4.7 Pengumpulan Data
Setelah seminar proposal penelitian dan mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan, peneliti selanjutnya membawa surat permohonan penelitian
kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, setelah mendapat izin, kemudian mengantarkan surat izin ke Camat Medan Johor, peneliti melakukan
pengumpulan data 1 Februari sampai dengan 1 April 2010. Peneliti mendatangi kelurahan yang ada di kecamatan Medan Johor. Peneliti mendatangi responden yang
sesuai dengan kriteria peneliti dari rumah ke rumah, selanjutnya peneliti menerapkan pertimbangan etik kepada calon responden, jika setuju dan telah menandatangani
lembar persetujuan penelitian informed consent, peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur pengambilan data yaitu menggunakan kuisioner, selanjutnya peneliti
menjelaskan petunjuk pengisian dan memberikan kuisioner kepada responden yang diisi sendiri oleh responden atau membacakannya dan membantu menuliskan jika
responden menginginkan, responden diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami, responden mengisi kuisioner dalam waktu 20-30
menit. Demikian selanjutnya sampai semua data terkumpul dan dilakukan analisa data.
4.8 Analisa Data
Setelah semua data berupa kuisioner terkumpul maka dilakukan analisa data. Setiap data dan jawaban pertanyaan dalam kuisioner diberi kode untuk mempermudah
proses tabulasi dan analisa data. Peneliti memeriksa kelengkapan identitas dan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban sudah terisi. Data demografi
dianalisa untuk mengetahui karakteristik responden.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengidentifikasi pengetahuan mengenai hipertensi dan cara pencegahan hipertensi pada lansia dianalisa menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Untuk menguji hubungan pengetahuan mengenai hipertensi terhadap cara
pencegahan hipertensi pada lansia dianalisa secara statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Spearmen’s Rho, interpretasi hasil korelasi didasarkan pada nilai p,
kekuatan korelasi, serta arah korelasinya. Tabel 5 merupakan tabel panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi Dahlan, 2004.
No Parameter Nilai
Nilai 1
Kekuatan korelasi r 0.000-0.199
0.20-0.399 0.40-0.599
0.60-0.799 0.80-1.000
Sangat lemah Lemah
Sedang Kuat
Sangat kuat 2
Nilai p P 0.05
P 0.05 Terdapat korelasi yang
bermakna antara dua variabel yang diuji.
Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua
variabel yang diuji. 3
Arah korelasi + positif
– negatif
Searah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin
besar pula nilai variabel lainnya.
Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil
variabel lainnya
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 1 Februari sampai dengan 1 April 2010 di Kecamatan Medan Johor. Jumlah sampel yang didapat sebagai responden
yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 88 responden. Hasil dari penelitian mengenai hubungan pengetahuan terhadap perilaku
pencegahan hipertensi di Kecamatan Medan Johor adalah sebagai berikut:
5.1.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden berada antara 60-74 tahun 85.2, berjenis kelamin perempuan 70.5, pekerjaan
ibu rumah tangga tidak bekerja 40.9, pendapatan 800 ribu rupiah 62.5, pendidikan SD Sederajat 35.2, dan mayoritas responden berasal dari suku Jawa
42.0.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden di Kecamatan Medan Johor N=88.
Karakteristik Frekuensi
Usia 60-74 tahun
75 85.2
75-90 tahun 13
14.8 Jenis Kelamin
Laki-laki 26
29.5 Perempuan
62 70.5
Pekerjaan Pensiunan PNS
22 25.0
Pedagang 14
25.9 Petani
7 8.0
Pegawai Swasta 4
4.5 Buruh
5 5.7
Tidak Bekerja IRT 36
40.9 Pendapatan
800 ribu rupiah 55
62.5 800 ribu – 1 juta rupiah
19 21.6
1 juta rupiah 14
15.9 Pendidikan
SD Sederajat 31
35.2 SMP Sederajat
16 18.2
SMA Sederajat 18
20.5 Perguruan Tinggi
10 11.4
Tidak Sekolah 13
14.8 Suku Bangsa
Minang 3
3.4 Batak
22 25.0
Jawa 37
42.0 Melayu
9 10.2
Mandailing 8
9.1 Lain-lain
9 10.2
Universitas Sumatera Utara
5.1.2 Pengetahuan Responden tentang Hipertensi
Pengetahuan responden mengenai hipertensi dinilai berdasarkan kemampuan responden dalam menjawab benar kuisioner yang meliputi pertanyaan mengenai
pengertian, patofisiologi dan faktor resiko hipertensi. Pengetahuan responden mengenai hipertensi dikategorikan menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan baik.
Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 27 orang 30.7 dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak
61 orang 69.3. Tabel 5.7. Tingkat pengetahuan responden tentang hipertensi
Tingkat Pengetahuan Frekuensi
Persentase Pengetahuan kurang
27 30.7
Pengetahuan baik 61
69.3
Tabel 5.8. Deskripsi statistik pengetahuan responden tentang hipertensi N
Mean Std.Deviation
Pengetahuan 88
10.36 3.31
5.1.3 Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi
Upaya pencegahan terjadinya hipertensi pada penelitian ini dinilai dari tindakan yang dilakukan responden selama 1 bulan terakhir dalam upaya pencegahan
hipertensi. Upaya pencegahan terdiri dari 5 item yaitu mengelola stres, olahraga, pengaturan pola makan, penurunan berat badan dan konsultasi dengan petugas
kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengelolaan stres
Pengelolaan Stres Frekuensi
Persentase TP
K S TP K S
1. Tidur dan istirahat
15 30 43 17.0
34.1 48.9 dengan cukup.
2. Berpikir positif agar
1 36 51 1.1
40.9 58.0 pikiran dan tubuh
sehat. 3.
Melakukan pekerjaan 1
32 55 1.1
36.4 62.5 sehari-hari dengan
rileks santai.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 43 orang responden 48.9 tidur dan istirahat dengan cukup, 30 orang responden 34.1 kadang-kadang tidur dan istirahat
dengan cukup sedangkan 15 orang responden 17.0 tidak pernah tidur dan istirahat dengan cukup, 51 orang responden 58.0 selalu berpikir positif agar pikiran dan
tubuh sehat serta hanya 1 orang responden 1.1 yang tidak pernah berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat, 36 orang responden 40.9 yang kadang-kadang
berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat dan 55 orang responden 62.5 melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks santai, 32 orang responden 36.4
melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks santai dan hanya 1 orang responden 1.1 tidak pernah melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks santai.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan olahraga Olahraga
Frekuensi Persentase
TP K S
TP K S
1. Melakukan latihan 44
26 18
50.0 29.5 20.5
fisik seperti joging, bersepeda, atau
senam. 2.
Berolahraga minimal 47 21
20 53.4 23.9 22.7
30 menit.
Responden yang selalu melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda, atau senam setiap hari hanya 18 orang responden 20.5 dan 26 orang responden 29.5
kadang-kadang melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda atau senam sedangkan 44 orang responden 50.0 tidak pernah melakukan latihan fisik seperti
jogging, bersepeda atau senam setiap hari dan hanya 20 orang responden 22.7 yang selalu berolahraga minimal 30 menit setiap hari, 21 orang responden kadang-kadang
berolahraga minimal 30 menit sedangkan 47 orang responden 53.4 tidak pernah berolahraga selama 30 menit setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.11. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengaturan pola makan
Pengaturan Pola Makan Frekuensi
Persentase TP K S
TP K S 1.
Makan makanan bergizi 0 17 71 0 19.3 80.7
seperti sayur, ikan atau tahu tempe dan atau
buah-buahan. 2.
Membatasi jumlah garam 23 39 26 26.1 44.3 29.5
yang dimakan. 3.
Membatasi penyedap rasa 14 22 52 15.9 25.0 59.1
pada makanan. 4.
Mengonsumsi makanan 38 37 13 43.2 42.0 14.8
yang mengandung pengawet seperti sarden atau saus.
5. Menghindari alkohol dan 10 10 68
11.4 11.4 77.3 atau rokok.
