F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional 1. Kerangka Teori
Lemahnya penerapan GCG merupakan faktor yang menentukan parahnya krisis di Indonesia bahkan di Asia. Kelemahan tersebut antara lain terlihat dari
minimnya pelaporan kinerja keuangan dan kewajiban-kewajiban perusahaan, kurangnya pengawasan atas aktivitas manajemen oleh Komisaris dan Auditor, serta
kurangnya insentif untuk mendorong terciptanya efisiensi di perusahaan melalui mekanisme persaingan yang fair.
27
Salah satu prinsip yang dianut dalam Good Corporate Governance GCG di dalam mengelola perusahaan adalah prinsip keterbukaan.
28
Persepsi investor mengenai praktik GCG pada perusahaan-perusahaan Indonesia juga adalah paling
rendah.
29
Menurut Bismar Nasution, prinsip-prinsip GCG dimaksud adalah prinsip- prinsip tata kelola perusahaan yang baik diantaranya: a
kuntabilitas
27
Bismar Nasution, “Tanggung Jawab Direksi dan Komisaris Dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Bank”, Makalah yang Disampaikan pada Seminar Sehari “Tanggung Jawab Pengurus Bank
dalam Penegakan dan Penanganan Penyimpanan di Bidang Perbankan Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas dan Undang-undang Perbankan,” diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan Forum
Komunikasi Direktur Kepatuhan Perbankan, Surabaya, tanggal 21 Februari 2008, hal. 1.
accountability ,
28
Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of
South Carolina, di Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 3-4. Prinsip-prinsp GCG diantaranya: akuntabilitas accountability, pertanggungjawaban responsibility, keterbukaan transparancy, kewajaran
fairness, dan kemandirian independency.
29
Sofyan A. Djalil, Good Corporate Governance, Makalah disampaikan pada “Lokakarya Pengelolaan Perusahaan,” kerjasama Program Pascasarjana Universitas Indonesia dan University of
South Carolina, di Jakarta, tanggal 4 Mei 2000, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban responsibility, keterbukaan transparancy, kewajaran fairness, dan kemandirian independency.
30
Keterbukaan merupakan prinsip penting ditegaskan untuk mencegah praktik- praktik perdagangan orang dalam insider trading sekaligus prinsip ini digunakan
untuk menganalisis larangan perdagangan orang dalam insider trading di Pasar Modal. Selian itu untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan
sebagai orang dalam insider di Pasar Modal, digunakan tentang penyalahgunaan
Terlebih dahulu dijelaskan di sini adalah prinsip keterbukaan sebagaimana dikutip berikut ini:
misappropriation theory dan teori ini akan dijelaskan pada bagian akhir dari kerangka teori ini.
Keterbukaan informasi di dalam kegiatan Pasar Modal merupakan nafas Pasar Modal itu sendiri. Prinsip keterbukaan menjadi persoalan inti di pasar modal
dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Keterbukaan tentang fakta materiel sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor, sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk
melakukan pembelian atau penjualan saham.
31
Dalam prinsip ini, informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan,
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan
30
Bismar Nasution dalam Sofyan A. Djalil, Op. cit., hal. 3-4.
31
Richard A. Posner dan Kenneth E. Scott, Economic of Corporation Law and Securities Regulation,
Boston, Toronto: Little, Brown Company, 1980, hal. 317.
Universitas Sumatera Utara
orang lain mengetahui keadaan perusahaan sehingga nilai pemegang saham dapat ditingkatkan.
Keterbukaan sebagai jiwa Pasar Modal akan memberikan peluang bagi investor yang memungkinkan sehingga dengan pertimbangan bagi investor
secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham. Keterbukaan dalam transaksi efek menyangkut seluruh
informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan perusahaan yang akan melakukan emisi
saham di bursa. Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan,
gambaran semu, sehingga dari informasi yang menyesatkan atau gambaran semu tersebut pihak investor menjadi rugi. Selama go public keterbukaan
wajib terus berlangsung.
