Implementasi Kebijakan Permenakertrans No.1 1980 Tentang K3

73 4. Alat Pelindung Diri Pelanggaran yang terjadi berkaitan dengan bekerja di ketinggian. Pekerja yang bekerja di ketinggian di pinggir gedung sudah dilengkapi dengan full body harness namun pekerja enggan memakai ketika bekerja dengan alasan tidak praktis dan lebih memilih safety belt. Selain itu masih ada saja pekerja yang tidak memakai APD seperti helm dan sepatu padahal sudah tersedia. Berikut pernyataan dari informan pekerja lapangan mengenai alasannya tidak mau menggunakan full body harness dan tidak memakai APD lainnya seperti helm dan sepatu. Mereka menjawab bahwa hal itu bukan karena tidak adanya fasilitas tapi karena pekerjanya itu sendiri. “ Hilang mungkin atau emang pekerjanya yang malas.” house keeping “ Rasanya risih kalau dipake terus seharian.” tower crane “ Males pake body harness, ribet. Pake safety belt aja udah cukup.” cor “ Ribet, kan ada safety belt.” besi

5.3 Analisis Model GC Edward

5.3.1 Komunikasi

5.3.1.1 Transmisi

Transmisi merupakan media yang dipakai dalam mengkomunikasikan K3 kepada semua pekerja terutama yang terkait dengan isi dari 74 Permenakertrans No.1 1980 tentang K3 konstruksi bangunan. Penyaluran komunikasi yg baik akan menghasilkan implementasi yg baik pula. Hasil dari observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa kontraktor memberikan media penyuluhan kepada pekerja dan memfasilitasi pertemuan antara pihak kontraktor dengan pihak pekerja untuk membicarakan hal - hal terkait dengan K3 di lokasi proyek. Ada 3 macam pertemuan yang dilakukan yaitu : 1. SHE Induction Ditujukan kepada pekerja atau tamu yang baru pertama kali datang ke lokasi proyek. Bisa dilakukan kapanpun. Pekerja maupun tamu diberikan arahan singkat mengenai peraturan K3 yang harus ditaati kemudian diberikan surat pernyataan yang harus ditandatangani yang menyatakan bahwa mereka mengerti peraturan K3 tersebut. 2. SHE Meeting Ditujukan kepada mandor atau perwakilan dari subkontraktor. Dilakukan seminggu sekali dengan durasi 30 menit sampai 1 jam di ruang meeting kantor proyek. Pada SHE meeting hasil dari evaluasi inspeksi yang diakukan staf SHE diberitahukan kepada setiap mandor dan memberikan instruksi kepada mandor agar melakukan saran - saran yang diberikan staf SHE. Mandor diharap juga memberi masukan dan kritik kepada pihak 75 kontraktor mengenai pelaksanaan program K3 agar ke depannya bisa jauh lebih baik. 3. SHE Talk Ditujukan kepada semua pekerja. Dilakukan setiap seminggu sekali dengan durasi 15 - 20 menit di gedung proyek tempat mereka bekerja. Pada saat SHE talk semua pekerja dikumpulkan di satu tempat lalu diberikan informasi singkat dari staf SHE mengenai K3 melalui pengeras suara. Tema yang diberikan berganti - ganti. Misalkan minggu lalu tentang kelengkapan APD lalu minggu ini tentang kerapihan dan kebersihan. Hasil observasi lainnya yang dilakukan peneliti adalah banyaknya media rambu - rambu di lokasi proyek. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan pekerja agar bekerja lebih hati - hati. Hasil wawancara terhadap informan HSE proyek juga mendukung pernyataaan di atas. Selain itu ia juga menambahkan bahwa pekerja juga diberikan pelatihan K3 konstruksi yang sama diberikan ke semua pekerja. “ Untuk pekerja kami memberikan SHE meeting setiap seminggu sekali yang wajib dihadiri oleh mandor. Selain itu ada SHE talk setiap jumat pagi yang harus dihadiri semua pekerja. SHE induction untuk orang atau pekerja yang baru masuk ke proyek. Pekerja juga dikasih pelatihan gimana kerja di 76 ketinggian, menggunakan APAR, evakuasi, sama pertolongan pertama. Rambu - rambu peringatan juga sudah dipasang di berbagai tempat.” Semua informan pekerja lapangan ketika ditanya mengenai media komunikasi K3 di proyek ini juga menjawab hal yang serupa dengan informan HSE proyek. “ SHE talk tiap jumat, induction waktu pertama datang, buat mandor ada SHE meeting. ” “ Pelatihan diajarin pake safety belt sama cara make APAR, ada evakuasi sama pertolongan pertama juga. Rambu peringatan juga banyak dipasang. ” Namun ketika disinggung mengenai isi dari Permenakertrans No.1 1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan yang secara spesifik menjelaskan mengenai bagian - bagian apa saja yang harus diperhatikan dan itu berbeda - beda menurut jenis pekerjaannya, informan HSE proyek hanya menjelaskan bahwa edukasi K3 yang diberikan kepada pekerja hanya secara umum saja. “ Untuk setiap jenis pekerjaan tidak ada yang dikhususkan mengenai gimana komunikasinya. Kami menerima mereka bekerja disini karena berdasarkan kemampuan bekerja mandor - mandor mereka di proyek - proyek sebelumnya sehingga kami anggap pekerja sudah kompeten di pekerjaannya masing - masing, makanya edukasi K3 yang diberikan umum untuk semua pekerja.” 77 Tabel 5.3 Pelatihan K3 Umum No K3 Umum Kepada Semua Pekerja 1 Sarana keluar masuk dengan aman 2 Kebersihan dan kerapihan 3 Alat kerja dan bahan material tidak dilempar dan dijatuhkan 4 Orang yang boleh masuk ke tempat kerja 5 Arti rambu peringatan 6 Menggunakan APD helm, sepatu, safety belt, sarung tangan 7 Menggunakan APAR 8 Memberikan pertolongan pertama first aid 9 Evakuasi tanggap darurat Sedangkan pelatihan yang khusus diberikan kepada pekerja sesuai dengan jenis pekerjaannya tidak dilakukan oleh kontraktor. Namun untuk pekerja yang berasal dari subkontraktor seperti operator tower crane dan operator alimak, mereka mendapatkan edukasi K3 dari subkontraktornya mengenai pemasangan alat pengaman pada mesin yang digunakannya. “ Dapatnya tentang alat pengaman dan beban jadi kalau kelebihan beban ada bunyinya.” alimak “ Dari mandor dikasih tahu alat pengaman dan beban maksimal jadi supaya tahu kalau kelebihan beban.” tower crane