6. Menghindari minum kopi. 17 24 47
19.3 27.7 53.4
Sebanyak 71 orang responden 80.7 setiap hari selalu makan makanan yang bergizi seperti sayur, ikan atau tempe tahu dan buah-buahan, 17 orang responden
19.3 kadang-kadang makan makanan yang bergizi seperti sayur, ikan atau tahu tempe dan tidak ada responden yang tidak pernah makan makanan bergizi setiap
harinya. Sebanyak 26 orang responden 29.5 selalu membatasi jumlah garam yang dimakan, 39 orang responden 44.3 kadang-kadang membatasi jumlah garam yang
Universitas Sumatera Utara
dimakan sedangkan 23 orang responden 26.1 menyatakan bahwa tidak pernah membatasi jumlah garam yang dimakan. Sebanyak 52 orang responden 59.1
membatasi penyedap rasa pada makanannya, 22 orang resonden 25.0 kadang- kadang membatasi penyedap rasa pada makanannya sedangkan 14 orang responden
15.9 tidak pernah membatasi penyedap rasa pada makanannya. Responden yang selalu mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti sarden dan saus ada
13 orang responden 14.8, 37 orang responden 42.0 mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti sarde dan saus sedangkan 38 orang responden
43.2 menyatakan tidak pernah mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti sarden dan saus. Sebanyak 68 orang responden 77.3 selalu
menghindari alkohol dan atau rokok, 10 orang responden 11.4 kadang-kadang menghindari alkohol dan atau rokok sedangkan 10 orang responden 11.4 tidak
pernah menghindari alkohol dan atau rokok, responden yang selalu menghindari minum kopi ada 47 orang responden 53.9, 24 orang responden 27.7 kadang-
kadang menghindari kopi dan 17 orang responden 19.3 tidak pernah menghindari minum kopi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.12. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan penurunan berat badan
Penurunan Berat Badan Frekuensi
Persentase TP
K S TP K S 1.
Makan cemilan pada 19
23 46 21.6
26.1 52.3 waktu senggang.
2. Mengurangi makanan
9 46 33
10.2 52.3 37.5
yang berlemak tinggi.
Sebanyak 46 orang responden 52.3 pada waktu senggangnya selalu makan cemilan seperti biskuit atau krekers, 23 orang responden 26.1 kadang-kadang
makan cemilan seperti biskuit atau krekers di waktu senggang sedangkan 19 orang responden 21.6 tidak pernah makan cemilan seperti biskuit atau krekers pada
waktu senggangnya. Responden yang selalu mengurangi makanan yang berlemak tinggi ada 33 orang responden 37.5, 46 orang responden 52.3 kadang-kadang
mengurangi makan makanan yang mengandung lemak tinggi dan 9 orang responden 10.2 tidak pernah mengurangi makanan yang berlemak tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.13. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan konsultasi dengan petugas kesehatan
Konsultasi dengan Petugas Kesehatan Frekuensi
Persentase TP
K S TP K S
1. Memeriksakan tekanan darah 6 36 46 6.8 40.9 52.3
ke petugas kesehatan. 2.
Bertanya kepada petugas 18 23 47 20.5 26.1 53.4
kesehatan tentang penyebab, faktor resiko, dan cara
pencegahan dan atau pengobatan tekanan darah
tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah.
3. Mengkonsultasikan diri bila 11 30
47 12.5 34.1 53.4 merasa sakit kepala dan atau
jantung berdebar-debar.
Pada item terakhir 46 orang responden 52.3 yang selalu memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan, 36 orang responden 40.9 kadang-kadang
memeriksakan tekaanan darah ke petugas kesehatan sedangkan sebanyak 6 orang responden 6.8 tidak pernah memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan, ada
47 orang responden 53.4 yang bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab, faktor resiko, dan cara pencegahan dan atau pengobatan tekanan darah
tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah, sebanyak 23 orang responden 26.1 kadang-kadang bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab, faktor resiko
Universitas Sumatera Utara
dan cara pencegahan tekanan darah tinggi sedangkan 18 orang responden 20.5 tidak pernah bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab, faktor resiko, dan
cara pencegahan dan atau pengobatan tekanan darah tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah. Demikian pula dengan responden yang mengkonsultasikan diri ke
petugas kesehatan bila merasa sakit kepala dan atau jantung berdebar-debar sekitar 47 orang responden 53.4, 30 orang responden 34.1 kadang-kadang
mengkonsultasikan diri ke petugas kesehatan bila merasa sakit kepala dan atau jantung berdebar-debar sedangkan 11 orang responden 12.5 tidak pernah
mengkonsultasikan diri ke petugas kesehatan bila merasa sakit kepala dan atau jantung berdebar-debar.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 22 orang responden 20.5 upaya pencegahannya kurang dan 66 orang responden 79.5 upaya pencegahannya baik.
Tabel 5.14. Upaya responden dalam pencegahan hipertensi Upaya Pencegahan
Frekuensi Persentase
Kurang 22
25 Baik
66 75
Tabel 5.15. Deskripsi statistik pencegahan hipertensi responden N
Mean Std.Deviation
Pencegahan 88
36.55 5.00
Universitas Sumatera Utara
5.1.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pencegahan Hipertensi
Hasil uji statistik korelasi Spearmen dengan komputerisasi didapatkan ρ rho = +0.367. Angka tersebut menunjukkan korelasi antara pengetahuan dengan perilaku
pencegahan lemah, sedangkan tanda “+” menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik perilakunya, begitu pula sebaliknya.
Tingkat signifikansi P dari hasil korelasi Spearmen diperoleh P sebesar 0.000 dimana nilai ini lebih kecil dari level of significance
α yaitu 0.05 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap pencegahan hipertensi.
Tabel 5.16. Hubungan pengetahuan terhadap pencegahan hipertensi di Kecamatan Medan Johor berdasarkan uji Spearmen’s Rho
Spearmen’s Rho Tindakan Pencegahan
Tingkat Pengetahuan -
Correlation Coefficient 0.367
- Sig. 2-tailed
0.000
5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Responden tentang Hipertensi
Secara biologis penuaan menjadikan manusia rentan terhadap berbagai penyakit, demikian pula dengan lansia yang kesehatannya rentan karena menurunnya
fungsi berbagai alat tubuh dan pada umumnya penyakit pada lansia mempunyai karakteristik seperti komplikasi, saling terkait dan kronis, degeneratif, dan sering
menimbulkan kecacatan dan kematian Istiany, 2006. Salah satunya adalah hipertensi.
Universitas Sumatera Utara
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Menurut WHO 1995 penyakit kardiovaskular merupakan sebab kematian terbesar
pada populasi usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia dengan jumlah kematian lebih banyak di negara sedang berkembang. Di Indonesia kasus hipertensi menduduki
peringkat kedua penyakit terbanyak setelah penyakit sendi Depkes, 2008. Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
pancaindra. Semakin berkembang fisik dan psikis seseorang, maka semakin banyak pula yang diketahui dan ingin diketahuinya, sebab selain mengetahui segala sesuatu
yang dialami di lingkungan keluarganya dia juga akan memperoleh pengetahuan dari lingkungan yang lebih luas serta ingin mengetahui apa yang belum dan tidak
diketahuinya. Pada akhirnya dia akan tahu apa yang boleh dan harus dilakukan serta baik dan buruk bila dilakukan Efendy, 2006.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terutama lansia mengenai hipertensi di Kecamatan Medan
Johor baik 69.3. Menurut Notoadmodjo 2007 pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Dari hasil penelitian, pengetahuan
responden mayoritas dipengaruhi oleh faktor sumber informasi karena mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SD sederajat 35.2. Beberapa responden
mendapatkan informasi mengenai hipertensi selain melalui penyuluhan, informasi dari teman dan media elektronik. Seperti yang kita ketahui, iklan terutama iklan di media
televisi, merupakan media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi konsep pemikiran masyarakat dan memberikan pengaruh yang sangat beragam, baik pengaruh ekonomi,
Universitas Sumatera Utara
psikologis maupun sosial budaya dan merambah berbagai bidang kehidupan manusia mulai dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat Raharjo, 2008.
5.2.2 Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi
Dulu hipertensi pada usia lanjut pernah diabaikan karena dianggap bukan masalah. Individu sering menganggap sakit kepala, rasa berat di tengkuk, mudah lelah
atau pusing merupakan gangguan biasa. Padahal hal tersebut termasuk gejala-gejala hipertensi yang seringkali disebut sebagai “silent killer” karena termasuk penyakit
yang mematikan. Mencegah dan mengendalikan hipertensi dapat menurunkan resiko terjadinya stroke, gagal jantung, gagal ginjal selain itu juga dapat meningkatkan
kualitas hidup Mayo Clinic, 2005. Terdapat lima item pencegahan hipertensi yang tercantum dalam kuisioner.
