V.2. Kendala yang Dihadapi dalam Pelestarian Ruang Terbuka Hijau
Di dalam melakukan pelestarian ruang terbuka hijau di kota Medan memiliki kendala ataupu hambatan yang dihadapi Dinas Pertamanan Kota Medan maupun
Pemerintah Kota Medan. Kendala ataupun hambatan tersebut merupakan kelemahan bagi Pemerintah Kota Medan dalam melestarikan ruang terbuka hijau
di setiap sisi kota Medan. Adapun Peraturan Walikota yang menjadi kekuatan bagi Pemerintah Kota Medan dalam melestarikan ruang terbuka hijau, karena di
dalam Peraturan Walikota terdapat tentang mengenai penetapan lokasi ruang terbuka hijau. Namun Peraturan Walikota tersebut tidak dapat dikatakan bahwa
Dinas Pertamanan maupun Pemerintah Kota Medan sudah terlepas dari kewajiban dalam memenuhi penyediaan ruang terbuka hijau di kota Medan. Faktanya
mengenai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa setiap kota harus memiliki ruang terbuka hijau minimal 30
dari total luas kota itu tidak terlaksana oleh Pemerintah Kota Medan. Kendala yang dihadapi Dinas Pertamanan maupun Pemerintah Kota Medan
salah satunya adalah mengenai penyediaan dana yang tidak memadai. Kurangnya dana untuk melestarikan dan menjalankan program-program yang telah ada pada
badan ataupun dinas terkait untuk membangun ruang terbuka hijau di kota Medan menyebabkan minimnya ruang terbuka hijau di kota Medan. Karena semua
kegiatan pelestarian dan pembangunan ruang terbuka hijau terhambat. Sampai saat ini dikatakan bahwa Pemerintah Kota Medan akan mealokasikan dana APBD
guna menambah lahan setiap tahunnya sebesar 300-400 meter ternyata tidak benar adanya, Pemerintah Kota Medan hanya saja mencanangkan dana sekitar 20-30
Universitas Sumatera Utara
milyar untuk menjalankan program-program kegiatan pelestarian ruang terbuka hijau agar kota Medan menjadi kota hijau tetap sumber dana tersebut dari
pengalokasian dari dana APBD dan masing-masing kegiatan untuk mewujudkan kota Medan sebagai kota hijau memiliki anggaran masing-masing dari setiap
kegiatan yang dilakukan oleh penanggung jawab. Namun kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Medan tersebut sampai saat ini belum diketahui oleh
pihak Dinas Pertamanan sebagai pengelola taman-taman kota maupun ruang terbuka hijau lainnya yang ada di kota Medan. Kebijakan yang dibuat Pemerintah
Kota Medan mengenai penyediaan dana tersebut juga tetap tergantung oleh nilai jual objek pajak.
Kebijakan yang diambil mengalami banyak kendala dikarenakan juga oleh faktor semakin mahalnya lahan di arela perkotaan dan banyaknya bangunan-
bangunan yang memakan banyak lahan kosong yang seharusnya dijadikan ruang terbuka hijau. Lahan kosong tersebut lebih banyak dimanfaatkan nilai
ekonomisnya dengan setinggi-tingginya bagi para pemilik lahan yang mampu membeli lahan dengan mahal ataupun perusahaan-perusahaan bisnis yang mampu
membeli lahan walaupun lahan tersebut dijual dengan harga tinggi demi memperoleh pendapatan perusahaannya. Dinas Pertamanan sangat sulit
menyesuaikan kebutuhan layanan publik seperti banyaknya taman yang harus dibangun oleh Dinas Pertamanan, apakah taman tersebut sesuai dengan kebutuhan
publik Kota Medan. Ditambah lagi karena adanya masalah masih banyaknya bangunan-bangunan dan gedung-gedung tinggi yang tidak menyediakan ruang
terbuka hijau, padahal Pemerintah Kota Medan telah membuat peraturan bagi setiap yang mendirikan bangunan maupun gedung-gedung tinggi diwajibkan
Universitas Sumatera Utara
menyediakan ruang terbuka hijau di sekitar bangunannya dan itu telah dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah Nomor 13 tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota dan juga adanya masalah mengenai lahan-lahan yang akan dibangun ruang terbuka hijau telah dibangun pemukiman penduduk ataupun
bangunan-bangunan sebagai pusat kegiatan ekonomi yang bersifat bisnis. Semua ini dikarenakan Dinas Pertaman tidak mempunyai dana untuk membeli lahan
milik warga tersebut dan tidak sesuai dengan kemampuan keuangan Dinas Pertamanan yang telah dianggarkan dari APBD oleh Pemerintah Kota Medan
sehingga lahan dijual kepada oihak yang memiliki dana besar lain seperti Developer.
Sementara itu dari lain pihak sarana dan prasaran penunjang operasional dalam mengelola Ruang Terbuka Hijau masih sangat minim, belum terpenuhi dan
belum mampu dimiliki oleh Dinas Pertamanan sendiri karena alasan berbagai faktor lain minimnya dana dari anggaran APBD yang diterima oleh Dinas
Pertamanan. Dari pihak luar dalam hal ini masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga dan melindungi fasilitas yang telah dibangun maksudnya adalah
masyarakat kurang peduli terhadap keindahan kota yang ada saat ini seperti merusak keindahan taman dengan berjualan ditaman-taman dengan membangun
lapak atau tenda sehingga membuat tanaman sulit untuk tumbuh karena kekurangan oksigen, berkunjung ke taman dengan memakirkan kendaraannya ke
dalam taman sehingga merusak tanaman yang ada ditaman, menginjak tanaman- tanaman di berm dan pulau jalan dan sebagainya. Dalam hal pertisipasi dan peran
serta masyarakat dalam mendukung pemerintah kota masih rendah.
Universitas Sumatera Utara
V.3. Kerjasama Antar Dinas Terkait Dalam Pengelolaan Dan Pelestarian Ruang Terbuka Hijau