2001. Kasus yang diambil sebagai contoh adalah kasus Carpenter dan kasus Texas Gulf Sulphur Co
TGS Co. Penerapan teori pada kedua kasus ini masing-masing berbeda, untuk kasus Carpenter menerapkan teori penyalahgunaan misappropriation
theory sedangkan dalam kasus Texas Gulf Sulphur Co TGS Co menerapkan teori
kemungkinan propability theory. Kedua kasus tersebut diurakan sebagai berikut:
1. Kasus Carpenter
Apabila sebuah tulisan dalam kolom media menilai entitas sebuah perusahaan yang akan listing dengan prospek ke depannya baik, harga sahamnya akan cenderung
membaik demikian sebaliknya apabila tulisan itu menilai perusahaan yang akan listing
di bursa saham dengan prospek ke depannya suram atau buruk, harga sahamnya dapat dipastikan akan menurun. Seperti itulah yang terjadi dalam kasus
Carpenter atas terdakwa R. Foster Winans sebagai penulis ternama dan handal di The
Wall Street Journal yang menulis “Heard on the Street Column” tentang hasil
penilaian dan analisisnya terhadap kondisi perusahaan tertentu yang akan segera melakukan listing di bursa saham Amerika Serikat.
Ekspose tulisan R. Foster Winans sebagai penulis ternama dan handal di The Wall Street Journal
menulis “Heard on the Street Column,” dalam sebuah kolom dapat mempengaruhi harga saham dari perusahaan yang dinilai. Pada esensinya
sebenarnya Winans memanfaatkan peluang akan mendapatkan untung besar dari perusahaan yang akan listing untuk kepentingan dirinya sendiri dengan cara
bersekongkol dengan temannya dan memberitahukan isi dalam kolom tersebut kemudian menganjurkan temannya itu untuk melakukan transaksi saham sebelum
Universitas Sumatera Utara
listing di bursa. Akibat persekongkolan itu mereka memperoleh keuntungan besar
dari transaksi tersebut. Praktik Winans oleh SEC dituduh melakukan insider trading berdasarkan tuduhan bahwa Winans menyalahgunakan informasi milik The Wall
Street Journal untuk kepentingan pribadinya.
Teori yang mendasari tuduhan terhadap Wianans oleh Pengadilan adalah misappropriation
theory yang menyatakan Winans melakukan penipuan melalui The Wall S treet Journal
sehingga menetapkan Winans melanggar ketentuan insider trading
. Penerapan misappropriation theory diterapkan oleh Pengadilan USA dalam kasus Carpenter versus United States. Dengan mendasarkan pada misapprotiation
theory , menetapkan kategori seseorang melakukan pelanggaran didasarkan karena:
a. Melakukan penyalahgunaan materiel nonpublic information;
b. Termasuk orang yang tidak mempunyai hubungan dari suatu trust dan
confidence ;
c. Informasi itu digunakan untuk perdagangan saham; dan
d. Termasuk orang yang mempunyai kewajiban kepada pemegang saham dan
perdagangan saham. Pada putusan kasus Carpenter yang menerapkan konsep hukum berdasarkan
misappropriation theory tidak menganut lagi konsep hukum SEC yang menentukan
kategori insider berdasarkan adanya fiduciary duty seperti yang diterapkan dalam kasus Chiarella. Jika dikaitkan putusan atas kasus Chiarella dengan Carpenter
menunjukkan suatu hal bahwa tidak ada kepastian hukum dalam hukum pasar modal Amerika Serikat.
Universitas Sumatera Utara
Tampaknya penerapan hukum pasar modal Amerika Serikat pada kasus Carpenter melihat kepada asas manfaat terbanyak dari dari banyak orang. Mungkin
oleh karena teori inilah mendasari bahwa walaupun Carpenter tidak termasuk insiders akan tetapi jika perbuatannya itu dihukum akan membawa manfaat terbanyak dari
banyak orang. Kategori insiders yang terdiri dari komisaris, direktur, pemegang saham utama dan karyawan perusahaan adalah contoh klasik dari seseorang yang
mempunyai fiduary duty atau yang disebut dengan traditional insiders. Jika dibandingkan dengan konsep hukum yang menentukan seseorang
dikategorikan insider di Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 95 UUPM jelas bahwa dalam Pasal 95 UUPM menganut teori fiduciary duty seperti putusan kasus
Chiarella. Perlu pasal tersebut dikaji ulang untuk diterapkan ketentuannya dengan perkembangan penentuan kategori insider sesuai dengan misappropriation theory di
dalam peraturan pasar modal di Indonesia UUPM.
2. Kasus Texas Gulf Sulphur Co TGS Co