Kelompok I Kelompok II Kelompok III Pengertian Sinonim

22 8. Kata seru kandoushi = 感動詞 9. Kata kerja bantu jodoshi = 助動詞 10. Kata bantu partikel joshi = 助詞 Menurut Sutedi 2004:48 verba bahasa Jepang dalam bentuk kamus jishokei berdasarkan perubahannya digolongkan ke dalam tiga kelompok, yakni:

a. Kelompok I

Kelompok ini disebut dengan godan-doushi 五段 動詞 karena mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi bahasa Jepang yaitu A-I-U-E-O あ - い - う - え - . Cirinya yaitu verba yang berakhiran gobi U, TSU, RU, MU, NU, BU, KU, GU, SU う, , , , , , , , . Contoh : - 買う ka-u membeli - 待 ma-tsu menunggu - 売 u-ru menjual - 書 ka-ku menulis - 泳 oyo-gu berenang - yo-mu membaca - 死 shi-nu mati - 遊 aso-bu bermain Universitas Sumatera Utara 23 - 話 hana-su bicara

b. Kelompok II

Kelompok ini disebut ichidan-doushi 段 動 詞 karena perubahannya terjadi hanya dalam satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba ini yaitu yang berakhiran suara e-ru e- disebut kami ichidan doushi atau berakhiran i-ru i- disebut shimo ichidan doushi. Contoh: - 食 tabe-ru makan - 浴 abi-ru mandi - 寝 ne-ru tidur - 見 mi-ru melihat

c. Kelompok III

Verba kelompok III merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan sehingga disebut henkaku-doushi 変革 動詞 dan hanya terdiri dari dua verba berikut: - 来 ku-ru datang - su-ru melakukan Universitas Sumatera Utara 24

2.2 Pemaknaan dan Fungsi Frasa

“Ishikei + To Omou” dan “Jishokei + Tsumori” Keistimewaan lain dari bahasa Jepang adalah banyaknya kata yang mempunyai makna yang hampir sama dengan kata lainnya. Salah satu contoh adalah ishikei + to omou dan jishokei + tsumori yang berarti ‘maksud, niat, rencana, kehendak’. Tetapi apabila kata tersebut digunakan dalam kalimat maka akan terlihat perbedaan-perbedaan yang menonjol, salah satunya adalah perubahan kata kerja atau kata benda yang mengiringi bentuk ishikei + to omou dan jishokei + tsumori. Perbedaan kedua bentuk maksud ini akan lebih jelas saat digunakan dalam kalimat. Contoh: 夏休 日本 行 う 思 い Bermaksud pergi ke Jepang liburan musim panas. 夏休 日本 行 Liburan musim panas bermaksud pergi ke Jepang. Kedua kalimat memiliki makna yang hampir sama yaitu untuk menyampaikan suatu maksud atau berencana, namun terdapat perbedaan terhadap perubahan kata yang mengiringi bentuk to omou dan tsumori. Kalimat pertama mengandung makna bahwa si pembicara ingin pergi ke Jepang namun bukanlah hal yang mudah karena harus membeli tiket, memesan hotel Universitas Sumatera Utara 25 dan lain-lain namun tetap berencana akan pergi di lain waktu, sedangkan kalimat kedua memiliki arti dan pembicara terkesan lebih yakin karena sudah direncanakan dan persiapan pun telah dilakukan seperti membeli tiket, menyewa hotel, dan rute perjalanan Yoshikawa, 2003:179. Dari kedua kalimat tersebut dapat terlihat perbedaan kandungan makna meskipun ishikei + to omou dan jishokei + tsumori adalah bersinonim. 2.2.1 Makna dan Fungsi “Ishikei + To Omou” Dalam bahasa Jepang ada bentuk-bentuk frasa yang digunakan untuk menyampaikan keinginan, niat, dan maksud ishi, dan biasanya tidak dapat berdiri sendiri, seperti yang akan penulis bahas dalam skripsi ini. Frasa ini biasanya tidak digunakan sendirian tetapi berkonjugasi dengan –to omou dan omou merupakan golongan doushi. Dalam buku A Dictionary Of Basic Japaneses Grammar, Seiishimakino dan Tsutsui dalam Simanjuntak 2010:17 meegklasifikasikan verba secara semantik menjadi beberapa jenis, antara lain:

1. Verba stative menyatakan diam tetap

Verba ini menunjukkan keberadaan. Biasanya verba ini tidak muncul bersamaan dengan verba bantu –iru. Contoh: - い iru ada - dekiru dapat - 要 iru membutuhkan Universitas Sumatera Utara 26

2. Verba Contional menyatakan selalu, terus menerus

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu –iru untuk menunjukkan aspek pergerakan. Contoh: - 食 taberu makan  食 い tabete iru sedang makan - 飲 nomu minum  飲 い nonde iru sedang minum

3. Verba Punctual menyatakan tepat pada waktunya

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu –iru untuk menunjukkan tindakan atau perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan posisi setelah melakukan suatu tindakan atau penempatan suatu benda. Contoh: - 知 shiru tahu  知 い shitte iru mengetahui - 打 utsu memukul  打 い utte iru memukuli

4. Verba Volitional menyatakan kemauan keinginan

Verba ini digunakan untuk menyatakan niat, kemauan, rencana, maksud dan berkonjugasi dengan –to omou dan terjadi perubahan bentuk dari verba yang mengikutinya. Universitas Sumatera Utara 27 Contoh: - 行 iku pergi  行 う 思う ikou to omou berniat pergi - 入 hairu masuk  入 う 思う hairou to omou berniat masuk

5. Verba Movemen menyatakan pergerakan

Verba ini menunjukkan pergerakan. Contoh: - 走 hashiru berlari - 行 iku pergi 2.2.2 Makna dan Fungsi “Jishokei + Tsumori” Kata ungkapan tsumori termasuk dalam golongan keshiki meishi yang berada dalam kelas kata meishi. Sakakura dalam Cahjadi 2009:14 membagi meishi menjadi empat jenis. Pembagian tersebut yaitu: 1. Futsuu meishi 通 詞 yaitu nomina yang menyatakan nama-nama benda, barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum, misalnya: Hon, kutsu, tsukue, isu. 2. Keishiki meishi 形式 詞, yaitu nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina, misalnya: Wake, bakari, koto, mono, gurai. Universitas Sumatera Utara 28 3. Suushi 数 詞 , yaitu nomina yang menyatakan bilangan, jumlah, kuantitas, dan urutan, misalnya: Hitotsu, ni, yotsu, rokko, sangoo, daiichi. 4. Daimeishi 代 詞, yaitu kata-kata yang dipakai sebagai pengganti nama orang, barang, benda, perkara, arah, tempat dan sebagainya. Misalnya: Watakushi, anata, kore, koko, kare. Berdasarkan pengelompokkan verba tersebut, Yoshikawa 2003:2 berpendapat bahwa tsumori merupakan salah satu dari keishiki meishi 形式 詞 . Keishiki meishi yaitu nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina, misalnya : Koto, mono, wake, bakari, hodo, gurai Izumi dalam Yoshikawa 2003:1 menjelaskan definisi keshiki meishi adalah sebagai berikut: “Kata yang kehilangan makna sebenarnya dan menjadi kata benda yang hanya memiliki peranan secara formalitas dengan syarat, jika dipadukan dengan kata lain maka akan memiliki fungsi yang sangat penting dalam tata bahasa.” Selain itu, Terada dalam Sudjianto dan Dahidi 2004:160 juga mendefinisikan keishiki meishi sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 29 “Keishiki meishi adalah nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti sebenarnya sebagai nomina.” Yoshikawa 2003:177 menyebutkan bahwa tsumori pada tahap awal mengeskpresikan keinginan pembicaranya. Fungsi hyougen ini mirip dengan bentuk kalimat to omou. Contohnya, frase iku tsumori desu mengekspresikan keinginan pembicaranya untuk pergi, yang mana memiliki kegunaan yang mirip dengan ikou to omou. Kemiripan inilah yang akan dibahas oleh penulis dalam skripsi ini.

2.2.3 Konsep Hyougen

Pola kalimat yang berkaitan dengan hyougen ungkapan biasanya digunakan dalam kalimat, maka yang disebut dengan kalimat adalah struktur ekspresi bahasa atau gengo hyougen no kata 言語表現 型. Metode dalam pengajaran bahasa pada pendidikan bahasa Jepang , berbagai macam ekspresi bahasa disusun dalam tipe yang sederhana dalam jumlah yang terbatas, dengan mempertimbangkan ekspresi dan tingkat kesulitannya dan memperkenalkannya dalam urutan yang sudah ditentukan, mengubahnya dan secara berurutan mendekati hyougen yang rumit. Takamizawa, 1997:112 Berdasarkan pada sudut pandang bahasa, pola kalimat diatur dalam jenis sebagai berikut: kelas kata atau hinshi 品 詞 , konjugasi atau katsuyo 活 用 , partikel atau joshi 助 詞 , dan kata kerja bantu atau jodoushi 助 動 詞 . Dikelompokkan dari struktur kalimat yang dasar dan sederhana hingga menjadi struktur kalimat majemuk dan rumit. Universitas Sumatera Utara 30

2.3 Studi Semantik

2.3.1 Pengertian Semantik

Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema nomina ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Djajasudarma, 2008:1 Menurut Sutedi 2004:111, semantik imiron 意味論 merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku 言 語 学 yang mengkaji tentang makna. Semantik memegang peranan penting dalam berkomunikasi, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata go no imi, relasi makna antar satu kata dengan kata lainnya go no imi kankei , makna frase ku no imi dan makna kalimat bun no imi.

2.3.2 Jenis-jenis Makna Dalam Semantik

Ada banyak jenis atau tipe makna menurut beberapa ahli linguistik, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut jishoteki imi 辞書的意味 atau goiteki imi 語彙的意味. Pengertian makna leksikal lexical meaning, semantic Universitas Sumatera Utara 31 meaning, external meaning adalah makna unsur-unsur bahasa sebagai lambang benda, peristiwa, dan lain-lain; makna leksikal ini memiliki unsur-unsur bahasa secara tersendiri, lepas dari konteks Djajasudarma, 1999:13. Ada juga yang mengatakan bahwa makna leksikal adalah makna kamus. Misalnya kata hon 本 dan gakusei 学生 memiliki makna leksikal ‘buku’ dan ‘pelajar’. Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut juga dengan bunpouteki imi 文法的意味. Menurut Djajasudarma 1999:13 makna gramatikal bhs. Inggris – grammatical meaning, functional meaning, structural meaning, internal meaning adalah makna yang menyangkut ubungan intra bahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata dalam kalimat. Menurut Sutedi 2004:115, dalam bahasa Jepang partikel atau joshi 助 詞 dan kopula atau jodoushi 助 動詞 tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. Misalkan partikal atau joshi [ to] secara leksikal tidak jelas artinya, namun pada saat digunakan dalam kalimat sebagai berikut: 私 生 話 Watashi wa Sensei to hanashimasu. Saya berbicara dengan guru. Verba dan adjektiva memiliki dua jenis makna tersebut, misalnya pada kata atsui 暑い dan aruku 歩, bagian gokan : [atsu] dan [aru] bermakna leksikal Universitas Sumatera Utara 32 ‘panas’ dan ‘berjalan’, sedangkan gobi-nya yaitu [い i] dan [ ku] sebagai makna gramatikalnya.

2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Dalam bahasa Jepang, makna denotatif adalah meijiteki imi 明示的意味 atau gaien 外縁. Makna denonatif adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan oleh analisis komponen Kridalaksana, 2008:149. Sedangkan makna konotatif dalam bahasa Jepang adalah anjiteki imi 暗示 的 意 味 tau naihou 内 包 . Makna konotatif yaitu makna yang ditimbulkan perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicara. Perbedaan makna denotatif dan konotatif dapat kita lihat dari contoh berikut ini: - Ureshii う い dan tanoshii 楽 い Makna denotatif dari kedua kata tersebut sama, karena memiliki referen yang sama yaitu ‘senang’, tetapi nilai rasa berbeda. Kata ureshii merujuk pada rasa gembira yang biasanya disertai rasa terharu, tanoshii lebih kepada rasa senang yang ada prosesnya. - Chichi 父 dan oyaji 親父 Universitas Sumatera Utara 33 Makna denotatif kedua kata tersebut sama yaitu ‘ayah’, tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi digunakan lebih formal dan halus, oyaji terkesan lebih akrab dan dekat.

3. Makna Dasar dan Makna Perluasan

Makna dasar disebut dengan kihon-gi 本義 merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud adalah makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini. Hal ini perlu ditegaskan karena berbeda dengan gen-gi 原義 atau makna asal. Dalam bahasa Jepang modern banyak sekali makna asal suatu kata yang sudah berubah dan tidak digunakan lagi. Sutedi, 2004:116 Makna perluasan atau disebut juga dengan ten-gi 義 merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas hiyu.

