The Geneva Phonogram Convention The Digital Millennium Copyright Act DMCA di Amerika Serikat

82 persyaratan administratif, sebab pada dasarnya, pencipta suatu karya harus memberikan perlindungan tanpa formalitas terutama karya yang tidak diumumkan. 3 . The Rome Convention Pada konferensi internasional yang membahas revisi Konvensi Bern di Roma tahun 1928 muncul suatu rekomendasi dari negara-negara peserta Bern Union yang berkepentingan mengatur perlindungan hak-hak pelaku artis performing rights. Kemudian pada tahun 1961 ditandatangani suatu perjanjia internasional yaitu Convention for the Protection of Performers, Producers of Phonograms and Broadcasting Organization atau yang dikenal sebagai The Rome Convention. Maksud dan tujuan utama diadakannya Konvensi Roma adalah menetapkan pengaturan secara internasional perlindungan hukum tiga kelompok pemegang hak-hak yang berkaitan dengan Hak Cipta yang sampai sekarang ini terdiri dari tiga kelompok kemungkinan kelak berkembang lebih yang masing-masing mempunyai hak-hak tersendiri yang disebut hak-hak yang berkaitan related rights neighbouring rights. Tiga kelompok pemegang Hak Cipta dimaksud adalah: - Artis-artis pelaku performing artists, yang terdiri dari penyanyi, aktor, musisi, penari, dan lain-lain pelaku yang mempertunjukkan karya-karya sastra dan seni; - Produser-produser rekaman producers of phonograms; - Lembaga-lembaga penyiaran broadcasting organization.

4. The Geneva Phonogram Convention

Setelah 9 tahun berlakunya Konvensi Roma 1961 beberapa negara anggota berpendapat bahwa perlindungan yang diberikan oleh Konvensi terhadap produsen Universitas Sumatera Utara 83 rekaman suara belum memberikan hasil yang memadai. Untuk merespon hal tersebut WIPO dan UNESCO menyelenggarakan pertemuan Konferensi Diplomatik di Jenewa yang menerima suatu rancangan The Geneva Phonograms Convention dan kemudian menerimanya sebagai suatu konvensi pda 1 Januari 1996. Konvensi Jenewa menetapkan suatu kewajiban setiap negara peserta Konvensi untuk melindungi produsen rekaman suara yang merupakan warga negara dari negara peserta lain konvensi terhadap pembuatan duplikasi perbanyakan tanpa persetujuan dari produsen. Yang dimaksud dengan phonogram atau rekaman suara adalah fiksasi eksklusif dari suara yang dapat didengar dalam bentuk apa saja, seperti kaset, CD, LD, VCD, dan sebagainya. Perlindungan hukum yang diberikan kepada produser rekaman pada dasarnya adalah sekumpulan kaidah hukum yang mempunyai karakteristik tersendiri dan merupakan bagian dari pengaturan umum Hak Cipta sehingga menjadi suatu hukum lex specialis dari ketentuan hukum yang mengatur neighbouring rights . 100

5. WIPO

Copyright Treaty Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual Dunia atau disebut juga World Intellectual Property Organization WIPO adalah merupakan salah satu badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa. WIPO dibentuk pada tahun 1967 dengan tujuan untuk mendorong kreativitas dan memperkenalkan perlindungan kekayaan intelektual ke seluruh dunia. Pembentukannya dilakukan pada tanggal 14 Juli 1967 di Stockholm berdasarkan Convention Establishing the World Intellectual Property 100 Ibid., hal.47 Universitas Sumatera Utara 84 Organization . WIPO bertugas mengembangkan dan melindungi Hak Kekayaan Intelektual di seluruh dunia, melakukan kerjasama di antara negara-negara di dunia dan mengadakan kerjasama dengan organisasi internasional lainnya. 101 Pada bulan Desember 1996 di Jenewa, Swiss, WIPO mengadakan Konferensni Diplomatik untuk membahas perkembangan perlindungan terhadap hak terkait hak-hak pelaku dan produser rekaman suara di berbagai negara. Sebagai hasil konferensi tersebut telah disetujui WIPO Performances and Phonograms Treaty . Traktat ini menjelaskan hak-hak pelaku hak moral dan hak ekonomi dari produser rekaman suara sebagaimana sudah diatur sebelumnya dalam Konvensi Roma. Hal-hal baru dalam traktat ini, selain yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan kewajiban-kewajiban mengenai informasi manajemen hak rights management information , adalah mengenai jangka waktu perlindungan hak. 102

