Ekonomi Kelurga LANDASAN TEORITIS

financial dalam membangun pemberdayaan masyarakat itu sendiri. PPMK ini dirancang untuk mempercepat upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat yang berbasis komunitas seperti Dewan Kelurahan, RW dan lembaga kemasyarakatan lainnya. 3. Program PPMK Sebagaimana telah disinggung diatas, Program PPMK terdiri atas tiga binaan pembangunan masyarakat Tribina, yaitu: Program ekonomi pinjman bergulir, program sosial pelatihan keterampilan masyarakat dan program pembangunan fisik wilayah. 23 4. Pengelolaan PPMK PPMK dikelola oleh organisasi pelaksana PPMK yang terdiri atas: Gubernur DKI Jakarta sebagai Pembina PPMK, Walikotamadya dan Bupati kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Kepala BPM kotamadya termasuk kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Camat, Lurah, LSM Pendamping, Fasilitator Kelurahan, Tim Pelaksana Kegiatan Rukun Warga TPK-RW, Unit Pengaduan Masyarakat DUMAS, dan lain-lain.

E. Ekonomi Kelurga

23 Petunjuk Teknis Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, Jakarta: Badan Pemberdayaan Masyarakat Kotamadya Jakarta Selatan, 2008, h. 1. 1. Pengertian Ekonomi Keluarga Untuk mendapat pemahamann yang baik dan mendasar tentang Ekonomi Keluarga maka penulis memisahkan dua kata tersebut untuk kemudian menguraikannya dengan terperinci. Secara Etimologi, ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikonomia. Kata Oikonomia itu sendiri terdiri atas dua kata, yakni oikos yang artinya rumah tangga dan nomos yang artinya aturan. Dengan demikian, ekonomi memiliki arti mengatur rumah tangga. Dalam bahasa Inggris ia disebut economic. 24 Pengertian secara terminologi dikatakan bahwa ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia secara perseorangan dan kelompok dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas. 25 Pengertian lain dikemukakan oleh Anshori. Dimana ia mengartikan ekonomi adalah kegiatan manusia dan kegiatan masyarakat untuk mempergunakan unsur-unsur produksi seperti kekayaan alam, modal, tenaga kerja dan skill dengan sebaik- baiknya guna memenuhi berbagai macam kebutuhan. 26 24 Murasa Sarkaniputra, Pengantar Ekonomi Islam, Bahan Pengajaran Ekonomi dan Perbankan Syariah di IAIN Syahid Jakarta, 1999, h. 5. 25 Ahmad Muhammad Al-Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999, cet. ke 1, h. 143. 26 Endang Syaifuddin Anshori, Wawasan Islam, Pokok-pokok Pokiran Tentang Islam dan Ummatnya, Bandung: CV Pustaka Perpustakaan Salman ITB, 1983, h. 145. Sedangkan para ahli ekonomi Islam mendefinisikan ekonomi sebagai sesuatu yang berkenaan dengan perilaku manusia yang berhubungan dengan kegiatan mendapatkan uang dan membelanjakannya 27 sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan. 28 Ekonomi menerangkan bagaimana individu dan masyarakat memilih untuk menggunakan sumber daya yang langka dan barang-barang material dengan sebaik-baiknya untuk memuaskan keinginan mereka. 29 Dari berbagai pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ekonomi adalah pengetahuan tentang upaya manusia baik secara individu maupun kelompok dalam rangka memenuhi kebutuhan dan membangun tingkat kesejahteraan kehidupan mereka melalui pembuatan berbagai aturan rumah tangga yang baik melalui pemaksimalan penggunaan berbagai sumber daya yang ada. Sedangkan pengertian keluarga adalah satuan terkecil dalam sebuah masyarakat yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Didalam satuan terkecil ini terdapat berbagai komitmen yang mengikat mereka untuk hidup bersama dan membangun kebahagiaan. 27 Fuad Muhammad Fachruddin, Ekonomi Islam, Jakarta: Penerbit Mutiara, 1982, h.75 28 M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, h. 23. 29 Maskur Wiratmo, Pengantar Ekonomi Makro, Seri Diktat Guna Darma, Jakarta: Guna Darma,1994, h. 1. Jika demikian, yang dimaksud Ekonomi keluarga adalah upaya sebuah keluarga satuan terkecil masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka sekaligus upaya dalam rangka membangun tingkat kesejahteraan kehidupan mereka melalui pembuatan berbagai aturan rumah tangga yang baik dengan memaksimalkan penggunaan berbagai sumber daya yang mereka miliki. 2. Kesejahteraan Keluarga Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan keluarga dengan berbagai tingkatannya menentukan sejahtera atau tidaknya sebuah keluarga. Sebuah keluarga dapat dikatakan sejahtera manakala kebutuhan pokok mereka terpenuhi. Diantara kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut adalah: 4. Kebutuhan Vital Biologis atau kebutuhan jasmani, seperti: makanan, pakaian, kesehatan, pendidikan dan seterusnya. 5. Kebutuhan rohani, seperti filsafat hidup, agama, moral dll 6. Kebutuhan social cultural, seperti: pergaulan, kebudayaan, dll Kebutuhan-kebutuhan ini saling terkait satu sama lain. Secara minimal kebutuhan ini mesti terpenuhi untuk dapat dikatakan sebagai keluarga yang sejahtera. Dalam pengertian lahiriyah, sebuah keluarga yang sejahtera biasanya diukur dari segi kecukupan pangan, sandang, papan, pendidikan, pemeliharaan kesehatan, terpenuhi kebutuhan hiburan dan rekreasi. Sedangkan dalam pengertian bathiniyah, keluarga sejahtera adalah sebuah keluarga yang dapat memberikan rasa bahagia, puas, aman dan syukur secara menyeluruh. Didalam keluarga yang sejahtera biasanya juga sudah terdapat aturan yang jelas dalam pembagian tugas antara kepala keluarga, ibu rumah tangga dan anak-anaknya. Dimana mereka juga saling mengerti akan tanggung jawab masing-masing dan saling mendukung demi menciptakan sebuah keharmonisan keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah. Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa keluarga sejahtera adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan lahir dan bathin mereka. Hal ini tergambar dengan sebuah aturan yang berlaku dalam keluarga tersebut sehingga menciptakan harmonisasi bagi kehidupan mereka.

F. Keterampilan Membuat Kue Kering