4. Makna Kontekstual

Makna kontekstual contextual meaning, situational meaning adalah hubungan antar ujaran dan situasi di mana ujaran itu dipakai Kridalaksana, 2008:149. Sehubungan dengan hal itu Parera 2004:47 berpendapat bahwa makna sebuah kata terikat pada lingkungan kultural dan ekologis pemakai bahasa tertentu. Lebih lanjut, Parera mengatakan teori kontekstual mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks. Universitas Sumatera Utara 34 Dalam skripsinya Roma Tiodolores 2012:36-37 menulis, konteks yang dimaksud adalah a konteks perorangan, dalam hal ini berkaitan dengan jenis kelamin, kedudukan pembicara, usia pendengarpembicara, latar belakang social ekonomi pendengarpembicara; b konteks situasi, misalnya situasi aman, situasi ribut, dan lain-lain; c konteks tujuan, seperti meminta, mengahrapkan sesuatu; d konteks formaltidaknya pembicara; e konteks suasana hati pembicara pendengar, misalnya, takut, gembira, jengkel; f konteks waktu misalnya malam, pagi; g konteks tempat, apakah tempatnya di pasar, di sekolah atau di luar bioskop; h konteks objek, maksudnya apa yang menjadi fokus pembicaraan; i konteks alat kelengkapan pembicarapendengar pada pembicarapendengar; j konteks kebahasaan, maksudnya apakah memenui kaidah bahasa yang digunakan kedua belah pihak; dan k konteks bahasa, bahasa apa yang digunakan. Pateda, 2001:116

5. Makna Tekstual

Menurut Pateda 2001:129, makna tekstual textual meaning adalah makna yang timbul setelah membaca teks secara keseluruhan. Makna tekstual tidak diperolah hanya melalui makna setiap kata atau pun setiap kalimat, tetapi makna tekstual dapat ditemukan setelah sesorang membaca keseluruhan teks. Dengan demikian makna tekstual lebih berhubungan dengan bahasa tertulis. Orang harus membaca teks secara keseluruhan, setelah itulah baru maknanya dapat ditentukan. Makna tekstual lebih berhubungan dengan amanat, pesan, atau boleh juga tema yang ingin disampaikan melalui teks.

2.4 Pengertian Sinonim

Universitas Sumatera Utara 35 Salah satu hubungan antara satu makna dan makna lain secara leksikal adalah sinonim. Secara etimologi, sinonim atau dalam bahasa Inggris synonym berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma atau ‘nama’ dan syn ‘dengan’. Secara harafiah, kata sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Chaer, 1995:82 Dalam bahasa Jepang sinonim disebut dengan ruigigo. Pengertian ruigigo menurut Shirou 1984:969 adalah: “katachi wa chigau ga, arawasu imi ga daitai nikayotteiru tango. Tatoeba jikan to jikoku ….nado.” Artinya, yang dimaksud dengan sinonim adalah kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi mengandung pengertian atau makna yang hampir sama. Misalnya kata jikan, jikoku, dan lain-lain. Dari pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian sinonim ruigigo adalah beberapa kata yang memiliki makna yang hampir sama. Berbicara mengenai kesamaan makna, ada prinsip semantik yang mengatakan bahwa apabila bentuk berbeda maka makna pun berbeda, walaupun perbedaan hanya sedikit. Begitu pun dengan kata yang bersinonim ruigigo karena setiap kata yang mempunyai bentuk yang berbeda maka maknanya pun tidak persis sama. Universitas Sumatera Utara 36

BAB III ANALISIS SEMANTIK FRASA

“ISHIKEI + TO OMOU” DAN “JISHOKEI + TSUMORI” Pada bab sebelumnya telah dipaparkan pengertian frasa ishikei + to omou dan jishokei + tsumori. Dalam bab ini, penulis akan mencoba menganalisa pemakaian frasa ishikei + to omou dan jishokei + tsumori yang terdapat pada beberapa buku dan majalah bahasa Jepang sesuai dengan pendapat beberapa ahli yang telah dipaparkan sebelumnya. 3.1 Makna Frasa “Ishikei + To Omou” Struktur frasa ishikei + to omou adalah sebagai berikut: V inf 思う 行 う 思う Struktur ini akan lebih jelas apabila diaplikasikan dalam kalimat sebagai berikut : Cuplikan 1 : 伯父 建築技師 簇 富 大 父 伯父 金 浪費 私 子 時代 祖 母 泣い い 覚え い 大学 入 , 伯父 祖 Universitas Sumatera Utara