2.2. Modifikasi Sifat-sifat Kayu dan Teknik Impregnasi
Modifikasi sifat-sifat kayu ditujukan agar kestabilan dimensi kayu dapat diperbaiki. Dengan teknik impregnasi menjadikan modifikasinya lebih merata. Dengan
mereaksikan gugus-gugus hidroksil dari polimer dinding sel, sifat hidrofil polimer dinding sel tersebut diubah menjadi hifrofob sehingga kestabilan kayu meningkat dan
lebih tahan terhadap serangan mikroba dan rayap. Apabila kekristalan dari selulosa di dalam kayu dikurangi maka kayu dapat lebih
menjadi termoplastis. Membuat derivat-derivat selulosa di dalam kayunya sendiri adalah usaha untuk mengubah kayu menjadi termoplastis. Hal ini dilakukan dengan
pengesteran dan pengeteran atau cara-cara lain dalam membentuk devivat selulosa Roehyati, 1995.
Rendaman panas, vakum-tekan dan injeksi adalah cara pengisian pori-pori kayu untuk memasukkan zat yang tidak menguap ke dalam rongga sel kayu. Ini dapat
mencegah penyusutan kayu. Derajat stabilitas dimensi kayu yang diberikan zat polimer pengisi berbanding terbalik dengan ukuran molekul zat pengisi. Peningkatan stabilitas
dimensi kayu bisa dengan meraksikan komponen kayu dengan zat aditif sehingga dapat mengurangi sifat higroskopis kayu. Asetilasi pada kayu diharapkan dapat meningkatkan
stabilitas dimensi kayu. Prinsipnya merupakan reaksi esterifikasi yakni subsitusi gugus OH komponen kayu dengan gugus asetil dalam anhidrid asetat sehingga berubah
menjadi senyawa asetat. Impregnasi meliputi penetrasi cairan ke dalam rongga-rongga kayu dan difusi
bahan-bahan kimia yang terlarut. Penetrasi yang dipengaruhi gaya-gaya kapiler dan distribusi ukuran pori, sedangkan laju penetrasi tergantung pada tekanan dan
berlangsung cukup cepat. Difusi dipengaruhi penampang lintang total dari pori-pori,
Universitas Sumatera Utara
berlangsung lebih lambat dan dikendalikan oleh konsentrasi bahan kimia yang terlarut. Difusi adalah perpindahan massa yang terjadi pada suatu campuran yang disebabkan
oleh gradien konsentrasi. Antar difusi merupakan terbentuknya gabungan antara dua permukaan polimer melalui difusi penyebaran ikatan rantai molekul-molekul polimer
dari satu permukaan masuk kedalam jaringan molekul permukaan yang lainnya. Difusi dapat lebih cepat bila suhu tinggi dan molekul yang berdifusi kecil.
Dalam pemilihan kondisi impregnasi baik tekanan, suhu dan waktu impregnasi serta besarnya harus mempertimbangkan kondisi kayu yang digunakan Sjostron, 1998.
Teknik impregnasi reaktif adalah teknik impregnasi yang dirancang menggunakan medium dalam fasa leleh dengan melibatkan modifikasi bahan polimernya sebelum
impregnasi sehingga meningkat kompatibilitasnya. Basuki W, dkk 2001 telah melakukan impregnasi bahan polimer bekas dari jenis polistiren dan polipropilen
melalui sistem penekanan vakum pada suhu leleh pada kayu kelapa sawit. NS Cetin 1999 juga telah melakukan impregnasi bahan polimer untuk membentuk grafting
dengan menggunakan metakrilat anhidrid yang dilakukan pada kayu jenis Pynus sylvestris. Pola impregnasi dapat medisfusikan bahan-bahan monomer ke dalam kayu
lunak, khususnya kayu monokotil, karena monomer-monomer tersebut bersifat cair yang mampu berdifusi ke dalam kayu. Sifat-sifat dasar dari KKS dapat diperbaiki bila
monomer-monomer reaktif yang digunakan dapat berpolimerisasi dengan senyawa fenol atau senyawa dari kayu tersebut.
2.3. Pengasapan dan Asap – Cair