Kekuatan dan Prilaku Baut mutu Tinggi

dengan mengukur lebar celah yang ada. Tarikan baut yang baik akan menghasilkan lebar celah sekitar 0,38 mm. Tabel 2.4 Rotasi mur dari titik erat Panjang Baut Bagian bawah kepala baut sampai ujung baut Posisi permukaan luar bagian yang dibaut Semua permukaan tegak lurus terhadap sumbu baut Satu permukaan tegak lurus terhadap sumbu baut, dan lainnya miring Semua permukaan miring ≤4d 2 3 putaran 1 2 putaran 2 3 putaran 4d1 ≤8d 1 2 putaran 2 3 putaran 5 6 putaran 8d1 ≤12d 2 3 putaran 5 6 1 putaran putaran

2.9 Kekuatan dan Prilaku Baut mutu Tinggi

Pada hampir semua sambungan struktural, baut harus dapat mencegah terjadinya gerakan material yang akan disambung dalam arah tegak lurus terhadap panjang baut. Pada kasus seperti ini baut disebut mengalami geser. Kapasitas pikul beban atau kekuatan pikul desain sebuah baut yang mengalami geser tunggal sama dengan hasil kali antara luas penampang melintang tangkainya shank dan tegangan geser ijin: P gsr = A b . τ Dimana: b P gsr = kekuatan geser Universitas Sumatera Utara A b τ = luas penampang melintang baut b Untuk meninjau kekuatan baut, selain yang ditinjau baut itu sendiri juga perlu ditinjau kekuatan pelat disekitar lubang baut. Jika pelat tidak kuat maka lubang baut pada pelat akan berubah bentuk dari bundar menjadi oval. Pada bidang kontak antara baut dan pelat terjadi tegangan yang disebut sebagai tegangan tumpu. = tegangan geser ijin baut P tp = d . t . τ Dimana: tp P tp d = diameter lubang = kekuatan tumpu τ tp t = tebal pelat terkecil antara yang disambung dengan penyambungan = tegangan tumpu Pada sambungan jenis tumpu dianggap bautnya mengalami geser dan beban yang disalurkan berdasarkan tahanana geser baut selain itu juga tumpu pada bagian– bagian yang disambung. Penyambungan jenis tumpu dapat didesain dengan ulir baut terletak di dalam atau diluar bidang geser. Ringkasnya baut–baut pada setiap jenis sambungan mengalami tarik dengan cara yang benar–benar sama, dan gaya tarik itu sama yaitu yang ditentukan oleh ukuran dan materialnya. Perbedaan yang ada hanya pada tegangan ijin yang digunakan dalam analisis atau desain. Beban dipindahkan dari satu batang ke batang lainnya melalui sambungan antara batang tersebut. Karena tarikan awal pada baut mutu tinggi cukup besar sehingga gaya gesek yang timbul mampu memindahkan seluruh beban, maka desakan baut terhadap sisi lubang umumnya tidak terjadi pada kondisi beban kerja. Diagram Universitas Sumatera Utara benda bebas untuk perpindahan beban pada sambungan baut kekuatan tinggi diperlihatkan pada Gambar 2.12 Perpindahan gaya geser dan profil ke penyambung sebagian besar melalui baut dan sebagian lagi melalui gesekan antara pelat friction. Semakin kuat mur diputar maka semakin menyatu profil dengan pelat penyambung dan semakin besar pula gaya yang didistribusikan melalui gesekan pelat tersebut. Hal ini terjadi terutama pada baut mutu tinggi yang sanggup memberikan gaya tarik awal sehingga pelat menjadi sangat rapat. P = T = Koefisien Friksi T = Tahanan friksi T = gaya tarik Free Body Pelat A Free Body Pelat B Bagian Berulir Pelat B Baut Mutu Tinggi Pelat A P P P P Gambar 212 Pemindahan beban pada sambungan baut mutu tinggi [ Charles G Salmon,1986 ] Universitas Sumatera Utara Bila gesekan sendiri mampu memindahkan beban, setiap alat penyambung itu menyalur beban yang sama besar asalkan bahan dan ukurannya sama. Namun, jika beban sedemikian besar hingga tahanan gesek tidak mampu memindahkannya, maka tepi lubang akan mengalami desakan. Pada saat sambungan berada diambang kehancuran, gaya gesek tidak besar pengaruhnya terhadap ragam kehancuran failure mode. Sebaliknya kekuatan pelat bersama kekuatan tarik dan kekuatan geser baut akan menentukan kekuatan sambungan. Ragam kehancuran yang mungkin terjadi diperlihatkan pada Gambar 2.13 Samabungan baut Tunggal Fraktur penampang netto a b . Ujung pelat sobek akibat geser Kerusakan tumpu pada pelat c d Universitas Sumatera Utara Gambar 2.13Kehancuran pada sambungan baut [ Charles G Salmon,1986 ] Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS DAN PENGUJIAN

3.1 Persiapan Bahan dan Peralatan

Bahan–bahan dan peralatan laboratorium yang digunakan untuk melaksanakan pengujian ini meliputi: 1. Baja IWF.200x100x5,5x8.5 yang berfungsi sebagai kolom dan balok, profil C 100x50x20x2,3 sebagai dudukan dan penyangga kolom agar kokoh. 2. Baut mutu biasa dan baut mutu tinggi HTB 3. Beton Ready Mix K-225 untuk perletakan Kolom IWF dan dudukan Hydraulic Jack. 4. Besi Ø 8 mm sebagai tulangan dan kursi bantalan profil C. 5. Beton tahu sebagai bantalan Besi Ø 8 mm agar besi tidak menyentuh mall cetakan. 6. Alat Jack 25 Ton sebanyak 1 buah yang berfungsi sebagai pembebanan. 7. Dial gauge sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penelitian. 8. Kunci momen 9. Pelat-pelat baja

3.2 Pemeriksaan Material

Tujuan pemeriksaan material adalah untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan tegangan dasar atau tegangan izin dari material tersebut. Dari hasil tegangan material inilah, maka dimensi benda uji yang akan digunakan dapat direncanakan. Adapun pemeriksaan tegangan material yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

3.2.1 Pelat IWF dan Pelat Siku

Bahan pelat diambil dari material besi dengan ukuran yang ditentukan, dengan maksud supaya mempunyai kekuatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan besi pelat biasa. Dalam hal ini diambil pelat badan besi WF 200x100x5,5x8 mm, besi siku 50x50x5 mm dan 60x60x6 mm. Kemudian pelat badan besi IWF dan pelat baja ini akan diuji berapa besar tegangan leleh pada ketiga pelat tersebut. Pengujian tegangan Universitas Sumatera Utara