Item pertama yaitu pencegahan melalui pengelolaan stres yaitu tidur dan istirahat yang cukup pada pernyataan pertama, berpikir positif pada pernyataan kedua dan
melakukan kegiatan dengan rileks santai pada pernyataan ketiga. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 48.9 responden tidur dan istirahat dengan cukup, 58.0
responden selalu berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat serta 62.5 responden melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks santai. Stres dapat meningkatkan
tekanan darah untuk sementara. Jika sedang ketakutan atau tegang maka tekanan darah akan meningkat. Bagi penderita hipertensi, menghilangkan stres saja tidak akan cukup
untuk menurunkan tekanan darah dengan sempurna. Namun, berkurangnya stres berpengaruh pada tekanan darah jadi lebih terkontrol dan sikap jadi lebih positif
sehingga kondisi rileks dan bahagia. Untuk meredakan stres dapat dilakukan teknik
Universitas Sumatera Utara
relaksasi, mengalihkan perhatian, mencuci muka, dan memanfaatkan energi gravitasi Vitahealth, 2006.
Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun namun hanya dapat dilakukan dengan mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan
gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan
meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif sampai melebihi kepatuhan. Dari hasil penelitian, didapatkan
bahwa mayoritas 40.9 responden adalah IRT atau tidak bekerja sehingga punya waktu luang untuk beristirahat dan bersantai. Meluangkan waktu istirahat itu perlu
dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari–hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan
dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dalam tubuh Puspita, 2009.
Pada item kedua yaitu olahraga atau latihan fisik ringan untuk mencegah hipertensi seperti jalan kaki, jalan cepat, bersepeda atau senam. Menurut penelitian
aktivitas fisik dalam porsi cukup dan teratur dapat memberi rangsangan pada sistem peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.
Jika seseorang beresiko mengidap hipertensi, penurunan sebesar itu cukup untuk mencegah agar kondisi hipertensi tidak berkembang. Jika sudah menderita hipertensi,
aktivitas fisik dapat membantu menurunkan tekanan darah. Untuk mencapai hasil yang optimal, aktivitas dapat dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama 30-60
menit setiap kali aktivitas Mayo Clinic, 2005. Namun, dari hasil penelitian diketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa hanya 20.5 responden pernah melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda atau senam setiap hari dan hanya 22.7 responden yang selalu berolahraga
minimal 30 menit setiap hari. Hal ini terjadi karena selain saat usia lanjut fungsi tubuh sudah banyak berkurang sehingga aktivitas pun terhambat ditambah lagi persepsi
keluarga terutama pada responden yang mayoritas bersuku Jawa 42.0 terhadap lansia yang menganggap lansia tidak boleh banyak bergerak dan sebaiknya hanya
duduk dan istirahat saja Istiany, 2006. Selain itu, tersedianya sarana transportasi membuat orang lebih memilih naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada
jarak yang tidak jauh. Akibatnya aktivitas fisik menurun yang berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi yang ditimbun Raharjo, 2008.
