54
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 yang kembali direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
dan direvisi terakhir kali menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang hingga sekarang berlaku di Indonesia.
Pergantian ketentuan hukum melalui pembaruan sejumlah undang-undang tersebut tidak lepas dari peran Indonesia dalam hubungan internasional. Pada tahun
1994 Indonesia telah meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization-WTO yang mencakup perjanjian tentang perdagangan
yang Terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual TRIPs. Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997
Indonesia meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Dan Indonesia juga meratifikasi Perjanjian Hak Cipta yang disahkan
oleh World Intellectual Property Organization WIPO melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997.
Perlindungan Hak Cipta mempunyai jangka waktu hidup yang lama, umumnya selama 50 tahun, meskipun saat mulainya berbeda-beda bergantung pada
tipe karya cipta yang bersangkutan. Hukum Hak Cipta sifatnya praktis dan telah berkembang untuk mengimbangi perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan
teknologi.
C. Karya Cipta Digital Yang Dilindungi Di Indonesia
Dalam karya-karya yang dihasilkan dari atau oleh media digital, skill manusia dapat ditemukan masing-masing pada diri orang yang memasukkan informasi ke
Universitas Sumatera Utara
55
dalam komputer untuk menghasilkan output atau pada karya cipta yang menyangkut penulisan program yang digunakan atau kombinasi keduanya.
73
Dari banyaknya kasus karya cipta digital yang dihasilkan dari media digital menimbulkan kesulitan-
kesulitan untuk menyatakan secara tegas apakah karya itu berpengarang seorang manusia atau bukan.
74
Contoh-contoh dari karya cipta yang dihasilkan dengan bantuan teknologi media digital diantaranya: dokumen-dokumen yang dihasilkan dengan menggunakan
sistem word processing, CAD Computer Aided Designs, musik yang ditulis dengan memakai suatu program yang dirancang untuk membantu komposisi musik; atau
suatu laporan keuangan yang dihasilkan dengan menggunakan program spreadsheet dan sebagainya. Dari karya yang dihasilkan tersebut, orang yang mengoperasikan
sistem tersebut menggunakan teknologi media digital untuk mencapai hasil-hasil yang ingin diperolehnya. Media program seperti itu semata-mata hanya alat yang
memungkinkan operator menggunakan daya kreatifitas dan imajinasi seluas-luasnya dan efisien. Contoh-contoh karya cipta berbasis digital di atas sesungguhnya telah
mendapat perlindungan hukum karena mencakup
75
: a. buku, program komputer, pamphlet, perwajahan layout karya tulis yang
diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;
c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; d. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;
e. drama atau drama musical, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomime;
73
David I. Bainbridge, Op.Cit, hal. 39
74
Ibid.
75
Lihat Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Universitas Sumatera Utara
56
f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;
g. arsitektur; h. peta;
i. seni batik; j. fotografi;
k. sinematografi; l. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan. Untuk spesifikasi ciptaan yang menggunakan berbasis teknologi mutakhir
juga telah diatur oleh UUHC yang mana dalam Pasal 28 ayat 1 menyatakan: “ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya
di bidang cakram optic optical disc, wajib memenuhi semua peraturan perizinan dan persyaratan produksi yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang”. Jika seseorang
dinyatakan melanggar Pasal 28 UUHC tersebut akan dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 5 lima tahun dandenda paling banyak seratus lima puluh miliar
rupiah.
76
Isu yang terkait dengan teknologi digital dan internet dengan materi yang dilindungi Hak Cipta diimplikasikan oleh dua agenda yakni The World Intellectual
Property Organization WIPO Copyright Treaty dan WIPO Performances and
Phonograms Treaty yang telah diratifikasi melalui Keputusan Presiden Keppres RI
Nomor 19 Tahun 1997. Standar pengaturan kedua agenda tersebut yang sering disebut
dengan Digital
Agenda sebenarnya
memperluas perlindungan
hak
76
Lihat Pasal 72 ayat 9 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Universitas Sumatera Utara
57
ekonomi economic right dari pencipta atau pemegang Hak Cipta dan pemegang hak terkait dengan Hak Cipta:
77
1. Memperluas hak untuk mengkomunikasikan the right of communication to the
public yang
terdapat dalam Berne
Convention ,
yakni termasuk
mengumumkan dalam bentuk teks dan citra text and image. 2. Menambahkan adanya hak penyediaan secara memadai bagi masyarakat the
right of making available to the public karena penentuan akses tidak lagi
tergantung pada pencipta tapi terserah pada pengguna internet. 3. Memberikan perlindungan dari tindakan yang bersifat penyalahgunaan
teknologi. 4. Melindungi dari tindakan penghapusan atau penghilangan hak pengelolaan
informasi secara elektronik yang melekat pada karya cipta terkait dengan sarana teknologi.
Standar ini juga diterapkan bagi ciptaan pertunjukan dan karya rekaman suara yang ditampilkan secara digital atau melalui media internet. Maraknya aktifitas
mengunduh musik digital yang paling banyak saat ini yang biasanya dalam format MP3 dengan memanfaatkan media internet. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
pelanggaran Hak Cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak eksklusif dari pencipta atau pemegang Hak Cipta. Hak eksklusif dalam hal ini adalah hak untuk
mengumumkan atau
memperbanyak suatu
ciptaan. Perbuatan
mengunduh
77
Rahmi Jened, “Tantangan Internet dan Teknologi Digital Bagi Perlindungan Hak Cipta”, http:rjparinduri.wordpress.com20100807tantangan-internet-dan-teknologi-digital-bagi-perlind-
hak-cipta, diakses tanggal 5 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
58
atau download karya cipta digital berformat MP3 melalui internet jika tujuannya untuk disebarluaskan atau untuk kepentingan komersial, maka hal tersebut termasuk
pelanggaran Hak Cipta sebagaimana diatur Pasal 72 ayat 1 UUHC. Demikian pula, jika perbuatan mengunduh karya cipta digital MP3 tujuannya adalah untuk
kepentingan sendiri, maka perbuatan tersebut juga dapat dikategorikan pelanggaran Hak Cipta apabila merugikan kepentingan ekonomi yang wajar dari pencipta atau
pemegang Hak Cipta. Royalti merupakan pembayaran yang dilakukan atas penggunaan suatu
ciptaan kepada pemegang Hak Cipta. Para pengguna yang wajib meminta izin dan membayar royalti adalah pihak-pihak yang memperdengarkan lagu-lagu dan
mempertunjukkan lagu pada kegiatan-kegiatan yang bersifat komersial. Apabila suatu karya cipta digunakan untuk kepentingan sendiri tidak ada kewajiban untuk
membayar royalti. Yang dapat dituntut dalam hal ini adalah pembayaran atas produk karya, bukan atas Hak Cipta, sehingga tidak terkait dengan royalti. Sebagai tambahan,
pembelian suatu karya atau lagu adalah dalam pembelian produk lagu itu saja, bukan Hak Cipta atas lagu tersebut.
Perbuatan melawan
hukum sebagaimana
diatur dalam
Pasal 1365
KUHPerdata. Unsur-unsur perbuatan melawan hukum adalah: 1 adanya perbuatan; perbuatan tersebut melawan hukum,
2 adanya kerugian, 3 adanya kesalahan, dan
Universitas Sumatera Utara
59
4 adanya hubungan sebab akibat kausalitas antara perbuatan melawan hukum dengan akibat kerugian yang ditimbulkan.
Melawan hukum adalah melanggar hak subjektif orang lain. Mengunduh karya cipta digital melalui internet dapat dikatakan melanggar hak ekonomi pemegang Hak Cipta
yang memiliki hak eksklusif untuk mengeksploitasi hal-hak ekonomi yang terkadung dalam suatu Hak Cipta. Pasal 1365 KUHPerdata yang mengatur mengenai perbuatan
melawan hukum adalah pasal yang bersifat umum dan setiap orang dapat saja menggunakan pasal ini untuk menuntut seseorang yang dianggap telah melakukan
perbuatan yang melawan hukum dan menimbulkan kerugian bagi dirinya, termasuk perbuatan mengunduh lagu-lagu yang dilakukan oleh pengunduh.
Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta juga telah mengatur sedemikian rupa mengenai gugatan ganti rugi bagi pelanggaran Hak Cipta. Gugatan
ganti rugi dapat diajukan oleh pencipta atau pemegang Hak Cipta kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran hak ciptanya, berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat 1 UUHC
dan berhak meminta penyitaan terhadap benda hasil perbanyakan ciptaan itu. Pelanggar Hak Cipta dapat dikenakan sanksi pidana yaitu pidana penjara minimal
satu bulan dan atau denda minimal Rp 1.000.000 satu juta rupiah, atau pidana penjara maksimal tujuh tahun dan atau denda maksimal Rp. 5.000.000.000 lima
miliar rupiah.
78
Karya cipta digital lainnya yang sering dimanfaatkan adalah e-book sebagai suatu karya tulis yang disimpan dalam media digital adalah merupakan suatu ciptaan
78
Lihat Pasal 72 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Universitas Sumatera Utara
60
yang dilindungi sebagaimana diatur dalam Pasal 12 UUHC. Bila dikaitkan dengan hak dari penulis yang dalam hal ini penulis e-book sebagai pencipta disebutkan
dalam Pasal 1 ayat 4 UUHC bahwa “Pemegang Hak Cipta adalah pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak
lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.” Maka berdasarkan UUHC seorang penulis e-book adalah pencipta yang memiliki Hak Cipta
dari e-book ciptaannya. Sedangkan Pasal 2 ayat 1 UUHC menyatakan bahwa: “Hak Cipta
merupakan hak eksklusif
bagi pencipta
atau pemegang
Hak Cipta
untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku.” Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UUHC hanya pencipta
atau pemegang
Hak Cipta
yang berhak
mengumumkan atau
memperbanyak e-book tersebut, atau untuk mengumumkan atau memperbanyak e- book
tersebut haruslah dilakukan atas seizin dari pencipta atau pemegang Hak Cipta e-book tersebut.
Dalam dunia akademik, karya tulis merupakan media penyampaian konsep yang berisi ide atau gagasan. Obyek perlindungan Hak Cipta meliputi karya ilmu
pengetahuan, termasuk buku dan karya seni literary and artistic works. Konvensi Bern menempatkan buku sebagai salah satu jenis ciptaan yang dilindungi.
Perlindungan hukum diberikan untuk selama waktu tertentu memiliki hak eksklusif berdasarkan kaidah-kaidah, norma dan etika yang berlaku. Karena dianggap pula
sebagai media untuk sarana komunikasi, buku memiliki format tertentu yang harus
Universitas Sumatera Utara
61
diperhatikan dan dipatuhi oleh penulisnya. Buku dan karya tulis juga mengenal bentuk, format dan sistematika
79
, seperti buku yang telah berformat menjadi e-book. Secara kategoris buku dikelompokkan dalam karya tulis ilmiah
80
dan non ilmiah atau yang lazim disebut buku popular.
81
Karya ilmiah ditulis dengan mendasarkan pada aturan dan teknik tertentu. Dalam kerangka pengaturan Hak Cipta,
karya semacam itu lazim disebut lierary works, yaitu ciptaan selain karya drama atau musik yang diwujudkan secara tertulis, atau diucapkan atau didendangkan, yang
meliputi pula tabel dan kompilasi data, di luar database, program komputer, berikut persiapan desain materi untuk program komputer.
82
Maka dari itu ciptaan berupa karya tulis atau buku yang dihasilkan dalam media atau format berteknologi tinggi
dilindungi oleh hukum nasional maupun internasional.
D. Hak-Hak Atas Karya Cipta Digital