Pertanyaan Penelitian Hipotesa Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Mengelola Stres

oleh Green dkk 2000 dalam Kristina dkk, 2008, bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi agar suatu sikap menjadi perbuatan. Sumadi 2009 dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengetahuan dan upaya mengendalikan hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Semin I Yogyakarta menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan upaya mengendalikan hipertensi. Lansia yang kurang pengetahuannya mengenai hipertensi dan upaya yang kurang tepat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian adalah : 1.2.1 Bagaimana gambaran pengetahuan lansia tentang hipertensi di Kecamatan Medan Johor. 1.2.2 Bagaimana cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. 1.2.3 Adakah hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. Universitas Sumatera Utara

1.3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan lansia mengenai hipertensi terhadap cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1.4.1 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang hipertensi di Kecamatan Medan Johor. 1.4.2 Mengidentifikasi cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. 1.4.3 Menguji hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat untuk : 1.5.1 Pendidikan kesehatan Sebagai informasi bagi pendidikan kesehatan terutama bagi pendidikan keperawatan tentang pengetahuan dan pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor dan dapat dijadikan sebagai tambahan dalam pembuatan bahan mata ajar terutama bagian keperawatan medikal bedah dan keperawatan komunitas. Universitas Sumatera Utara 1.5.2 Praktek keperawatan Sebagai informasi bagi praktek keperawatan komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan dan penyuluhan kepada masyarakat terutama lansia dan untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahan terhadap hipertensi. 1.5.3 Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk kepentingan penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses Suhartono, 2005. Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behaviour. Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Notoatmodjo 2007 mendefinisikan pengetahuan tentang kesehatan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan meliputi: 1 Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular jenis penyakit, gejala-gejala penyakit, penyebab penyakit, cara penularan dan pencegahan penyakit, 2 Pengetahuan tentang faktor-faktor mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, sampah, perumahan sehat, polusi udara dan sebagainya, 3 Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional Universitas Sumatera Utara maupun tradisional, 4 Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo 2007 yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan : a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang bisa digunakan antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami comprehension Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang sudah paham suatu materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari. c. Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya real. Misalnya penggunaan rumus, hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara d. Analisis analysis Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Biasanya menggunakan kata kerja membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis syntesis Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataupun yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo 2007, pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1 Pendidikan Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, keluarga, dan masyarakat. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh. 2 Persepsi Persepsi yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 3 Motivasi Motivasi merupakan suatu dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Agar motivasi muncul diperlukan rangsangan dari dalam dan dari luar individu. 4 Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan diketahui, dikerjakan juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Universitas Sumatera Utara 5 Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

2.1.4 Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan ada beberapa, yaitu 1. Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap permanen tetapi subjektif. 2. Otoritas kesaksian orang lain, sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa Universitas Sumatera Utara dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri. 3. Pancaindera pengalaman, sumber ketiga pengetahuan ini merupakan pengalaman indrawi. Bagi manusia, pengalaman indrawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup. Kemampuan pancaindera ini sering diragukan kebenarannnya. 4. Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan. 5. Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Ketika dengan serta merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak dengan tanpa alasan yg jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka Suhartono, 2005. Universitas Sumatera Utara 2.2 Hipertensi 2.2.1 Defenisi Hipertensi Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal Levine Fodor, 2003. Menurut Hull 1996 tekanan darah dinyatakan dalam dua angka misalnya 12080 mmHg. Angka 120 disebut dengan tekanan darah atas sistolik dan angka 80 disebut dengan tekanan darah bawah diastolik. Tekanan sistolik menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Menurut World Health Organization WHO batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 12080 mmHg. Tekanan darah lebih dari 14090 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi isolated sytolic hypertension. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau sistoliknya 140 mmHg atau lebih Suheni, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.2.2 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme ACE. ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik ADH dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh antidiuresis, sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl garam dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah Suheni, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipertensi primer esensial dan hipertensi sekunder. 1. Hipertensi Primer Esensial Hipertensi primer esensial atau hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90 kasus hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal. 2. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain: 1 Penyakit parenkim ginjal, 2 Penyakit renovaskuler, 3 Hiperaldeseronisme primer, 4 Sindrom Crusig, 5 Obat kontrasepsi dan 6 Koartasio aorta.. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5 kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated Systolic Hypertension ISH adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis pengerasan dinding arteri Vita Health, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.2.4 Klasifikasi

