Wadi’ah Akad yang Digunakan dalam Penghimpunan Dana pada BMT

b Simpanan sukarela berjangka yaitu simpanan yang hanya bias ditarik pada waktu yang telah disepakati. 20 Pada umumnya akad yang mendasari berlakunya simpanan di BMT adalah akad wadi’ah dan mudharabah berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional No.02DSN-MUIVI2000 dan No.03DSN-MUIIV2000 tanggal 01 April 2000. 21

2. Akad yang Digunakan dalam Penghimpunan Dana pada BMT

a. Wadi’ah

1 Pengertian

Secara umum wadi’ah adalah titipan murni dari pihak penitip muwadd’i yang mempunyai barangaset kepada pihak penyimpan mustawda’ yang diberi amanahkepercayaan, baik individu maupun badan hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki. 22 Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekeninng giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah 23 , pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak yang dititipkan dengan alasan apapun juga, akan tetapi pihak yang dititipkan boleh mengenakan biaya administrasi kepada pihak yang 20 PINBUK, Peraturan Dasar, h. 15 21 Kerjasama Dewan Syariah Nasional MUI-Bank Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI, Ed. Revisi, Cet. III Cipayung Ciputat : CV Gaung Persada, 2006 hal. 8, 14 22 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2008, h. 42 23 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Teori dan Praktik, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, h. 85 menitipkan sebagai kontraprestasi atas penjagaan barang yang dititipkan. Pada wadi’ah yad dhamanah 24 pihak yang dititipkan bank bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Dan pihak bank boleh memberikan sedikit keuntungan yang didapat kepada nasabahnya dengan besaran berdasarkan kebijaksanaan pihak bank. 25 2 Landasan Hukum 1. Firman Allah Q:S. Annisa4: 58 ٌَاَك ََُّلا ٌَِإ ُِِب ِهُكُظِعَٓ اَنِعِى ََُّلا ٌَِإ ِلِدَعِلاِب اُْنُكِحَت ٌَِأ ِساَيلا ًََِٔب ِهُتِنَكَح اَذِإَّ اٍَََِِّأ ىَلِإ ِتاَىاَمَأِلا اَُّّؤُت ٌَِأ ِهُكُرُمِأَٓ ََُّلا ٌَِإ اّرِصَب اّعِٔنَس ءاسيلا : “Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum diantara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang Memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat”. 2. Hadist َلاَق ةَرَٓرٍُ ِٕبََأ ًَِع ُها ىَّص يَيلا َلَاق َهَّسَّ ََُِّٔع كَىاَخ ًَِم ًُِدَت َاَّ َكَيَنَتِئا ًَِم ىإ َةَىاَمَأا َِّأ ّّاّ ْبأ ِاّر “Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sampaikanlah tunaikanlah amanat kepada yang berhak menerimanya dan jangan 24 Ibid, h.87 25 M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah, Jakarta: Alfabeta, 2010, h. 36 membakas khianat kepada orang yang telah mengkhianatimu.” HR. Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadist ini hasan, sedang Imam Hakim mengkategorikan sahih.

b. Mudharabah