32
Prinsip keterbukaan sangatlah menarik dibicarakan, isu yang sering muncul adalah pertentangan dalam menjalankan prinsip ini. Semisal, adanya kekhawatiran
perusahaan bahwa jika perusahaan itu terlalu terbuka, maka strateginya dapat diketahui pesaing sehingga membahayakan kelangsungan usahanya.
33
Fokus sentral dari hukum pasar modal ini adalah prinsip keterbukaan, oleh karena perannya membuat investor atau pemegang saham dan pelaku-pelaku
bursa mempunyai informasi yang cukup dan akurat dalam pengambilan keputusannya dalam berinvestasi di Pasar Modal. Sehingga dengan informasi
ini dapat diantisipasi terjadinya perbuatan curang fraudulent acts atau pernyataan menyesatkan misleading statement atau penghilangan omission
atau insider trading di pasar modal. Bismar
Nasution, mengatakan:
34
Dalam mewujudkan keterbukaan, perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan
32
Ibid., hal. 152.
33
http:definisi-pengertian.blogspot.com201005pengertian-keterbukaan.html, diakses tanggal 30 Oktober 2010.
34
Bismar Nasution, ”Keterbukaan Dalam Perdagangan Saham di Pasar Modal”, Makalah Disampaikan pada Seminar Mengupas serta Mencermati Fenomena Tindak Pidana di Pasar Modal,
pada Bina Manajemen Bisnis dan Investasi Dharma Nusantara, Jakarta, Tanggal 8 Mei 2003, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
dengan perusahaan tersebut. Setiap perusahaan, dapat mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada
kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan. Ada
banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini. Salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi dalam melakukan transaksi
dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan,
maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya, jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya benturan
kepentingan conflict of interest berbagai pihak dalam manajemen. Pemberlakuan prinsip keterbukaan akan melarang praktek-praktek terlarang
yang dilakukan oleh orang dalam yang merugikan pihak lain. Praktek-praktek terlarang itu misalnya kecurangan atau penipuan fraud yang dapat merugikan pihak
investor dalam mengambil keputusan membeli atau tidak atas efek-efek yang ditawarkan.
Apabila pihak-pihak di dalam pasar modal menciderai prinsip keterbukaan, maka dapat berakibat kepada pasar modal yang tidak efisien sehingga menghambat
pembangunan ekonomi suatu negara. Sebab baik buruknya perekonomian suatu
Universitas Sumatera Utara
negara, dapat diamati dari profil pasar modal suatu negara tersebut. Prinsip keterbukaan merupakan jiwa dalam pasar modal itu sendiri.
35
Prinsip keterbukaan bertujuan untuk menciptakan pasar modal yang likuid dan efisien. Untuk mencapai tujuan pasar modal yang likuid dan efisien ini,
bergantung kepada lembaga-lembaga yang ada di dalam pasar modal untuk memberikan kemampuan investasi dan kualitas pelayanan yang tinggi. Hal ini
dilakukan untuk menarik sumber daya domestik agar terlibat di dalam pasar modal dan juga merupakan tuntutan dari para investor internasional.
36
Tujuan lain dari prinsip keterbukaan untuk menciptakan efisiensi dalam transaksi efek di mana para investor dalam perdagangan efek dapat melakukan
perdagangan secara transparan, adil, dan bijaksana.
37
35
William H. Beaver dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal. 1.
Tanpa kewajiban keterbukaan ini mustahil tercipta pasar efisien, bahkan sebaliknya bisa terjadi kemungkinan
investor yang tidak memperoleh informasi karena tidak meratanya informasi kepada investor yang disebabkan ada informasi yang tidak di-disclose atau terdapat suatu
informasi yang belum tersedia untuk publik, tetapi telah disampaikan kepada orang- orang tertentu.
36
Bapepam, Cetak Biru Pasar Modal di Indonesia 2000-2004, Jakarta: Bapepam, 1999, hal. 17.
