Teori Sambungan Baut Sambungan Pelat Rata

Gambar 2.3 Kurva Tegangan Leleh [ Charles G Salmon,1986]

2.2 Teori Sambungan Baut

Pada struktur portal baja, sambungan berfungsi untuk menggabungkan profil- profil wals giling menjadi batang, kolom, balok dan bagian–bagian konstruksi lainnya serta menggabungkan bagian–bagian konstruksi tersebut menjadi satu kesatuan bangunan. Sambungan ini harus mampu menyalurkan gaya–gaya yang bekerja dari satu komponen ke komponen lainnya. Kriteria dasar yang umum dalam perencaan sambungan, antara lain: 1. Kekuatan strength Dari segi kekuatan, sambungan harus kuat menahan momen, gaya geser, gaya aksial yang dipindahkan dari elemen yang satu ke elemen yang lainnya beserta gaya skunder yang ditimbulkannya. 2. Kekakuan stiffness Kekakuan sambungan secara menyeluruh sangatlah penting, antara lain untuk menjaga lokasi semua komponen struktur satu sama lain. Menurut kekakuannya, sambungan dapat dibagi atas: a. Sambungan Diffinitif, berarti tidak dapat dibuka lagi tanpa merusak alat– alat penyambungan. b. Sambungan Tetap, berarti bagian–bagian yang disambung tidak dapat bergerak lagi. c. Sambungan Sementara, berarti dapat dibuka lagi tanpa merusak alat-alat penyambungnya. d. Sambungan Bergerak, berarti sambungan ini memungkinkan pergerakan yang dibutuhkan menurut perhitungan statis pada bagian–bagian yang disambung. 3. Cukup Ekonomis Universitas Sumatera Utara Sambungan harus cukup sederhana, biaya fabrikasi yang murah tapi memenuhi syarat cukup kuat dan mudah dalam pelaksaannya atau praktis.

2.3 Jenis – Jenis Sambungan

Menurut AISC, ada 3 tiga jenis dasar sambungan, yaitu: 1. Sambungan sederhana flexible connection 2. Sambungan semi kaku semi rigid connection 3. Sambungan kaku rigid connection

2.3.1 Sambungan Sederhana flexible connection

Umumnya disebut rangka sederhana tidak bisa menahan momen atau asumsi hubungan sendi, pada Gambar 2.4a. Pada sambungan ini, rotasi ujung batang relative besar, dengan perkataan lain derajat pengekangan ujung batang sangat kecil, kurang dari 20 terhadap kapasitas yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut. Sambungan ini bekerja untuk memindahkan gaya lintang ke batang lain, misalnya dari balok ke kolom. Sambungan ini tidak digunakan di dalam perencanaan plastis, hanya diterapkan dalam struktur yang direncanakan berdasarkan Simple Design Method, dimana dalam perhitungan dianggap sebagai tumpuan sendi.

2.3.2 Sambungan Semi Kaku semi rigid connection

Pada sambungan ini.. derajat pengekangan rotasi berkisar antara 20 sampai 90 dari kapasitas yang diperlukan untuk mencegah perubahan sudut. Sambungan ini diperguna kan untuk perencanaan berdasarkan Semi Rigid Design Methode. Tetapi karena besarnya derajat pengekangan rotasi sulit ditentukan, maka metode ini jarang dipakai Gambar 2.4b

2.3.3 Sambungan Kaku Rigid Connection

Universitas Sumatera Utara Pada sambungan ini, sudut antara batang–batang yang disambung relatif tidak akan berubah, baik sebelum ataupun setelah pembebanan, sehingga pengekangan rotasi relatif besar, mencapai lebih dari 90 dari yang diperlukan guna mencegah perubahan sudut. Sambungan ini sangat tepat digunakan pada perencanaan plastis berdasarkan Rigid Design Method Gambar 2.4c 02 01 02 01 02 01 c Rigid b Semi Rigid a Sendi Gambar 2.4 Jenis Sambungan berdasarkan kekakuannya [ Charles G Salmon,1986] Rotasi yang dimaksud adalah perubahan sudut yang terjadi antara balok dan kolom dari kondisi aslinya, yang merupakan suatu ukuran putaran balok dan kolom.

2.4 Sambungan Pelat Rata

Ada terdapat dua macam sambungan pelat rata dalam konstruksi baja yaitu: 1. Lap Joint, adalah sambungan yang tidak menggunakan pelat penyambung Universitas Sumatera Utara P P Gambar 2.5a. Sambungan Lap Joint [ Charles G Salmon,1986] Gambar 2.5b. Pembengkokan Pelat pada Sambungan Lap Joint [ Charles G Salmon,1986] Gaya–gaya pada sambungan Gambar 2.5a bekerja eksentris, akibatnya pelat–pelat yang disambung cenderung membengkok yang dapat memperlemah sambungan Gambar 2.5b P P Universitas Sumatera Utara 2. Butt Joint, adalah sambungan dengan menggunakan pelat penyambung. Sambungan ini dapat dibagi atas: a. Sambungan dengan pelat penyambung tunggal Akibat gaya pada sambungan bekerja eksentris maka sambungan cenderung membengkok P P Gambar 2.6a. Sambungan dengan Pelat Penyambung Tunggal [ Charles G Salmon,1986] P P Gambar 2.6b. Pembengkokan Pelat Sambungan dengan Pelat Penyambung Tunggal [ Charles G Salmon,1986] b. Sambungan dengan pelat penyambung ganda Karena sambungan simetris, maka momen sekunder yang timbul saling mentiadakan P P Gambar 2.7a. Sambungan dengan Pelat Penyambung Tunggal [ Charles G Salmon,1986 ] Universitas Sumatera Utara

2.5 Alat Penyambung