecil.html 36 BAB III GAMBARAB UMUM TENTANG BAITUL MAL WATTAMWIL MASJID AL-AZHAR CABANG KUNCIRAN CILEDUG

A. Sejarah Berdirinya BMT

KS-BMT Masjid Al-Azhar Pasar Minggu berdiri pada tanggal 26 Agustus 1995 M 29 Rabiul Awal 1416 H, yang di resmikan oleh Bapak Aries Mufti, SE, SH. Direktur Operasonal Bank Muamalat Indonesia dan Bapak Camat Pasar Minggu yang dalam hal ini di wakili oleh Bapak. Drs. H. Moch. Syarif Hasan Wk. Pasar Minggu. Adapu para pendiri dan penggagas berdirinya KS-BMT Masjid Al-Azhar Pasar Minggu adalah dari pengurus dan pembina Masjid Al-Azhar Pasar Minggu yaitu Bapak. H. Moch. Ali Moe’is, Bapak DR. KH. Mas’ud Saiful Alam dan Bapak . Arifin yang di supervisi oleh praktisi BMI yaitu Bapak H. Aries Muftie, SE, SH dan Bapak Wiroso, serta mendapat dukungan dari seluruh jama’ah pengajian Majelis Ta’lim Al-Azhar Pasar Minggu. Pada awal operasinya September 1995 KS-BMT Masjid Al-Azhar hanya memiliki aset sebesar Rp. 34. 284. 950,- dengan modal dasar pendirian sebesar Rp. 19. 965. 000,- yang merupakan setoran modal awal dari para pemegang saham perdana, yaitu : 1. Bapak H. Moch. Ali Moe’is Rp. 12. 965.000,- 2. Bapak Arifin QQ-Kas Masjid Al-Azhar Rp. 3.500.000,- 37 3. Bapak A. Aziz Lutfi Rp. 3. 500.000,- Pada saai itu BMT Masjid Al-Azhar belum memiliki badan hukum yang resmi, hanya berbentuk Kelompok Swadaya Masyarakat KSM di bawah binaan PINBUK yaitu sebuh LPSM yang di bentuk oleh BMI, MUI dan ICMI yang mana lembaga ini di tunjuk untuk membina dan mengawasi BMT-BMT di Indonesia. Hal ini berdasarkan hasil kerjasama antara Bank Indonesia BI dengan PINBUK yang tertuang dalam MOU No. 003MOUPHBKVIII95 tertanggal 27 September 1995 dan di dukung dalam Program Gerakan BMT Nasional yang di canangkan oleh Presiden Republik Indonesia saat ini Bapak Soeharto tanggal 7 Desember 1995. Dengan demikian KS-BMT Masjid Al-Azhar beroperasi atas dasar izin operasi yang diberikan oleh lembaga tersebut di atas pada awal tahun 1996, dengan sertifikat operasi No. 0903004PINBUKIV96 yang di perpanjang setiap 6 Enam Bulan sekali. Kemudian dengan seiring perkembangan KS- BMT Masjid Al-Azhar dan situasi Politik di Indonesia, yang mana berpengaruh pada sistem perundang-undangan di Indonesia khususnya perubahan Undang-Undang tentang Perbankan dan Undang-Undang tentang per-Koperasian, yang mana perubahan kedua Undang-Undang tersebut lebih memberi peluang dan fasilitas untuk beroperasinya lembaga Perbankan Syari’ah dan koperasi dengan sistem syari’ah. Dengan melihat hal tersebut maka sejak miladnya yang ke-4 tepatnya bulan Sptember 1999 manajemen KS-BMT Masjid Al-Azhar merubah status Badan Hukum BMT Masjid Al- Azhar, dari bentuk KSM-PHBK menjadi ber badan Hukum Koperasi Syariah 38 dengan No. 357BHKDK. 9. 4IX1999 tertanggal 14 September 1999, dengan sedikit perubahan nama yang terdaftar dal Lembaran Negara Republik Indonesia melalui Depkop dan PKM menjadi “BMT MASJID AL-AZHAR”. Hal ini di lakukan atas dasar demi melindungi keberadaan BMT dari segi hukum positif yang berlaku di Indonesia, dan juga secara eksplisit sudah mendapat persetujuan pada rapat Tahunan Anggota tetap Pemegang Saham KS-BMT Masjid Al-Azhar pada tanggal 18 Juli 1999 yang tertuang dalam notulen Rapat Nomor : 03NR-RTATVII99 tertanggal 20 Juli 1999. 29

