Kerangka Teori Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia

13 permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Hak Cipta memberi kewenangan yang sangat luas bagi pencipta. Secara konseptual kedudukan pencipta berada pada tempat yang sangat terhormat di tengah- tengah masyarakat. 12 John Locke, filsuf Inggris abad ke-18 dalam kaitan antara Hak Cipta dan hukum alam mengemukakan bahwa “hukum Hak Cipta memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seorang pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat”. 13 Dalam bukunya klasiknya, “The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning Toleration ” John Locke mengajukan sebuah postulasi pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut atau dipreteli oleh negara. 14 Dalam bukunya, Locke juga mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas 12 Otto Hasibuan, Hak Cipta di Indonesia, Alumni, Bandung, 2008, hal. 51 13 Hendra Tanu Atmaja, Hak Cipta-Musik atau Lagu Cet-I, UI-Press, Jakarta, 2003, hal. 19 14 Otto Hasibuan, Op.Cit, hal. 52 Universitas Sumatera Utara 14 manusia. 15 Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia. 16 Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual. Dalam konteks zaman modernitas saat ini, dasar untuk mendukung atau justifikasi perlindungan dan penghargaan terhadap Hak Cipta mungkin tidak cukup lagi berdasarkan teori hukum alam. S.M Stewart mengemukakan argumentasinya yang cukup representatif mengapa Hak Cipta harus dilindungi dan dihargai: 17 a. Alasan keadilan the principle of nature justice Pengarang adalah pencipta atau pembuat suatu karya yang merupakan ekspresi kepribadiannya. Sebaiknya, dia mampu memutuskan apakah dan bagaimanakah karyanya dipublikasikan serta mencegah kerugian atau perusakan karya intelektualnya. b. Alasan ekonomi the economic argument 15 John Locke, Two Treatises of Government, edited and introduced by Peter Laslett, 1988, hal. 285 dalam “Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era Globalisasi”, Syafrinaldi, UIR Press, 2010, hal. 7 16 Magreth Barrett , HAKI melindungi dan sekaligus memberi insentif terhadap kreatifitas manusia, Intellectual Property, Emanuel Law Outline, 1997, page 1et seq. 17 S.M Stewart, International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition, BuuterworthsCo Publisher Ltd, London, 1989, p. 3-4. Universitas Sumatera Utara 15 Di era modern, investasi sangat dibutuhkan untuk membuat suatu kreasi. Karena kreasi semua pekerjaan secara praktis bertujuan untuk menyediakannya bagi publik, sehingga prosesnya juga, seperti publikasi dan distribusi juga mahal. c. Alasan budaya the cultural argument Karya yang dihasilkan oleh pencipta merupakan asset nasional. Oleh karena itu, dorongan atau hadiah kreatifitas adalah demi kepentingan publik sebagai suatu kontribusi terhadap pembangunan budaya nasional. d. Alasan sosial the social argument Penyebaran karya-karya terhadap sejumlah besar orang membentuk hubungan mata rantai antara kelompok tingkatan, kelompok rasial, kelompok usia, sehinga menciptakan perpaduan sosial, pencipta dalam hal ini memberikan pelayanan sosial jika ide atau pengalaman para pencipta dapat disebarkan ke masyarakat luas dalam waktu singkat, berarti mereka memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial. Hak Cipta pertama kali mendapat perlindungan di tingkat internasional pada tanggal 9 September 1886 melalui Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works. Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional dalam bidang hak cipta yaitu Bern Convention for the Protection of Artistic and Literary Works Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra melalui Keppres No.18 tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Treaty Perjanjian Hak Universitas Sumatera Utara 16 Cipta WIPO melalui Keppres No.6 tahun 1997. Perjanjian-perjanjian yang terkandung dalam WIPO lebih bersifat spesifik di bidang-bidang HAKI tertentu. Hal ini berbeda dengan TRIPs yang justru mengatur persoalan-persoalan HAKI secara lebih komprehensif. 18 Dengan diratifikasinya konvensi-konvensi internasional di bidang Hak Cipta oleh pemerintah Indonesia, maka Indonesia memiliki komitmen untuk memberlakukan dan menerapkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam konvensi-konvensi di bidang Hak Cipta. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1982 telah mengeluarkan Undang-Undang tentang Hak Cipta yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang telah mengalami beberapa revisi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, kesemuanya ini adalah untuk melindungi karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra scientific, literary and artistic works. Kemudian yang terakhir adalah Undang- Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan pemberlakuannya tentang Hak Cipta pun telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003. Undang-Undang Hak Cipta memberikan kepada seorang pengarang atau pencipta atas sebuah ciptaan; beberapa hak ekslusif atas karya-karyanya untuk jangka waktu tertentu atau jangka waktu lebih panjang lagi. Hak-hak ini memungkinkan para pencipta untuk mengawasi pemanfaatan hak ekonomi atas karya-karya mereka dengan sejumlah cara, dan untuk itu mereka tentu berhak atas sejumlah pembayaran. 18 Ahmad M. Ramli dan Fathurahman P.Ng.J, Film Independen Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia , Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hal. 16 Universitas Sumatera Utara 17 Undang-Undang Hak Cipta, juga memberikan hak moral yang melindungi, antara lain citra dan integritas penciptanya. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dari bunyi pasal 1 ayat 1 Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, mengandung banyak unsur yang terkandung didalamnya baik bagi berhubungan dengan pencipta, penerima, karya ciptanya dan pengertian semata-mata diperlukan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Pada dasarnya Hak Cipta bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak software. Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan The copyright law protects only the expression of an idea and not the idea itself 19 karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, atau keahlian sehingga itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi dan hak moral dimana hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait, dan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang 19 Kamlesh K. Bajaj dan Debjani Nag, E-Commerce The Cutting Edge of Business, 2 nd Edition, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi, 2005, p. 243 Universitas Sumatera Utara 18 tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah dialihkan. 20 Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau penerima hak untuk: a. mengumumkan atau b. memperbanyak ciptaannya, atau c. memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hanya pencipta saja yang mempunyai hak khusus exclusive right yang dilindungi Undang-Undang yang dapat mengumumkan ciptaannya, untuk memperbanyak ciptaannya dan untuk memberi izin mengumumkan dan atau memperbanyak ciptaannya tersebut, seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal, ini berarti bahwa Hak Cipta dapat diwariskan kepada ahli warisnya seperti yang tertera dalam Pasal 4 ayat 1 Undang- Undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 yang berbunyi : “Hak Cipta yang dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum”. Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat dilakukan secara lisan tetapi harus dilakukan secara tertulis baik dengan akta notaris maupun tidak dengan akta notaris. Atas sebuah ciptaan karya dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan akan melekat dua macam hak yaitu hak ekonomi economic rights dan hak moral moral rights. Secara umum terlepas dari isi perundang-undangan suatu negara, hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptanya dan produk-produk terkait. Hak ekonomi meliputi hak untuk memperbanyak, mendistribusi, menterjemahkan, 20 Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal. 68 Universitas Sumatera Utara 19 membuat adaptasi, membuat pertunjukan, dan memperagakan display suatu karya cipta. Hak moral terdiri dari paternity right hak untuk diidentifikasi sebagai pengarang atau direktur suatu karya, integrity right hak untuk menolak perubahan atas suatu