37
Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
Suatu teori yang memandang pembenaran dari prinsip keterbukaan ini difokuskan berbagai alasan sebagaimana yang disebutkan oleh John C. Coffee,
adalah:
38
a. Karena informasi memiliki berbagai karakteristik dari suatu barang umum;
b. Ketidakefisienan yang lebih besar akan terjadi tanpa sistem keterbukaan;
c. Karena munculnya teori self induced disclosure yang terlalu banyak
memandang bahwa kepentingan manajer dan pemegang saham dapat diluruskan secara sempurna; dan
d. Karena dalam pasar modal yang efisien, masih ada informasi lain yang
dibutuhkan oleh investor rasional untuk mengoptimalkan portofolio sahamnya. Informasi demikian sangat baik diberikan melalui sistem
keterbukaan secara wajib. Prinsip keterbukaan disebut dalam istilah lain adalah prinsip transparansi.
Prinsip ini penting untuk mencegah penipuan fraud atau KKN. Sangat baik untuk dipahami sebagaimana yang pernah diungkapkan Barry A.K Rider, bahwa “Sun light
is the best disinfectant and electric light the policeman .” Dalam pasar keuangan
pendapat tersebut tidak perlu lagi dibuktikan, tetapi lebih banyak tergantung kepada informasi apa yang harus diungkapkan dan kepada siapa informasi itu disampaikan.
Fungsi prinsip keterbukaan untuk mencegah penipuan tersebut adalah pendapat yang paling tua. Dengan demikian prinsip keterbukaan menjadi isu utama yang harus
dikaji. Prinsip keterbukaan sekarang ini bukan merupakan hal baru, tetapi sudah merupakan sejarah yang panjang dalam kegiatan perusahaan atau dunia pasar
modal.
39
38
John C. Coffee dalam Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit., hal. 24-25.
39
Bismar Nasution, “Aspek Hukum Dalam Transparansi Pengelolaan Perusahaan BUMNBUMD Sebagai Upaya Memberantas KKN”, Makalah Disampaikan pada Semiloka Peran
Masyarakat Stakeholder melalui lembaga Pengawasan Pengelolaan Perusahaan Dalam Mendukung Pelaksanaan Good Corporate Governance Di Sumatera Utara, pada tanggal 30 April 2003, hal. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan prinsip keterbukaan merupakan perintah undang-undang, apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, pengaturannya tersebar pada pasal-pasalnya. Kepatuhan melaksanakan prinsip keterbukaan merupakan kunci utama dalam menciptakan Pasar Modal yang
adil dan efisien. Pengertian prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 angka 25 UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, menentukan:
Prinsip keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini
untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat berpengaruh
terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut.
Setiap pihak yang melakukan penawaran tender untuk membeli efek emiten
atau perusahaan publik wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan, kewajaran, dan pelaporan yang ditetapkan oleh Bapepam. Emiten atau perusahaan publik yang
melakukan penggabungan, peleburan, atau pengambilalihan perusahaan lain wajib mengikuti ketentuan mengenai keterbukaan. Pengaturan norma mengenai prinsip
keterbukaan menghendaki kagiatan di Pasar Modal harus transparan dan terbuka ketika saat pendaftaran di bursa dan pada saat diinformasikan ke publik.
Prinsip keterbukaan menjadi persoalan yang sangat penting dalam pasar modal dan sekaligus merupakan jiwa pasar modal itu sendiri. Pengertian tentang
prinsip keterbukaan ditemukan dalam Pasal 1 Angka 25 UUPM. Keterbukaan tentang fakta materil sebagai jiwa pasar modal didasarkan pada keberadaan prinsip
keterbukaan yang memungkinkan tersedianya bahan pertimbangan bagi investor
Universitas Sumatera Utara
sehingga ia secara rasional dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian atau penjualan saham.
40
Keterbukaan dalam transaksi efek adalah seluruh informasi mengenai keadaan usahanya yang meliputi aspek keuangan, hukum, manajemen, dan harta kekayaan
perusahaan yang akan melakukan emisi saham menyebabkan calon investor dapat memahami dan memutuskan kebijakan untuk investasinya. Maka, keterbukaan wajib
terus berlangsung selama perusahaan go public. Prinsip keterbukaan dilaksanakan melalui penyampaian laporan mengenai fakta materil yang baru, larangan insider
trading dan larangan manipulasi pasar.
