Tugas dan Tanggung Jawab Direksi Tugas dan Tanggung Jawab Komite-Komite

e. Dewan Komisaris wajib memastikan bahwa Direksi telah menindak lanjuti temuan audit dan atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern dan atau auditor ekstern. 27 f. Dewan Komisaris wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 7 tujuh hari kerja sejak ditemukannya pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan perbankan serta suatu kondisi yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank. 28 g. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Dewan komisaris wajib membentuk Komite Pemantau Resiko, Komite Remunerasi dan Nominasi serta Komite Audit. h. Anggota Dewan Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Direksi

a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian. b. Direksi wajib mengelola bank sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Bank dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Direksi wajib melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 27 Peraturan Bank Indonesia Nomor 1133PBI2009, pasal 9, h.9. 28 Peraturan Bank Indonesia Nomor 1133PBI2009, pasal 10, h.9. d. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern dan auditor ekstern. e. Direksi wajib memiliki fungsi paling kurang sebagai audit intern, Manajemen Resiko dan Komite Manajemen Resiko serta Kepatuhan. f. Direksi wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. g. Anggota Direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi Direksi. h. Setiap keputusan Direksi bersifat mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh anggota Direksi.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Komite-Komite

a. Komite Pemantau Risiko 1 Melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko. 2 Melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut. 3 Melakukan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko. b. Komite Remunerasi dan Nominasi. 1 Melakukan evaluasi terhadap kebijakan remunerasi 2 Melakukan evaluasi terhadap kesesuaian antara kebijakan tersebut dengan pelaksanaan kebijakan tersebut. 3 Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat Eksekutif dan pegawai secara keseluruhan. 4 Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai sistem serta prosedur pemilihan atau pergantian anggota Dewan Komisaris dan Direksi. 5 Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi. 6 Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris mengenai calon pihak independen yang akan menjadi anggota Komite. c. Komite Audit. 1 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh fungsi audit intern. 2 Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi, atas hasil temuan audit atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia dan Auditor Ekstern. 3 Komite Audit memberikan rekomendasi mengenai penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada Dewan Komisaris. Good Corporate Governance adalah suatu praktik pengelolaan perusahaan secara amanah dan bijaksana dengan mempertimbangkan keseimbangan pemenuhan kepentingan seluruh stakeholders. Dengan implementasi GCG, maka pengelolaan sumberdaya Perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif dengan selalu berorientasi pada tujuan Perusahaan. 29 Secara umum krisis moneter terjadi di akibatkan dari lemahnya kualitas corporate governance khususnya dalam pengelolaan perbankan. Rendahnya kualitas perbankan antara lain tercermin dari lemahnya kondisi internal sektor perbankan, terutama sebagai dampak dari pemberian kredit yang berlebihan, lemahnya menejemen bank, kurangnya transparansi, lemahnya sistem pembukuan, lemahnya pengendalian internal. Hal ini merupakan dampak terjadinya krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada tahun 1998 silam. Oleh karena itu, industri perbankan harus menerapkan standar penerapan GCG yang lebih ketat selain karena adanya aturan dari Bank Indonesia yang harus dipatuhi juga dengan penerapan GCG yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan yang untuk selanjutnya akan dapat meningkatkan nilai perusahaan. 29 http:www.informasi-training.comgood-corporate-governance-gcg-challenges-for-banking- industrie. 36

BAB III Gambaran Umum Bank BTN dan Bank Muamalat Indonesia

A. Bank Tabungan Negara

1. Sejarah bank BTN

1 1 http:www.btn.co.idTentang-KamiSejarah-Bank-BTN.aspx Pada tahun 1897 perseroan didirikan dengan nama “POSTSPAAR BANK” Pada tahun 1897 juga, Jepang membekukan kegiatan “POSTSPAAR BANK” dan menggantinya dengan nama “CHOKIN KYOKU” Pada tahun 1963 terjadi perubahan nama bank menjadi “Bank Tabungan Negara” BTN Pada tahun 1950 di ubah lagi namanya menjadi “BANK TABUNGAN POS” dengan UU Darurat No.9 tahun 1950 Pada tahun 1994 perseroan mendapat ijin sebagai bank devisa Pada tahun 1989 bank BTN beroperasi sebagai Bank Umum dan mulai menerbitkan obligasi pada tahun 1974 bank BTN ditugaskan memberikan pelayanan KPR sesuai surat menkeu No. 8- 49MK1974 Pada tahun 1992 Status hukum bank BTN berubah menjadi perusahaan perseroan persero Pada tahun 1968 bank BTN sebagai Bank Milik Negara UU No. 20 tahun 1968 Pada tahun 2002 bank BTN sebagai bank umum dengan fokus pinjaman tanpa subsidi untuk perumahan Pada tahun 2003 Restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh yang tertuang dalam persetujuan RJP tahun 2003-2007 Pada tahun 2008 bank BTN menjadi bank pertama di Indonesia yang melakukan pendaftaran transaksi kontrak investasi Kolektif Efektif Beragun Aset KIK EBA di Bapepam yang kemudian dilakukan dengan pencatatan perdana dan listing transaksi tersebut di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 Pada tahun 2000 bank BTN ikut dalam program Rekapitalisasi

Dokumen yang terkait

Good Corporate Governance ( GCG ) pada Perbankan Syariah di Indonesia berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

2 58 103

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) Bank Syariah dan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan: studi kasus Bank Muamalat Cabang Bogor

2 8 117

Konsep dan aplikasi akad hibah dan jual beli pada Ijarah Muntahiyah Bittamlik (IMBT) : studi komparatif PT. Bank Muamalat Syariah Indonesia dan Bank DKI Syraiah Wahid Hasyim

3 26 116

Konsep Good Corporate Governance (GCG) : (studi komparatif antara konsep GCG Bank Muamalat Indonesia dan Bank Tabungan Negara)

0 10 86

Urgensi Audit Internal dalam Mewujudkan Good Corporate Governance (GCG) Pada Bank Syariah : Studi penelitian pada PT. Bank DKI Syariah Jakarta

1 11 100

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)

1 9 0

View of Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG) di Bank BRI Syariah Pusat

0 1 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1 Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

1 3 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Good Corporate Governance (GCG) 2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance (GCG) - Pengeruh Peranan Audit Internal, Komite Audit dan Dewan Direksi Terhadapa Penerapan Good Corporate Governance Pada PT Tolan Tiga Indonesia

0 1 31

Penerapan Good Corporate Governance (GCG)

0 3 27