karya, dan privacy right hak pemanfaatan foto dan film. 21 Jadi seandainya Hak Cipta ini beralih atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh si pencipta, pada dasarnya yang beralih hanyalah hak ekonominya saja, sedangkan hak moralnya tetap melekat pada diri pencipta. Artinya, atas ciptaannya tersebut pencipta tetap berhak untuk dicantumkan namanya sebagai pencipta dan tidak boleh pihak ketiga mengubah ciptaan si pencipta sebagaimana aslinya tanpa izin. Dan orang lain yang melakukan tindakan yang merupakan hak khusus pencipta, baik hak ekonomi maupun hak moral, tanpa izin atau tanpa hak dianggap telah melakukan pelanggaran atas hak cipta. Pelanggaran Hak Cipta sebagaimana pula diatur dalam ketentuan Pasal 14 ayat 1 Persetujuan TRIPs mengharuskan pelaku diberikan hak untuk melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya, melakukan perbuatan-perbuatan seperti membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan atau gambar pertunjukannya; dan melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau mengkomunikasikan kepada masyarakat pertunjukan langsung mereka. Yang dimaksud dengan pelanggaran yang dilarang dalam hal ini adalah apabila perbuatan pelanggaran itu dapat merugikan 21 Chairul Anwar, Hak Cipta: Pelanggaran Hak Cipta dan Perundang-Undangan Terbaru Hak Cipta Indonesia , Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 1999. Universitas Sumatera Utara 20 pencipta dari segi ekonomis, merugikan kepentingan negara karena mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan atau bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Melanggar perjanjian berarti pelanggaran berupa perbuatan yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara pihak ketiga dengan pencipta. Hak Kekayaan Intelektual atas ciptaan dapat dikelompokkan ke dalam kategori-kategori berikut: 22 1. Hak perbanyakan right of reproduction; 2. Hak mempertunjukkan right of performance; 3. Hak menyajikan right of presentation; 4. Hak menyebarkan right of public transmission; 5. Hak menuturkan right of recitation; 6. Hak memamerkan right of exhibition; 7. Hak distribusi, mengalihkan hak milik dan meminjamkan right of distribution, transfer of ownership and lending ; 8. Hak menerjemahkan, mengaransemen, mentransformasi, dan mengadaptasi right of translation, arrangement, transformation and adaptation; 9. Hak mengeksploitasi ciptaan turunan rights in the exploitation of a derivative work . Pembajakan atau pelanggaran terhadap Hak Cipta di Indonesia sangat memprihatinkan, terutama terhadap produk-produk digital yang mudah sekali untuk diperbanyak seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi digitalisasi di Indonesia saat ini. Sehubungan dengan perkembangan teknologi digital, semua kreasi intelektual yang semula dibuat di atas kertas kemudian akan berubah wujud sebagai suatu informasi digital digital works yang direpresentasikan 22 Tamotsu Hozumi, AsiaPacific Cultural Centre for UNESCO, Asian Copyright Handbook, Seminar dan Workshop Nasional Peningkatan Kesadaran tentang Hak Cipta, 2006. Universitas Sumatera Utara 21 dalam signal digital 0 dan 1, baik yang berbentuk teks, angka, garis, gambar, warna, maupun semua jenis karakter-karakter informasi lainnya. 23 Meskipun Indonesia telah mempunyai perangkat hukum di bidang Hak Cipta, akan tetapi faktanya penegakan hukum atas pembajakan karya cipta digital ini masih dirasakan sulit dicapai, dan diprediksi pembajakan di Indonesia akan tetap terjadi, sehingga permasalahan ini pun sulit dituntaskan. Sistem HKI merupakan kesatuan antara penghasil pencipta inventor, pengusaha, dan pelindung hukum. Lemahnya sistem hukum pengaturan mengenai HKI adalah akibat kompleksnya permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang antara lain disebabkan karena penegakan hukum. Sebagai salah satu penyebab maraknya pelanggaran Hak Cipta terhadap karya cipta digital adalah kurang tegasnya aparat hukum dalam menangani pelanggaran yang terjadi. Rendahnya hukuman yang diberikan kepada pelanggar Hak Kekayaan Intelektual menandakan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran juga merupakan faktor utama lemahnya penegakan hukum di bidang HKI.

2. Konsepsi