41
Tujuan dari prinsip keterbukaan tersebut adalah untuk terciptanya efisiensi dalam transaksi efek. Perdagangan yang efisien
adalah perdagangan efek dimana para pihak yang berkepentingan dengan perdagangan efek tersebut dapat melakukan perdagangan dengan mudah, cepat dan
dengan biaya yang relatif murah, termasuk di dalamnya adanya penyelesaian transaksi yang cepat dan murah.
42
Dalam perspektif UUPM diatur beberapa cara agar persyaratan full disclosure dapat diterapkan, yaitu kealpaan, kesalahan atau ketidakcukupan full disclosure dapat
dijatuhkan sanksi kriminal bagi emiten, underwriter, direksi, komisaris, pemegang saham utama, akuntan atau konsultan hukum yang terlibat dalam penawaran umum.
43
40
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, Op. cit, hal 1.
41
Ibid., hal. 152.
42
Najib A. Gysmar, Insider Trading Dalam Transaksi Efek, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 2.
43
I Putu Gede Ary Suta, Menuju Pasar Modal Modern, Jakarta: Yayasan SAT SATRI BHAKTI, 2000, hal. 101.
Universitas Sumatera Utara
Peraturan prinsip keterbukaan di pasar modal Indonesia telah memuat ketentuan-ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan, baik dalam prospektus
maupun dalam pengumuman di media massa yang berhubungan dengan penawaran umum. Di samping itu, ketentuan larangan perbuatan menyesatkan telah sanksi
berupa ancaman penjara dan denda Pasal 104 UUPM. Ketentuan larangan perbuatan yang menyesatkan terdapat dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92, dan Pasal 93 UUPM.
Pelanggaran terhadap prinsip keterbukaan dapat menyebabkan informasi yang diterima investor adalah menyesatkan, informasi yang diterimnya itu selanjutnya
direfleksikan dalam bentuk pergerakan saham ataupun rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh pialang kepada nasabahnya menjadi gambaran semu, sehingga
informasi yang menyesatkan suatu keputusan investasi yang berlangsung pada saat pasar sekunder.
Prinsip keterbukaan mulai diterapkan dalam mekanisme pasar modal yakni pada saat perusahaan memasuki tahap pra pencatatan pernyataan pendaftaran.
Pernyataan pendaftaran yang wajib diserahkan kepada Bapepam terdiri dari prospektus awal preliminary prospectus dan dokumen-dokumen pendukung.
44
44
John Downes dan Jordan Elliot Goodman, Dictionary of Finance and Investment Term, Penerjemah Soesanto Budhidarmo, Jakarta: PT. Gramedia, 1996, hal. 438.
Keterbukaan berlaku sejak emiten atau perusahaan publik tersebut didaftarkan listing di bursa, maka sejak itu emiten tersebut wajib melaporkan dan membuka ke
publik mengenai segala sesuatunya yang ada di dalam prospektus.
Universitas Sumatera Utara
Dalam UUPM ditentukan bahwa setelah perusahaan listing di pasar modal, maka perusahaan wajib melaporkan peristiwa fakta materil, peraturan standar
akuntansi,
45
keterbukaan kondisi keuangan emiten,
46
keterbukaan mengenai merger,
47
keterbukaan mengenai tender offer,
48
Menurut Bismar Nasution, keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik adalah sebagai berikut:
yang menyangkut rumor dan larangan insider trading
.
49
a. Prospektus setiap perusahaan publik atau emiten yang pendaftarannya telah
dinyatakan efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari
kerja kedua setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta materil yang mungkin dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan atau
keputusan investasi pemodal;
b. Informasi atau fakta materil yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga
efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut: 1.
Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan usaha patungan;
2. Pemecahan saham atau pembagian deviden saham;
3. Pendapatan dari deviden yang laur biasa sifatnya;
4. Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
5. Produk atau penemuan baru yang berarti;
6. Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
7. Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran efek yang bersifat
utang; 8.