Pengaturan pola makan merupakan item ketiga dari upaya pencegahan hipertensi. Salah satu kunci untuk mencegah atau mengendalikan hipertensi adalah
pola makan yang sehat dan 80.7 responden menyatakan bahwa setiap harinya mereka makan makanan yang bergizi. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa
mayoritas 62.5 responden memiliki pendapatan 800 ribu rupiah sebulan. Hal ini terjadi karena cakupan makanan bergizi sudah mulai dipahami masyarakat bahwa
makanan bergizi itu tidak hanya terdapat dalam daging dan ikan tetapi juga terdapat pada sayur-sayuran, tahu, tempe dan buah-buahan. Selain itu, menurut Irza 2009
banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, diantaranya adalah perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama dan kepercayaan, serta tingkat
kemajuan teknologi, misalnya masyarakat bersuku Jawa lebih sering mengkonsumsi sayuran, buah-buahan dan biji-bijian serta makanan manis. Selanjutnya 59.1
responden membatasi penyedap rasa pada makanan dan 14.8 responden
Universitas Sumatera Utara
mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet namun hanya 29.5 responden membatasi jumlah garam yang dikonsumsinya, hal ini berkaitan dengan budaya masak
memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG Anggraini, 2009. Gizi seimbang, kaya serat dan buah segar, rendah lemak dan
garam, mengurangi makanan yang manis, minum air putih 6-8 gelas sehari, olahraga teratur, menyelesaikan masalah dengan bersikap lebih santai dan sabar adalah rumus
untuk hidup sehat Renny, 2007. Responden yang menghindari alkohol dan atau rokok sebanyak 77.3
responden, karena adanya persepsi negatif masyarakat terhadap alkohol dan ajaran agama yang melarang mengonsumsi alkohol sedangkan merokok selain dapat merusak
paru-paru juga di dalam tembakau terdapat nikotin yang dapat merusak dinding arteri sehingga lebih rentan terhadap penumpukan plak yang membuat kerja jantung lebih
keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah yang dapat meningkatkan tekanan darah Viosta, 2009. Sebagian orang menganggap merokok bisa meningkatkan
kewibawaan, dapat menghilangkan stres, menambah semangat kerja dan dapat mengelakkan kegemukan, meskipun penelitian membuktikan bahwa kebanyakan
orang berhenti merokok tidak menjadi gemuk kecuali orang tersebut mengalihkan perhatiannya dari rokok dengan makan berlebihan bukan dengan olahraga atau
kegiatan lainnya Ekawati, 2008. Mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi menurut penelitian satu cangkir
kopi mengandung 75-200 mg kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5- 10 mmHg dan 53.4 responden menghindari minum kopi, sedangkan 19.3
responden masih rutin mengonsumsi kopi. Hal ini dikarenakan kopi sudah akrab
Universitas Sumatera Utara
dikonsumsi semua lapisan masyarakat bahkan sudah menjadi gaya hidup masyarakat urban yang dinikmati di warung, kafe dan tempat-tempat bersosialisasi dimanapun
Viosta, 2009. Item keempat pada upaya pencegahan hipertensi usia lanjut adalah penurunan
berat badan. Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Obesitas berarti ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi yang
disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan sub kutan usus, jantung, paru-paru dan hati sehingga menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak in aktif dan ini akan
meningkatkan beban atau kerja jantung. Hasil penelitian didapatkan 37.5 responden mengurangi makanan yang berlemak tinggi karena kebiasaan mengonsumsi makanan
berlemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang beresiko terjadinya hipertensi dan ada 52.3 responden yang pada waktu senggang sering mengonsumsi
cemilan, bagi lansia dianjurkan untuk makan dengan porsi kecil tapi sering dan jadwal makan juga harus diatur agar tidak terjadi peningkatan berat badan, tapi cemilan
seperti biskuit atau krekers mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Pada individu yang gemuk jumlah darah yang beredar
cardiac out put dan reabsorbsi natrium di ginjal akan naik, sehingga tekanan darah juga akan naik. Banyak penelitian menunjukkan penurunan berat badan akan
mengakibatkan menurunnya tekanan darah pada penderita hipertensi. Program penurunan berat badan yang baik mengutamakan penurunan bertahap, perubahan gaya
hidup serta olah raga. Irza, 2005. Cara lain untuk mengetahui secara dini terjadinya hipertensi adalah dengan
berkonsultasi pada petugas kesehatan. Hasil penelitian didapatkan 52.3 responden
Universitas Sumatera Utara
memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan dan 53.4 responden bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab dan cara pencegahan atau pengobatan
hipertensi serta 53.4 responden langsung mengkonsultasikan dirinya jika merasa sakit kepala dan jantung berdebar-debar. Hal ini dikarenakan peningkatan usia yang
semakin rentan terhadap penyakit dan adanya media yang berperan dalam penyampaian informasi mengenai gejala-gejala hipertensi sehingga membuat
masyarakat lebih mawas akan bahaya peningkatan tekanan darah dan segera memeriksakan dirinya ke petugas kesehatan Mayo Clinic, 2005.
