Disposisi Analisis Model GC Edward

88 Informan pekerja lapangan juga membenarkan pernyataan informan HSE pusat bahwa saat SHE talk terkadang ada hadiah yang diberikan kepada pekerja yang dianggap telah melaksanakan peraturan K3 dengan baik dan mereka senang dengan hadiah yang diberikan. “ Hadiah ada, biasanya dikasih pas SHE talk. Tapi gak tentu juga ngasihnya. Bisa dikasih duit atau kue.” house keeping “ Baguslah bisa memotivasi.” tower crane “ Bagus sih. Seneng juga kalau dikasih kayak gitu.” kayu Sedangkan untuk sanksi bagi pekerja berupa diberikan surat peringatan sampai 2x dan bila masih diteruskan pekerja tersebut bisa dikeluarkan. Berikut penjelasan dari informan HSE pusat. “ Kalau di proyek pekerja yang tidak taat K3 misalnya gak pake APD kami beri SP sampai 2X kalau masih diterusin bisa dikeluarkan. Dulu sih pengalaman di proyek lain pernah ada yang kami keluarkan karena bertengkar dengan pekerja yang lain. Pekerja yang dikeluarin itu juga tidak mau mematuhi peraturan K3 di proyek.” Namun keterangan berbeda disampaikan oleh informan pekerja house keeping bahwa hukuman untuk pekerja yang melanggar peraturan K3 tidak setegas dengan aturan yang sudah ditetapkan. “ Disini biasanya ditegur doang ama orang HSE. Tapi disini mending kok. Waktu di tempat kerja saya sebelumnya kalo gak pake helm aja bisa didenda gak dikasih honor kerja pas hari itu. ” 89 Ketika peneliti melakukan observasi mengenai pemberian insentif kepada pekerja pada saat SHE talk tidak terlihat adanya pemberian hadiah seperti yang telah disebutkan. Selain itu pekerja yang melanggar peraturan K3 hanya ditegur saja tanpa adanya surat peringatan.

5.3.3 Sumber Daya

5.3.3.1 Staf

Staf atau pegawai sumber daya utama dalam pelaksanaan kebijakan di Perusahaan. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf atau pegawai yang tidak cukup mencukupi ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. Sistem rekrutmen pekerja di proyek ternyata hanya berdasarkan rasa percaya kepada mandor yang dianggap kontraktor telah bekerja dengan baik pada proyek sebelumnya. Pekerja yang akan bekerja juga hanya menyerahkan fotokopi KTP sebagai bukti umur dan bagi operator alimak dan tower crane ditambah dengan SIO surat izin operator. Berikut ini proses perekrutan pekerja yang dijelaskan oleh HSE proyek dan HSE pusat sebagai informan. “ Waktu pertama masuk syarat utamanya usia 18+ dibuktikan dengan KTP. Untuk pekerjaan tertentu misalnya operator tower crane atau alimak harus punya surat izin operator atau SIO. Kalo mandornya yang kami tunjuk sudah memperlihatkan kerja yang baik pada proyek yang sebelum - sebelumnya. HSE proyek 90 “ Umurnya harus 18+ bisa dilihat di KTP. Operator tower crane sama alimak harus punya SIO. Mandornya kami rekrut dari proyek yang sebelumnya.” HSE pusat Untuk memperkuat pernyataan tersebut, peneliti juga mengecek adanya SIO kepada operator tower crane dan alimak dan mereka bisa menunjukkan ke peneliti. Hal lain yang berkaitan dengan perekrutan pekerja ternyata tingkat pendidikan pekerja maksimal hanya sampai SMA. HSE proyek dan HSE pusat menjelaskan dengan jawaban yang serupa. “ Namanya pekerja bangunan rata - rata cuma SD, SMP, SMA.” Hal itu dibuktikan dengan semua informan yang merupakan pekerja proyek berpendidikan hanya sampai SMA. Masih berkaitan dengan staf, ketika peneliti mewawancarai salah satu pekerja kayu , ternyata dia mengaku tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pertama kali datang ke lokasi proyek. “ Saya disini masih masih baru. Waktu pertama kali disini saya juga bingung harus ngapain. Dari mandor saya disuruh ngelihat gimana temen - temen sesama pekerja kayu kerja terus kalo ada yang gak ngerti tanya aja atau minta diajarin sama temen - temen se sama pekerja kayu.” 91 Hal tersebut bertolak belakang dengan apa yang pernah diucapkan sebelumnya oleh informan HSE proyek bahwa pekerja bisa diterima bekerja di proyek karena mandor mereka di proyek sebelumnya memperlihatkan hasil kerja yang baik sehingga pekerja yang dibawa oleh mandornya dianggap sudah kompeten untuk bekerja. “ Kami menerima mereka bekerja disini karena berdasarkan kemampuan bekerja mandor - mandor mereka di proyek - proyek sebelumnya sehingga kami anggap pekerja sudah kompeten di pekerjaannya masing - masin g.” Sedangkan untuk perekrutan karyawan kontraktor harus menempuh pendidikan formal dibuktikan dengan gelar ijazah dan bila sudah diterima para karyawan tersebut diwajibkan untuk mengikuti training K3 yang disediakan perusahaan. Berikut seperti dijelaskan oleh HSE pusat dan HSE proyek sebagai informan. “ Untuk pekerja PP sendiri juga gak main - main ngambilnya. Disini paling banyak sarjana teknik bisa dilihat dari ijazahnya. Kalau sudah disini mereka wajib mengikuti training K3 yang disediakan perusahaan.” HSE pusat “ Saya dari teknik. Karyawan lain kebanyakan juga dari teknik. Kalau sudah diterima harus ikut training yang disediakan perusahaan.” HSE proyek Quality control sebagai salah satu informan ikut menambahkan penjelasan mengenai rekrutmen dirinya. 92 “ Orang QC gak cuma saya saja. Ada 2 orang lagi semuanya orang teknik. Kami ngerti kok safety engineering sama safety device. Waktu kuliah dulu sudah pernah belajar. Disini pelatihan dikasih tahu lagi jadi aturan Permenaker tentang K3 konstruksi itu kami bisa jamin semua sudah terpenuhi dari aspek engineering .” Terkait dengan jumlah, informan HSE proyek mengakui adanya kekurangan personil staf HSE di proyek. “ Kalau orang HSE disini 2 orang per gedung jadi gak semua pekerja bisa kepantau makanya kita keliling terus naik turun.” Namun apa yang disampaikan oleh informan HSE proyek berbeda dengan yang disampaikan oleh informan HSE pusat. “ Menurut saya sudah cukup masing - masing 2 orang. Tapi harus diakui kerja mereka cukup sibuk karena harus mengawas i semua pekerja.” Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti memang benar hanya 2 orang HSE untuk mengawasi pekerjaan di setiap gedung. Dengan jumlah pekerja sebanyak 152 orang dan pada saat ini harus menyelesaikan pengerjaan 2 buah gedung maka untuk setiap personil HSE harus mengawasi rata - rata 38 orang. Pelanggaran yang sering terjadi yaitu pekerja tidak memakai APD biasanya dilakukan ketika tidak ada orang HSE yang mengawasi. 93

5.3.3.2 Informasi

Informasi dibutuhkan bagi pihak HSE untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program - program K3 di proyek dan apa saja yang harus dibenahi. Laporan kecelakaan, dokumentasi kegiatan, hasil inspeksi, dan hasil SHE meeting merupakan beberapa hal yang dijadikan acuan bagi kontraktor untuk melihat keberhasilan program K3. Hal itu terlihat dari hasil wawancara dengan pihak HSE pusat. “ Dari laporan kecelakaan bisa terlihat apakah K3 di proyek dilakukan dengan baik atau tidak. Kalau banyak kecelakaan berarti K3nya jelek, kalau cuma satu dua berarti memang orangnya aja yang gak peduli dengan aturan K3 di proyek.” “ Gak cuma laporan kecelakaan aja, kan ada dokumentasi kegiatan terus saya kadang juga inspeksi juga. Dari orang HSE di proyek mereka kan juga ngawasin pekerja dan ngasih laporan ke saya. Tiap minggu juga ada SHE meeting sama SHE talk jadi kami bisa tahu informasi mengenai permasalahan K3 di proyek dari penilaian pekerja. ” HSE pusat juga menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja yang terjadi selama ini bukan karena faktor teknis mesin dan peralatan namun karena kesalahan pekerja. “ Kalau disebabkan karena teknis mesin dan equipment berarti kecelakaan disebabkan dari pihak kami tapi selama di proyek kemang belum ada tuh.”