C. Perlindungan Terhadap Hak Cipta Digital di Beberapa Negara 1.

Copyright Law 1976 di Amerika Serikat Dalam Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat 1976 berikut adalah pasal yang mengatur perlindungan Hak Cipta berkaitan dengan media digital sebelum munculnya DMCA di Amerika Serikat. Dalam Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat 1976 perlindungan Hak Cipta karya seseorang memberikan batasan-batasan terutama yang menyangkut fair use. Doktrin fair use diatur dalam Undang-Undang 101 Ibid., hal. 47 102 Ibid., hal. 48 Universitas Sumatera Utara 85 Hak Cipta yang dikenal dengan sebutan 17 U.S.C Section 107. 103 Pada awal Section 107 undang-undang menjelaskan bahwa fair use menyalin dengan tujuan seperti kritikan, komentar, laporan berita, kegiatan belajar mengajar termasuk penggunaan salinan materi untuk keperluan kelas, beasiswa, atau penelitian bukanlah suatu pelanggaran terhadap Hak Cipta. 104 Section ini memberikan batasan tindakan pengajar dan pelajar untuk menggunakan fair use sebagai pedoman dalam belajar mengajar. Pengajar dapat menyalin beberapa bab dari buku, artikel dari majalah yang terbit secara berkala maupun surat kabar, cerita pendek, esai pendek atau puisi pendek, apakah itu termasuk gambar dari atau tidak dalam karya kolektif, kemudian tabel, diagram, lukisan, kartun atau gambar dari buku atau surat kabar. 105 Faktor-faktor yang tercantum dalam Undang-Undang Hak Cipta ini yang digunakan sebagai pedoman adalah sebagai berikut: 106 a. Tujuan dan Karakter Penggunaan Pada tahun 1994, The US Supreme Court menyatakan bahwa tujuan dan karakter penggunaan adalah faktor utama untuk memutuskan apakah suatu perbuatan termasuk kualifikasi fair use atau tidak. Faktor ini memfokuskan pada pemeriksaan pengadilan pada tipe penggunaan bukan tipe pengguna. Sebagai tambahan, untuk mengevaluasi efek dari faktor pada fair use dengan teknologi, pengadilan harus mengevaluasi karakter komersial dan keaslian 103 17 U.S.C. Section 107, http:www.law.cornell.eduU.S.code17107.shtml, diakses tanggal 25 November 2012. 104 Ibid. 105 Ibid. 106 Ibid. Universitas Sumatera Utara 86 perubahan bentuknya. 107 Saat ini yang marak terjadi pada dunia pendidikan adalah apakah materi yang digunakan mampu menciptakan sesuatu karya cipta yang baru, atau apakah materi tersebut mampu menghasilkan suatu salinan karya cipta baru. Hal paling penting lainnya adalah nilai dari karya cipta asli milik pencipta dan informasi yang ditambahkan. Hal ini berarti bahwa fair use terpenuhi jika orang yang menggunakan karya cipta pencipta menambahkan suatu informasi baru dan memiliki perbedaan dengan karya asli pencipta sebelumnya. b. Keaslian Karya Cipta Faktor ini menitik beratkan pada orisinalitas. Berdasarkan jarangnya faktor ini muncul pada kasus-kasus, badan legislatif dan pengadilan menyatakan bahwa faktor ini memiliki pengaruh paling sedikit dari faktor analisis fair use. 108 Keaslian dari karya cipta dapat dikatakan menggunakan doktrin fair use bila si pengguna karya cipta memanfaatkan hasil karya yang telah dipublikasikan atau karya faktual daripada karya yang belum dipublikasikan atau karya fiksi. Hal ini disebabkan orisinalitas penulis memiliki hak untuk mengontrol penampilan publik pertama kalinya lewat ekspresi. c. Jumlah dan Porsi Substansi Isi Yang Digunakan 107 53William F Pantry and Shira Perlmutter, Fair Use Misconstrued: Profit, Presumption, and Parody ,11 Cardozo Arts Ent. L.J. 667,676 1993 108 Universal City Studios, Inc v Sony Corp of Am, 659 F.2d 963, 972 9th Cir 1981, rev’d, 464 U.S.417 1984, “The legislative history and the case law dealing with this factor rather sparse ..” Universitas Sumatera Utara 87 Alat yang digunakan untuk memutuskan berapa banyak jumlah dan substansi yang digunakan adalah “makin sedikit apa yang diambil, makin besar pula perbuatan tersebut berada pada kategori doktrin fair use”. Ini berarti makin sedikit materi yang diambil makin besar kemungkinan bahwa perbuatan tersebut termasuk doktrin fair use dan bukan pelanggaran Hak Cipta. 109 d. Efek dari Penggunaan Karya Cipta Tersebut Terhadap Pasar Faktor ini berhubungan dengan potensi pemasaran atas barang yang diciptakan menggunakan tindakan fair use. Faktor ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi pasar atas karya cipta baru yang dihasilkan tersebut. Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat selalu mencoba untuk menggali fakta bahwa suatu kasus akan memiliki excuse jika dampak insentifnya pada pencipta adalah minimal. 110