5.2.3 Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Hipertensi yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Johor
Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 88 orang lansia yang berada di Kecamatan Medan Johor didapatkan nilai korelasi ρ 0.367 yang artinya korelasi
lemah, dengan nilai signifikansi p 0.000 yang artinya hipotesis alternatif diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai hipertensi
terhadap pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumadi 2009, yang menyatakan bahwa semakin baik
pengetahuan lansia mengenai hipertensi maka semakin baik pula upaya lansia untuk mengendalikan hipertensi yang dideritanya.
Menurut Soejoeti 2005 dalam Kristina, 2008 ada 3 faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan pemahaman, sikap, dan perilaku seseorang, sehingga seseorang
mau mengadopsi perilaku baru yaitu kesiapan psikologis yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan kepercayaan, adanya tekanan positif dari kelompok atau individu dan
adanya dukungan lingkungan. Dalam penelitian ini pengetahuan dan upaya
Universitas Sumatera Utara
pencegahan yang dilakukan lansia mengenai hipertensi sudah baik, hal ini dikarenakan adanya dukungan dari pihak keluarga dan lingkungan. Selain itu menurut Purwanto
1998 sikap seseorang termasuk sikap mengenai kesehatan dapat berubah dengan pemberian informasi yang tepat. Pendapat lain yang hampir sama dikemukakan
Notoadmodjo 2007 bahwa salah satu hal yang mempengaruhi perilaku atau tindakan seseorang tersebut adalah pengetahuan. Dimana peningkatan pengetahuan tersebut
mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan perilaku. Dijelaskan juga oleh Green 2002 dalam Kristina, 2008 bahwa untuk
mewujudkan sikap menjadi perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan seperti faktor predisposisi pengetahuan, sikap,
keyakinan, persepsi, faktor pendukung akses pelayanan kesehatan, keterampilan, dan adanya referensi, dan faktor pendorong dalam bentuk dukungan keluarga, tetangga,
dan tokoh masyarakat. Setiap individu sejak lahir berada dalam suatu kelompok keluarga dan masyarakat. Kelompok ini akan membuka kemungkinan untuk
dipengaruhi dan mempengaruhi anggota kelompok lain. Pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan dan norma-norma sosial tertentu. Maka perilaku
setiap individu anggota kelompok berlangsung di dalam suatu jaringan normatif. Demikian pula individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan. Berdasarkan
psikologis pendidikan juga menyatakan bahwa terbentuknya perilaku baru dan berkembangnya kemampuan seseorang terjadi melalui tahapan tertentu, yang dimulai
dari pembentukan pengetahuan, sikap, sampai dimilikinya keterampilan baru atau pola perilaku baru. Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya pencegahan yang dilakukan
lansia tidak hanya ditujukan untuk mencegah terjadinya hipertensi tetapi juga untuk
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan tubuh yang sehat di masa tua agar dapat menjalankan kebiasaan aktivitasnya sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hipertensi tidak berbeda dengan penyakit degeneratif lain yang sering dialami seseorang sehubungan dengan bertambahnya usia. Hipertensi yang dianggap sebagai
silent killer memang baru dirasakan akibatnya saat seseorang mengalami komplikasi dari meningkatnya tekanan darah dengan gejala-gejala yang dianggap sepele seperti
sakit kepala atau nyeri tengkuk. Karena hal tersebutlah maka tindakan untuk mencegah terjadinya atau mengendalikan tekanan darah sangat diperlukan karena
selain menurunkan produktivitas lansia juga membutuhkan biaya yang banyak dalam
perawatan komplikasinya bila terjadi.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari 88 responden yang diteliti, yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 61 orang 69.3 dan yang berpengetahuan
kurang sebanyak 27 orang 30.7. Perilaku pencegahan yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 66 orang 75
memiliki perilaku yang baik dalam mencegah hipertensi sedangkan 22 orang 25
memiliki perilaku yang kurang.
Berdasarkan hasil pengkorelasian menggunakan perhitungan korelasi Spearman didapatkan nilai korelasi ρ sebesar 0.367 yang artinya korelasi lemah.
Nilai signifikansi 0.000 yang menunjukkan bahwa hipotesis alternatif diterima.
Universitas Sumatera Utara
6.2 Saran