B. Visi, Misi BMT

1. Visi BMT Mewujudkan kualitas masyarakat di sekitar BMT yang selamat, damai dan sejahtera dengan mengembangkanlembaga dan usaha BMT dan POKUSMA yang maju berkembang, terpercaya, aman, nyaman, transparan, dan berkehati-hatian. 30 2. Misi BMT Untuk turut berperan serta dalam menunjang ekonomi umat, terutma melalui upaya peningkatan peranan pengusaha kecil dan menengah Muslim dalam perekonomian, dan memaksimalkan nilai ekonomi BMT untuk para anggotanya, tanpa melupakan tanggung jawab sosialnya dengna syari’at Islam. Untuk mencapai misinya BMT Masjid Al-azhar akan selalu berusaha untuk menciptakan dan menyediakan pelayanan dan 29 Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid Al-Azhar, h, 1 30 M. Amin Aziz, Buku Saku, Loc, Cit. 39 layanan produk-produk yang sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan pemerintah dan tuntunan syari’at. 31

C. Tujuan BMT

BMT merupakan usaha bisnis yang bersifat mandiri, ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara profesional, serta beorientasi untuk kesejateraan anggota dan masyarakat linkungannya BMT bertujuan : 32 1. Meningkatkna kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. 2. Mewujudkan gerakan pembebasan anggota dari belenggu rentenir, jerat kemiskinan dan ekonomi ribawi. 3. Mewujudkan gerakan pemberdayaan meningkatka kapasitas dalam kegiatan ekonomi riil dan kelembagaannya nenuju tatanan perekonomian yang makmur dan maju. 4. Dan mewujudkan gerakan keadilan membangun struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, berkemajuan, serta berkeadilan berlandaskan syariah dan ridho Allah SWT. 33 31 Laporan Tahunan 2009, BMT Masjid Al-azhar, h. 2 32 BMT Sebagai Alternatif Model Lembaga Keuangan Mikro LKM, Jakarta, PINBUK, t. Th, h. 9 33 Ibid., 10 40

D. Program kerja

Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan Anggota, Pengurus, Pengawas, Manager, dan Karyawan seperti yang telah di canangkan pada RKRAPB Tahun Buku 2008 dan yang di canangkan pada RKRAPB tahun- tahun sebelumnya, manajemen BMT Masjid Al-Azhar telah melaksanakan beberapa program kerja yang telah di canangkan sejak tahun-tahun sebelumnya, yaitu antara lain : 1. Memberikan diskon Margin Pembiayaan bagi para Anggota BMT Masjid Al-azhar yang mengajukan fasilitas pembiayaan sebesar 1 sd 1,5 per bulan 2. Memberikan honor rapat pada setiap Rapat Pleno dan juga Rapat Musyawarah Anggota 3. Memberikan honor pengawas pada setiap pemeriksaan Dalam rangka menindak lanjuti program kerja Tahun 2002 mengenai seragam karyawan, manajemen BMT Masjid Al-Azhar telah menetapkan penggunaan pakaian seragam bagi karyawan pada setiap hari kerja kecuali hari Jum’at, dan juga melakukan penyempurnaan-penyempurnaan agar kualitas pelayanaan dapat lebih optimal. Sehingga dapat meningkatkan nilai tambah terhadap performance dan Brand Image perusahaan pada umumnya. Pinjaman karyawan dengan margin khusus dan juga pemberian insentif bagi karyawan yang mencapai target masih terus berjalan. Usaha komposisi jumlah kepegawaian terus kami idealkan sesuai dengan perkembangan usaha.