Implementasi Underlying di Bank Muamalat Indonesia
                                                                                47
5.  Treasury sales memberikan rate tersebut kepada nasabah , apabila deal, maka transaksi tersebut dapat dijalankan. Dan nasabah wajib menjalankan transaksi
apabila sudah deal. 6.  Setelah deal, forex dealer akan melakukan squaring ke market.
7.  Nasabah  datang  ke  counter  untuk  melakukan  transaksi  dengan  membawa dokumen-dokumen yang diperlukan.
8.  Teller back office marketing konfirmasi transaksi nasabah ke treasury sales, apabila  sesuai  maka  transaksi  dijalankan.  Apabila  berbeda,  treasury  sales
dealing  room  akan  melakukan  konfirmasi  kembali  kepada  nasabah.  Dari teller, transaksi nasabah akan dilanjutkan ke back office.
Adapun settlement flow-nya adalah sebagai berikut:
Keterangan: 1.  Dari dealing room, setelah deal, middle office reporting membuat deal ticket
dari transaksi yang dilakukan yang dapat dilihat dari blotter. 2.  Deal ticket dicek di dealing room.
48
3.  Setelah  deal  ticket  dicek  di  dealing  room,deal  ticket  tersebut  di  sign,  dan diteruskan  ke  International  Banking  Office  IBO  dan  transaksi  dijalankan
atau settle disana. Dokumen-dokumen  yang  diperlukan  oleh  nasabah  pada  saat  melakukan
transaksi valas yaitu: 1.  Untuk transaksi di  bawah USD 100,000.00 seratus ribu US Dollar bagi
nasabah  yang  akan  membeli  atau  menjual,  maka  nasabah  harus  mengisi surat keterangan pembelian valas.
2.  Untuk transaksi di atas dari USD 100,000.00 seratus ribu US Dollar bagi nasabah  yang  akan  membeli  atau  menjual,  maka  nasabah  harus
melampirkan  underlying  transaksinya.  Selain  itu,  nasabah  juga  harus mengisi  form  pemindah  bukuan  transfer  remittance  untuk  Telegraphic
Transfer, setor tarik untuk Bank Note, dan LOI Letter of Idemnity.
39
Jenis  kegiatan  transaksi  yang  menggunakan  underlying  transaksi  ada bermacam-macam.  Akan  tetapi  kegiatan  underlying  transaksi  yang  sering
digunakan di Bank Muamalat Indonesia adalah kegiatan ekspor-impor barang dan  jasa.  Dan  kegiatan  transaksi  yang  menggunakan  underlying  ini  tidak
memiliki  pengaruh  yang  signifikan  pada  transaksi  valuta  asing  di  Bank Muamalat  Indonesia,  jika  dibandingkan  dengan  sebelum  diterapkannya
peraturan  mengenai  underlying  ini.  Dimana  ketentuan  tersebut  menyatakan bahwa pada setiap transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00 seratus ribu
39
Wawancara Pribadi dengan Amiril Zulhaj. Jakarta, 19 Januari 2015.
49
US  Dollar  harus  menggunakan  underlying.  Untuk  kegiatan  transaksi  valuta asing  di  Bank  Muamalat  Indonesia  masih  belum  terlalu  banyak  yang
menggunakan  underlying  transaksi  ini,  karena  nasabah  yang  dominan melakukan transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah nasabah
retail.  Dan  nasabah  retail  ini  biasanya  melakukan  transaksi  valuta  asing  di bawah  USD  100,000.00  seratus  ribu  US  Dollar,  yang  tidak  mensyaratkan
nasabah tersebut untuk menggunakan underlying. Seiring berkembangnya transaksi valuta asing ini, maka peran Bank Indonesia
sangat  diperlukan  untuk  mendorong  pendalaman  pasar  valuta  asing  melalui pengaturan  yang  komprehensif,  khususnya  terkait  dengan  transaksi  valuta  asing
terhadap Rupiah yang dilakukan antara Bank dengan pihak asing dan juga untuk meminimalisir  transaksi  pembelian  valuta  asing  terhadap  rupiah  untuk  tujuan
spekulatif.    Mengingat  hal  tersebut  maka  Bank  Indonesia  menetapkan  ketentuan melalui  Peraturan  Bank  Indonesia  No.  1028PBI2008.  Dalam  PBI  No.
1028PBI2008  Pasal  2  ayat  2  menyatakan  bahwa  pembelian  valuta  asing terhadap  Rupiah  oleh  Nasabah  atau  Pihak  Asing  kepada  Bank  di  atas  USD
100,000.00  seratus  ribu  US  Dollar  atau  ekuivalen  per  bulan  per  Nasabah  atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.
Bank Indonesia juga mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia SEBI No. 1042DPD perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank. Surat
Edaran ini selanjutnya mengalami perubahan pada Tahun 2013 melalui penerbitan Surat  Edaran  Bank  Indonesia  SEBI  No.  1533DPM  bahwa  Bank  Indonesia
                                            
                