Penjualan tambahan efek kepada masyarakat secara terbatas yang material jumlahnya;
9. Pembelian atau kerugian penjualan aktiva yang material;
10. Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
11. Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan
komisaris perusahaan; dan
45
UUPM, Pasal 69 Ayat 1.
46
UUPM, Ibid., Pasal 86.
47
Ibid., Pasal 1 Angka 7.
48
Ibid., Pasal 83.
49
I Putu Gede Ary Suta, Op. cit., hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
12. Pengajuan tawaran.
Pelanggaran ketentuan pelaksanaan prinsip keterbukaan dapat juga dipahami
dari praktek insider trading atau perdagangan orang dalam. Artinya dalam insider trading
tersebut, insider orang dalam mempunyai informasi yang mengandung fakta materil yang dapat mempengaruhi harga saham.
50
Orang dalam atau insider dalam pasar modal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 95 UUPM, menyatakan bahwa yang dimaksud dengan orang dalam adalah:
Perbuatan insider trading merupakan sebagai perbuatan yang curang
karena orang dalam tersebut dianggap melanggar prinsip keterbukaan atau prinsip kepercayaan atau fiduciary duty atas para
pemegang saham. Oleh karena itu, maka insider trading dikatakan sebagai kejahatan yang sangat sulit dibuktikan.
a. Komisaris, Direktur, atau Pegawai, Emiten atau perusahaan publik;
b. Pemegang saham utama;
c. Orang perorangan yang karena kedudukannya atau profesinya atau karena
hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi dari orang dalam;
d. Pihak yang dalam waktu enam bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c tersebut. Disebutkan pula bahwa orang dalam yang mempunyai informasi orang dalam
pasar modal dilarang:
51
a. Melakukan penjualan atau pembelian atas efek emiten dimaksud, efek
perusahaan lainnya yang melakukan transaksi dengan emiten yang bersangkutan;
b. Mempengaruhi pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas
efek dimaksud; dan
50
Bismar Nasution, Diktat Hukum Pasar Modal, Good Corporate Governance, Perlindungan Lingkungan Hidup dan Insider Trading
, Medan: USU, 2005, hal. 47.
51
UUPM, Op. cit., Pasal 95 dan Pasal 96.
Universitas Sumatera Utara
c. Memberi informasi orang dalam kepada pihak maupun yang patut diduga
dapat menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas efek.
Dalam Pasal 97 UUPM, juga diatur tentang ketentuan-ketentuan siapa saja yang dikenakan larangan yang sama dengan larangan bagi insider. Ketentuan tersebut
adalah sebagai berikut: a.
Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan yang
sama dengan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 95 dan Pasal 96;
b. Setiap pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang dalam dan
kemudian memperolehnya tanpa melawan hukum tidak dikenakan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dan
Pasal 96 UUPM sepanjang informasi tersebut disediakan oleh emiten atau perusahaan publik tanpa pembatasan.
Demikian pula halnya dengan perusahaan efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai emiten dilarang melakukan transaksi efek emiten atau perusahaan
publik tersebut kecuali:
52
a. Transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas
perintah nasabahnya; b.
Perusahaan efek tersebut tidak memberikan rekomendasi pada nasabahnya mengenai efek yang bersangkutan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, sebenarnya tujuan utama dari insider trading
itu adalah untuk memperoleh keuntungan melalui pemanfaatan informasi yang belum terpublikasi kepada publik, sehingga pelaku-pelaku dapat dikenakan
sanksi berupa ganti rugi. Dengan pemberian informasi berdasarkan prinsip
52
Ibid, Pasal 98.
Universitas Sumatera Utara
keterbukaan itu, maka dapat diantisipasi terjadinya kemungkinan investor atau para pemangku kepentingan atau stakeholders dalam pasar modal, dapat memperoleh
informasi atau fakta materiel yang sesuai dengan sebenarnya. Informasi tersebut sangat penting karena berisi fakta materiel.
Informasi dimaksud dalam pasar modal adalah keterangan, pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, fakta
maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.
53
Sedangkan informasi perusahaan adalah segala data, fakta ataupun peristiwa yang telah, akan atau dapat terjadi di dalam atau berkaitan dengan perusahaan, baik
informasi menyangkut efek yang diterbitkan perusahaan ataupun tidak berkaitan dengan efek perusahaan tersebut. Bentuk-bentuk informasi perusahaan adalah:
54
a. Informasi publik;
b. Informasi non publik;
c. Informasi yang jelas; dan
d. Informasi materil yang sensitif.
Dalam pasar modal, informasi yang wajib diungkapkan disclose adalah informasi atau fakta materil yang dapat mempengaruhi keputusan investor dalam
perdagangan saham perusahaan. Informasi atau fakta materil merupakan informasi
53
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
54
Asril Sitompul, Zulkarnain Sitompul, dan Bismar Nasution, Op. cit., hal. 10.
Universitas Sumatera Utara
yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada pasar modal atas keputusan pemodal, calon pemodal, dan pihak lain
yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
55
Selain prinsip keterbukaan sebagaimana dijelaskan di atas, selanjutnya dijelaskan pandangan tentang teori penyalahgunaan misappropriation theory. Teori
ini digunakan untuk menentukan siapa-siapa saja yang dapat dikategorikan sebagai insider
. Penjelasan teori ini sehubungan dengan ketentuan dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal belum menganut teori penyalahgunaan misaproprition
theory dalam menentukan orang dalam insider tetapi masih menganut teori
hubungan kepercayaan fiduciary duty theory.
56
Menurut teori penyelahgunaan masyarakat luas juga dapat dikategorikan sebagai insider sekalipun seseorang hanya berprofesi sebagai guru, dokter, petani,
nelayan, dan lain-lain tanpa terkecuali. Teori penyelahgunaan misappropriation theory
memandang, setiap orang yang menggunakan inside information atau informasi yang belum tersedia untuk publik melakukan perdagangan saham atas
informasi tersebut dikategorikan sebagai insider. Walaupun orang yang melakukan perdagangan itu tidak mempunyai fiduciary duty dengan perusahaan.
57
Apabila diterapkan miasppropriation theory dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal akan membuat konsep insider menjadi sangat komprehensif
dengan mengatur dalam undang-undang tersebut berlaku untuk setiap orang yang
55
Ibid.
56
Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam....Op. cit., hal. 255.
57
Ibid., hal. 264.
Universitas Sumatera Utara
menggunakan informasi yang belum tersedia untuk publik inside information melakukan perdagangan saham atas informasi tersebut dikategorikan sebagai insider
dalam insider trading. Sekalipun orang yang melakukan perdagangan saham tersebut tidak mempunyai hubungan kepercayaan dengan perusahaan, maka dapat ditentukan
sebagai pelaku insider trading menurut teori penyalahgunaan. Orang-orang di luar dari pada emiten atau perusahaan yang akan go public, investor atau pemodal, dan
lembaga-lembaga penunjang dan lembaga swasta penunjang lainnya dikategorikan sebagai orang dalam insider.
Bismar Nasution mengakatan dalam UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak mengatur ketentuan ”pihak lain yang menerima informasi tidak langsung
dari insider melainkan mengatur informasi yang diterima dari tippee yang lain secondary tippee sebagai kategori insider.
58
Kategori insider menurut UU No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal hanya menentukan insider dalam lingkup orang-
orang atau pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan di Pasar Modal. Pengaturan demikian sangat bertolak belakang dengan teori penyalahgunaan misappropriation
theory di mana seluruhnya baik di dalam maupun di luar Pasar Modal dapat
dikategorikan sebagai insider, tidak mesti harus ada hubungan kepercayaan fiduciary duty
tetapi mengikuti kewajiban umum keterbukaan di Pasar Modal.
59
58
Ibid ., hal. 255.
59
Ibid., hal. 255.
Universitas Sumatera Utara
2. Landasan Konsepsional