2. The Digital Millennium Copyright Act DMCA di Amerika Serikat

Digital Millennium Copyright Act DMCA adalah sebuah amandemen terhadap Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat. DMCA disahkan dalam menanggapi kurang mengakomodirnya Undang-Undang Hak Cipta Amerika Serikat yang membahas sifat teknologi dan bagaimana hal itu mempengaruhi Undang- Undang Hak Cipta yang lebih dulu ada. Pemegang Hak Cipta di Amerika Serikat merasa bahwa banyak undang-undang tidak memberikan perlindungan yang cukup bagi karya-karya mereka. DMCA menjadi sebuah solusi hukum bagi perlindungan 109 March Lindsey, “Chapter Five: The Mystic Doctrine of Fair Use” in Copyright Law on Campus, 17, Washington State University Press, Washington State, 2003. 110 17 U.S.C. Section 107, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara 88 terhadap suatu keaslian konten Hak Cipta dan keaslian produk Hak Cipta yang berformat digital. Amerika Serikat menandatangani dua perjanjian yang menawarkan perlindungan lebih bagi para pemegang Hak Cipta internasional dan juga dibahas isu- isu teknologi yang relevan untuk menjaga Hak Cipta yang aman. Perjanjian WIPO Copyright Treaty WCT dan WIPO Performances and Phonograms Treaty WPPT yang ditandatangani oleh Amerika Serikat pada bulan Desember 1996 dan diratifikasi oleh Kongres. Perjanjian ini bertujuan memperluas akses untuk perlindungan pemegang Hak Cipta di negara masing-masing. DMCA dibagi ke dalam 5 lima bab atau judul yaitu: Title I: The WIPO Copyright and Performances and Phonograms Treaties Implementation Act of 1998. Bab ini implementasi dari perjanjian WIPO yang mana Amerika Serikat adalah negara yang menandatangani perjanjian WIPO. Title II: The Online Copyright Infringement Liability Limitation Act. Bab ini menjelaskan pembatasan-pembatasan akan kewajiban dari penyedia jasa layanan online dalam hal pelanggaran hak cipta ketika terlibat dalam beberapa jenis kegiatan online. Title III: The Computer Maintenance Competition Assurance Act. Bab ini menjelaskan tentang pengecualian untuk membuat salinan program komputer untuk tujuan pemeliharaan atau perbaikan. Title IV: Miscellaneous Provisions. Bab ini berisi beberapa ketentuan lain yang berkaitan dengan fungsi Dewan Hak Cipta, pendidikan jarak jauh, Universitas Sumatera Utara 89 ketentuan untuk membantu perpustakaan dengan menjaga phonorecords dari rekaman suara, ketentuan yang berkaitan dengan perundingan bersama dan pengalihan hak film. Title V: The Vessel Hull Design Protection Act. 111 DMCA membatasi kemampuan untuk membuat, menjual atau mendistribusikan perangkat yang melanggar perlindungan Hak Cipta. Dari Title I DMCA Section 103 menambahkan Bab 12 baru sampai bagian ke 17 dari US Code. Section baru 1201 mengimplementasikan kewajiban untuk memberikan perlindungan yang memadai dan efektif terhadap tindakan pelanggaran yang mana teknologi digunakan oleh pemilik Hak Cipta untuk melindungi karya-karya mereka. Section 1201 membagi langkah-langkah pencegahan akses teknologi menjadi dua kategori: 1. Mencegah akses yang tidak sah ke karya yang berhak cipta 2. Mencegah copying tidak sah dari karya berhak cipta