psikologis maupun sosial budaya dan merambah berbagai bidang kehidupan manusia mulai dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat Raharjo, 2008.
5.2.2 Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi
Dulu hipertensi pada usia lanjut pernah diabaikan karena dianggap bukan masalah. Individu sering menganggap sakit kepala, rasa berat di tengkuk, mudah lelah
atau pusing merupakan gangguan biasa. Padahal hal tersebut termasuk gejala-gejala hipertensi yang seringkali disebut sebagai “silent killer” karena termasuk penyakit
yang mematikan. Mencegah dan mengendalikan hipertensi dapat menurunkan resiko terjadinya stroke, gagal jantung, gagal ginjal selain itu juga dapat meningkatkan
kualitas hidup Mayo Clinic, 2005. Terdapat lima item pencegahan hipertensi yang tercantum dalam kuisioner.
Item pertama yaitu pencegahan melalui pengelolaan stres yaitu tidur dan istirahat yang cukup pada pernyataan pertama, berpikir positif pada pernyataan kedua dan
melakukan kegiatan dengan rileks santai pada pernyataan ketiga. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 48.9 responden tidur dan istirahat dengan cukup, 58.0
responden selalu berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat serta 62.5 responden melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks santai. Stres dapat meningkatkan
tekanan darah untuk sementara. Jika sedang ketakutan atau tegang maka tekanan darah akan meningkat. Bagi penderita hipertensi, menghilangkan stres saja tidak akan cukup
untuk menurunkan tekanan darah dengan sempurna. Namun, berkurangnya stres berpengaruh pada tekanan darah jadi lebih terkontrol dan sikap jadi lebih positif
sehingga kondisi rileks dan bahagia. Untuk meredakan stres dapat dilakukan teknik
Universitas Sumatera Utara
relaksasi, mengalihkan perhatian, mencuci muka, dan memanfaatkan energi gravitasi Vitahealth, 2006.
Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun namun hanya dapat dilakukan dengan mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan
meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif sampai melebihi kepatuhan. Dari hasil penelitian, didapatkan
bahwa mayoritas 40.9 responden adalah IRT atau tidak bekerja sehingga punya waktu luang untuk beristirahat dan bersantai. Meluangkan waktu istirahat itu perlu
dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari–hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan
dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dalam tubuh Puspita, 2009.
Pada item kedua yaitu olahraga atau latihan fisik ringan untuk mencegah hipertensi seperti jalan kaki, jalan cepat, bersepeda atau senam. Menurut penelitian
aktivitas fisik dalam porsi cukup dan teratur dapat memberi rangsangan pada sistem peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.
Jika seseorang beresiko mengidap hipertensi, penurunan sebesar itu cukup untuk mencegah agar kondisi hipertensi tidak berkembang. Jika sudah menderita hipertensi,
aktivitas fisik dapat membantu menurunkan tekanan darah. Untuk mencapai hasil yang optimal, aktivitas dapat dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama 30-60
menit setiap kali aktivitas Mayo Clinic, 2005. Namun, dari hasil penelitian diketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa hanya 20.5 responden pernah melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda atau senam setiap hari dan hanya 22.7 responden yang selalu berolahraga
minimal 30 menit setiap hari. Hal ini terjadi karena selain saat usia lanjut fungsi tubuh sudah banyak berkurang sehingga aktivitas pun terhambat ditambah lagi persepsi
keluarga terutama pada responden yang mayoritas bersuku Jawa 42.0 terhadap lansia yang menganggap lansia tidak boleh banyak bergerak dan sebaiknya hanya
duduk dan istirahat saja Istiany, 2006. Selain itu, tersedianya sarana transportasi membuat orang lebih memilih naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada
jarak yang tidak jauh. Akibatnya aktivitas fisik menurun yang berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi yang ditimbun Raharjo, 2008.