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut WHOISH Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik mmHg Normotensi 140 90 Hipertensi Ringan 140-180 90-105 Hipertensi Perbatasan 140-160 90-95 Hipertensi Sedang dan Berat 180 105 Hipertensi Sistolik Terisolasi 140 90 Hipertensi Sistolik Perbatasan 140-160 90 Arif Mansjoer dkk, 2000 Tabel 2.2. Klasifikasi Pengukuran tekanan darah orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik mmHg Normal 120 dan 80 Prehipertensi 120-139 dan 80-89 Hipertensi Stadium I 140-159 dan 90-99 Hipertensi Stadium II 160 dan 100 Hipertensi Stadium III 180 dan 110 Arif Mansjoer dkk, 2000 Universitas Sumatera Utara

2.2.5 Gejala Hipertensi Menurut Puspita 2002 hipertensi tidak memberikan gejala atau simptom pada

tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur dan gangguan tidur.

2.2.6 Faktor Resiko

Para ahli membagi dua kelompok faktor resiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. 1. Faktor yang tidak dapat dikontrol a. Keturunan Sekitar 70-80 penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot satu telur apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi. b. Jenis Kelamin Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL. Kadar Universitas Sumatera Utara kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. c. Usia Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 14090 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun menopause. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur- angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, Universitas Sumatera Utara sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun. 2. Faktor yang dapat dikontrol a. Kegemukan obesitas Berat badan berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan beban berlebihan dari tubuh tersebut. Penelitian membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal. b. Konsumsi garam berlebihan Natrium bersama klorida dalam garam dapur sebenarnya membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium dalam jumlah berlebih dapat menahan air retensi, sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu natrium yang berlebihan akan menggumpal di dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga terkelupas. Kotoran tersebut akan menyumbat pembuluh darah. WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol sekitar 6 gram atau satu sendok teh perhari. Universitas Sumatera Utara c. Kurang olahraga Olahraga seperti bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang olahraga cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat. d. Merokok Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah. e. Konsumsi alkohol Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis katekholamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikkan tekanan darah Suheni, 2007.

2.2.7 Tindakan Pencegahan

a. Mengelola Stres

Stres adalah yang dirasakan saat tntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan untuk mengatasinya dengan efektif. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika sedang ketakutan, tegang, atau dikejar deadline maka tekanan darah akan meningkat. Tapi akan kembali turun bila kondisi tubuh rileks. Saat menghadapi kejadian yang menakutkan atau ketegangan, reaksi fisik tubuh terhadap stres mirip dengan ketika menghadapi ancaman fisik. Tubuh akan Universitas Sumatera Utara terpacu untuk menghadapi tantangan fight, melawan atau mengumpulkan cukup kekuatan untuk menjauh flight, lari. Reaksi melawan atau lari fight or flight response ini adalah hasil dari pelepasan hormon epinefrin adrenalin dan kortisol yang menyebabkan denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah meningkat. Cara untuk menghadapi stres adalah perubahan pola hidup, merencanakan semua aktivitas dengan baik dan sesuai jadwal, berpikir positif, tidur dan istirahat yang cukup, menyiapkan cadangan keuangan, berolahraga, makan makanan yang bergizi, membina hubungan sosial dengan baik, menyediakan waktu untuk hal-hal yang khusus, tertawa dan rekreasi. Penggunaan teknik relaksasi seperti napas dalam, meditasi dan relaksasi progresif juga dapat membantu menurunkan stres Mayo Clinic, 2005

b. Mengurangi Asupan Natrium

Dokumen yang terkait

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

13 96 93

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIIT HIPERTENSI DENGAN KEKAMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI Hubungan antara pengetahuan keluarga tentang diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di posyandu Setya Budi desa Reksosari kecamata

0 2 18

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 0 15

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 4 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 0 18

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 4

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 2

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 5

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 27

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 23