Membuat atau menjual perangkat atau layanan yang disalahgunakan dengan menggunakan teknologi dilarang. Ketentuan larangan untuk menghindari akses tidak sah ke hasil karya yang berhak cipta dimungkinkan tetapi sulit untuk melarang tindakan copying tidak sah terhadap karya yang berhak cipta. Section 1201 ini sesungguhnya tidak melarang penggunaan media teknologi dalam memanfaatkan karya yang berhak cipta tetapi pemanfaatan yang adil dan ditujukan untuk mencegah copying tidak sah. 111 Source: Wikipedia, http:en.wikipedia.orgwikiDigital_Millennium_Copyright_Act, diakses tanggal 25 November 2012. Universitas Sumatera Utara 90 Title II dari DMCA menambahkan Section 512 yang baru untuk membuat pembatasan tanggung jawab atas pelanggaran Hak Cipta oleh penyedia layanan online service provider. Pembatasan didasarkan pada empat kategori berikut oleh sebuah service provider: 112 1. Transitory Communications 2. System Caching 3. Storage of information on systems or networks at direction of users 4. Information Location Tools Setiap pembatasan berkaitan dengan fungsi yang terpisah dan berbeda, apakah service provider memenuhi syarat terhadap pelanggaran pembatasan yang tercantum dalam Title II Section 512 n. Kegagalan service provider dalam terpenuhinya syarat pelanggaran suatu pembatasan dalam Section 512 tidak selalu membuatnya bertanggung jawab atas pelanggaran Hak Cipta. Pemilik Hak Cipta masih harus membuktikan bahwa service provider telah melakukan pelanggaran Hak Cipta, dan service provider masih mungkin melakukan pembelaan, seperti adanya asas pemanfaatan karya cipta yang adil, yang dimungkinkan bagi tergugat pada umumnya Section 512 i. Selain membatasi tanggung jawab service provider, Title II berisi prosedur dimana pemilik Hak Cipta dapat memperoleh panggilan dari pengadilan federal yang memerintahkan service provider untuk mengungkapkan identitas pelanggan yang diduga terlibat dalam kegiatan pelanggaran Hak Cipta Section 512 h. Section 512 juga memuat ketentuan untuk memastikan bahwa service provider 112 Ibid. Universitas Sumatera Utara 91 tidak ditempatkan pada posisi memilih antara pembatasan tanggung jawab dan menjaga privasi pelanggan mereka. Subsection m secara eksplisit menyatakan bahwa tidak ada dalam Section 512 bahwa service provider memonitor layanan atau akses material yang melanggar hukum. Dalam dunia virtual plagiarisme dan pelanggaran Hak Cipta sangat sulit dibedakan. Keduanya sangat berkaitan dengan doktrin fair use. Orang mungkin saja menggunakan doktrin fair use, terutama pada media internet asalkan memenuhi faktor yang menjadi pedoman suatu perbuatan dikatakan fair use. DMCA tidak menjelaskan mengenai faktor untuk menentukan apakah suatu perbuatan tergolong fair use atau tidak pada media internet karena pada dasarnya faktor yang digunakan adalah sama dengan faktor yang telah disebutkan pada US Copyright 1976 Section 107. DMCA lebih mengatur mengenai tindakan pelanggaran melalui media internet secara teknis, seperti tanggung jawab provider internet, kontrak dan lisensi para pihak di internet, atau bentuk tindakan transfer pada internet.

3. Copyright Act 1987 di Malaysia