Pengaturan pola makan merupakan item ketiga dari upaya pencegahan hipertensi. Salah satu kunci untuk mencegah atau mengendalikan hipertensi adalah
pola makan yang sehat dan 80.7 responden menyatakan bahwa setiap harinya mereka makan makanan yang bergizi. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa
mayoritas 62.5 responden memiliki pendapatan 800 ribu rupiah sebulan. Hal ini terjadi karena cakupan makanan bergizi sudah mulai dipahami masyarakat bahwa
makanan bergizi itu tidak hanya terdapat dalam daging dan ikan tetapi juga terdapat pada sayur-sayuran, tahu, tempe dan buah-buahan. Selain itu, menurut Irza 2009
banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, diantaranya adalah perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama dan kepercayaan, serta tingkat
kemajuan teknologi, misalnya masyarakat bersuku Jawa lebih sering mengkonsumsi sayuran, buah-buahan dan biji-bijian serta makanan manis. Selanjutnya 59.1
responden membatasi penyedap rasa pada makanan dan 14.8 responden
Universitas Sumatera Utara
mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet namun hanya 29.5 responden membatasi jumlah garam yang dikonsumsinya, hal ini berkaitan dengan budaya masak
memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG Anggraini, 2009. Gizi seimbang, kaya serat dan buah segar, rendah lemak dan
garam, mengurangi makanan yang manis, minum air putih 6-8 gelas sehari, olahraga teratur, menyelesaikan masalah dengan bersikap lebih santai dan sabar adalah rumus
untuk hidup sehat Renny, 2007. Responden yang menghindari alkohol dan atau rokok sebanyak 77.3
responden, karena adanya persepsi negatif masyarakat terhadap alkohol dan ajaran agama yang melarang mengonsumsi alkohol sedangkan merokok selain dapat merusak
paru-paru juga di dalam tembakau terdapat nikotin yang dapat merusak dinding arteri sehingga lebih rentan terhadap penumpukan plak yang membuat kerja jantung lebih
keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah yang dapat meningkatkan tekanan darah Viosta, 2009. Sebagian orang menganggap merokok bisa meningkatkan
kewibawaan, dapat menghilangkan stres, menambah semangat kerja dan dapat mengelakkan kegemukan, meskipun penelitian membuktikan bahwa kebanyakan
orang berhenti merokok tidak menjadi gemuk kecuali orang tersebut mengalihkan perhatiannya dari rokok dengan makan berlebihan bukan dengan olahraga atau
kegiatan lainnya Ekawati, 2008. Mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi menurut penelitian satu cangkir
kopi mengandung 75-200 mg kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5- 10 mmHg dan 53.4 responden menghindari minum kopi, sedangkan 19.3
responden masih rutin mengonsumsi kopi. Hal ini dikarenakan kopi sudah akrab
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi semua lapisan masyarakat bahkan sudah menjadi gaya hidup masyarakat urban yang dinikmati di warung, kafe dan tempat-tempat bersosialisasi dimanapun
Viosta, 2009. Item keempat pada upaya pencegahan hipertensi usia lanjut adalah penurunan
berat badan. Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Obesitas berarti ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi yang
disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan sub kutan usus, jantung, paru-paru dan hati sehingga menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak in aktif dan ini akan
meningkatkan beban atau kerja jantung. Hasil penelitian didapatkan 37.5 responden mengurangi makanan yang berlemak tinggi karena kebiasaan mengonsumsi makanan
berlemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang beresiko terjadinya hipertensi dan ada 52.3 responden yang pada waktu senggang sering mengonsumsi
cemilan, bagi lansia dianjurkan untuk makan dengan porsi kecil tapi sering dan jadwal makan juga harus diatur agar tidak terjadi peningkatan berat badan, tapi cemilan
seperti biskuit atau krekers mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Pada individu yang gemuk jumlah darah yang beredar
cardiac out put dan reabsorbsi natrium di ginjal akan naik, sehingga tekanan darah juga akan naik. Banyak penelitian menunjukkan penurunan berat badan akan
mengakibatkan menurunnya tekanan darah pada penderita hipertensi. Program penurunan berat badan yang baik mengutamakan penurunan bertahap, perubahan gaya
hidup serta olah raga. Irza, 2005. Cara lain untuk mengetahui secara dini terjadinya hipertensi adalah dengan
berkonsultasi pada petugas kesehatan. Hasil penelitian didapatkan 52.3 responden
Universitas Sumatera Utara
memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan dan 53.4 responden bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab dan cara pencegahan atau pengobatan
hipertensi serta 53.4 responden langsung mengkonsultasikan dirinya jika merasa sakit kepala dan jantung berdebar-debar. Hal ini dikarenakan peningkatan usia yang
semakin rentan terhadap penyakit dan adanya media yang berperan dalam penyampaian informasi mengenai gejala-gejala hipertensi sehingga membuat
masyarakat lebih mawas akan bahaya peningkatan tekanan darah dan segera memeriksakan dirinya ke petugas kesehatan Mayo Clinic, 2005.
5.2.3 Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Hipertensi yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Johor