PENDAHULUAN LANDASAN TEORI Implementasi Kesesuaian Peraturan Underlying Dalam Transaksi Valas Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)

8 atas USD 100,000.00 seratus ribu US Dollar atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying. Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia No. 10 28 PBI 2008 maka perlu ditetapkan peraturan pelaksanaan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Bank Indonesia SEBI No. 10 42 DPD Tahun 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank. Surat Edaran ini selanjutnya mengalami perubahan pada Tahun 2013 melalui penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia SEBI No. 1533DPM bahwa Bank Indonesia menetapkan aturan tentang kedudukan underlying dalam transaksi valuta asing oleh Bank Umum, termasuk Bank Umum berbasis syariah, hingga yang terakhir pada Tahun 2014 Bank Indonesia mengerluarkan ketentuan melalui Peraturan Bank Indonesia No. 1617PBI2014. Dalam Peraturan Bank Indonesia yang terakhir, Bank Indonesia menetapkan aturan tentang transaksi valuta asing terhadap rupiah antara Bank dengan Pihak Asing. Dalam Surat Edaran Bank Indonesia SEBI No. 1533DPM ketentuan angka 4 disebutkan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD 100,000.00 seratus ribu US Dollar atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang tidak bersifat spekulatif, dengan underlying tertentu. Dan dalam PBI No. 1617PBI2014 Pasal 6 ayat 1 9 disebutkan bahwa kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank melalui Transaksi Spot di atas USD 100,000.00 seratus ribu US Dollar per bulan per Pihak Asing. 3. Kedudukan Underlying Dalam Transaksi Syariah Secara umum, agar suatu transaksi dapat dikatakan halal atau sesuai syariah, maka transaksi tersebut harus terbebas dari unsur-unsur maisir, gharar dan riba. 3 Maisir atau perjudian adalah suatu transaksi yang dilakukan kedua belah pihak untuk pemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu. Prinsipnya adalah zero sum game atau ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Gharar adalah sesuatu yang tidak diketahui apakah terjadi atau tidak terjadi. Sedangkan riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli atau tukar menukar maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip Islam. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua yaitu riba jual beli yang terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah. Riba qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan atas pokok 3 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik Jakarta : Gema Insani Press, 2001, h. 197.