13
1.2 Perumusan Masalah
Penelitian ini mencoba menjelaskan mengenai makna dari frasa “ishikei + to omou” dan “jishokei + tsumori” yang memiliki kemiripan arti “bermaksud,
berencana”, tetapi kemungkinan memiliki perbedaan juga dalam artinya masing- masing. Hal ini merupakan salah satu kesulitan dalam mempelajari bahasa Jepang
karena harus memikirkan kontekstualnya ataupun situasi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah
sabagai berikut: 1.
Apa makna rrasa “ishikei to omou” dan “jishokei + tsumori”? 2.
Apa perbedaan semantik rrasa “Ishikei to omou” dan “jishokei + tsumori” dalam bahasa Jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Frasa “ishikei + to omou” dan “jishokei + tsumori” bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti bermaksud, berencana. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya hanya pada analisis perbedaan nuansa makna frasa “ishikei + to omou” dan “jishokei + tsumori” yang
contoh-contoh kalimatnya diambil dari beberapa seri majalah Wochikochi. Agar pembahasan lebih akurat dan jelas, maka penulis akan menjelaskan fungsinya pada
bab II mengenai struktur kalimat bahasa Jepang, pemaknaan dan fungsi frasa “ishikei to omou” dan “jishokei + tsumori”, studi semantik dan pengertian sinonim.
Universitas Sumatera Utara
14
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
a. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari kesalahan dan kekaburan dalam menginterpretasikan makna dari kata-kata atau istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
mencoba mendefinisikan beberapa istilah linguistik, khususnya yang berkenaan dengan semantik.
Dalam bahasa Jepang banyak terdapat sinonim baik dalam kelas kata nomina
詞 景meishi, adjektiva 形容詞 景keiyoushi maupun kata kerja 動詞 景doushi. Pengertian sinonim adalah bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk lsin, perasamaan ini berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim adalah kata-kata saja. Kridalaksana,
2001: 196. Menurut Chaer 1994: 296 sinonim adalah hubungan semantik yang
menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya. Frasa ishikei + to omou dan jishokei + tsumori yang akan dibahas ini
termasuk dua frasa yang memiliki makna yang mirip namun akan terlihat perbedaan maknanya apabila dilekatkan dengan partikel atau kata lain. Untuk itulah dilakukan
pendekatan linguistik.
b. Kerangka Teori
Sesuai dengan judul skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan untuk menganalisa penggunaan frasa adalah pendekatan linguistik dalam kajian semantik.
Ilmu linguistik sering disebut dengan linguistik umum general linguistik, yang
Universitas Sumatera Utara
15 artinya ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, namun juga
mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Ilmu linguistik juga mempunyai beberapa bidang kajian yang menyangkut
struktur-struktur dasar tertentu, salah satunya yaitu bidang kajian makna semantik 意味論 imiron yang mengkaji antara lain makna kata, relasi makna antar suku kata
dengan kata lainnya, makna frasa dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Pengertian makna adalah 1 arti; 2 maksud pembicara dan penulis;
pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Menurut Parera 2004 : 46, secara umum teori makna dapat dibedakan atas:
1. Teori Referensial Korespondensi
2. Teori Kontekstual
3. Teori Mentalisme Konseptual
4. Teori Formalisme
Dari keempat teori tersebut yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori kontekstual. Teori kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah
katasimbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks Parera, 2004:47. Didukung juga oleh Chaer 1995:81, makna kontekstual mengandung 2
arti, yaitu pertama, makna penggunaan sebuah kata gabungan kata dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat ujaran dalam konteks situasi
tertentu. Menurut Chaer 1994:59, makna terbagi dua yaitu makna leksikal dan
makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut jisho teki imi 辞書
Universitas Sumatera Utara
16 的意味 makna kamus atau goi teki imi語彙的意味makna kata adalah makna
kata sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu
kata. Sedangkan makna gramatikal yang dalam bahasa Jepang disebut bunpou teki imi 文 法 的 意 味 makna kalimat yaitu makna yang muncul akibat proses
gramatikalnya. Dalam buku yang berjudul Nihongo Bunkei Ziten, Migotoko 1998:316
menjelaskan beberapa bentuk dari verba omou mempunyai beberapa bentuk namun penulis hanya akan mengambil tiga bentuk yang akan menjadi acuan dalam
pembahasan pada skripsi ini, seperti: -
to omou : digunakan untuk menyatakan pemikiran atau pendapat kepada lawan bicara.
Contoh : 山
生 来
い 思う
Yamada Sensei wa konai to omou Saya kira Guru Yamada tidak akan datang.
- to omotte iru : digunakan untuk menunjukkan orang ketiga yang berarti harus
dalam bentuk kalimat progresif Eriko Satou, 2008 dan bermakna ‘berpikir’.
Contoh : 警察
あ 男
犯人 思
い Keisatsu wa ano otoko ga hannin da to omotte iru
Universitas Sumatera Utara
17 Polisi berpikir pria itu adalah penjahat
- ishikei + to omou : digunakan untuk menyatakan rencana atau maksud si
pembicara. Contoh :
今日 休
う 思う
Kyou wa yukkuri yasumou to omou Hari ini bermaksud benar-benar istirahat
Dari beberapa contoh diketahui bahwa verba omou memiliki beberapa bentuk, begitu pun dengan tsumori Isao, 2001:20, di antaranya yakni :
- jishokei + tsumori da : digunakan untuk menyatakan maksud, rencana.
Contoh : A: 雨
降 う
B : う
持 い
A : ame ga furi sou desuyo. B : sou desuka. Ja, kasa wo motte iku tsumori desu.
Makna dari percakapan di atas adalah B berencana membawa payung karena sepertinya akan turun hujan.
- jishokei + tsumori de …. : digunakan untuk menunjukkan arti dan kemauan.
Contoh : 電車
中 食
弁当 買
食 いう
目的地 着い
Universitas Sumatera Utara
18 Densha no naka de taberu tsumori de bentou wo katta ga, tabenai uchi ni
mokuteki chi ni tsuite shimatta Sudah membeli bekal karena bermaksud makan di dalam kereta api, tetapi
selama perjalanan tidak di makan hingga sampai ke tempat tujuan. Dari perbedaan conton di atas maka penulis akan mencoba menguraikan
penjelasan dari frasa “ishikei + to omou” dan “jishokei + tsumori” yang memiliki arti yang mirip yaitu “bermaksud, berencana” melalui cuplikan-cuplikan dan cerita-
cerita dari majalah Wochikochi yang menjadi fokus pembahasan dalam skripsi ini yaitu frasa yang menunjukkan maksud pembicara. Selain menganalisis teori
perbedaan nuansa makna frasa “ishikei + to omou” dan “jishokei + tsumori”, penulis juga akan menguraikan fungsi dari kedua frasa tersebut.
Definisi-definisi dan konsep-konsep yang penulis kemukakan di atas tadi inilah yang dipakai sebagai acuan dasar dalam penulisan skripsi ini.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian