Sejarah Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia

49 seseorang yang membeli CD lagu, berarti orang tersebut adalah pemilik CD yang berisikan lagu-lagu itu, tetapi ia bukanlah pemilik Hak Cipta dari lagu- lagu yang ada dalam CD tersebut. 66 Jika seseorang memperbanyak kaset atau CD lagu yang dibelinya untuk dijual kembali atau digunakandiperbanyak untuk kepentingan pribadi dengan tidak memperhatikan kepentingan ekonomi yang wajar, orang tersebut telah melanggar Hak Cipta. 5. Hak Cipta bukan hak mutlak absolute. Secara konseptual Hak Cipta tidak mengenal konsep monopoli penuh sehingga mungkin saja seorang pencipta menciptakan suatu ciptaan yang sama dengan ciptaan yang terdahulu dan dia tidak dianggap melanggar Hak Cipta. Bahwa ciptaan yang muncul belakangan tidak merupakan duplikasi atau penjiplakan murni dari ciptaan yang terdahulu. Kemajuan teknologi dan informasi boleh jadi tidak hanya memberikan dampak positif bagi masyarakat tetapi juga segi negatifnya. Internet sebagai media penyampaian produk digital pada hakikatnya tidak mengenal teritorial, sedangkan hukum konvensional masih saja terkungkung asas-asas teritorial sempit. 67

B. Sejarah Perlindungan Hak Cipta Di Indonesia

Istilah Hak Kekayaan Intelektual terdiri dari tiga kata kunci utama yaitu: Hak, Kekayaan dan Intelektual. Hak adalah benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang, atau 66 Lihat Penjelasan Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta 67 Iman Sjahputra, Op.Cit, hal. 66 Universitas Sumatera Utara 50 wewenang wewenang menurut hukum. Kekayaan adalalah prihal yang bersifat, ciri kaya, harta yang menjadi milik orang, kekuasaan Intelektual adalah cerdas, berakal dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan, atau yang mempunyai kecerdasan tinggi, cendikiawan, atau totalitas pengertian atau kesadaran terutama yang menyangkut pemikiran dan pemahaman. Kekayaan intelektual adalah kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia yang dapat berupa karya di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Karya ini dihasilkan atas kemampuan intelektual melalui pemikiran, daya cipta dan rasa yang memerlukan curahan tenaga, waktu dan biaya untuk memperoleh produk baru dengan landasan kegiatan penelitian atau yang sejenis. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan property terhadap karya-karya intelektual. Bagi dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai assets perusahaan. 68 Hak Kekayaan Intelektual HKI adalah instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak pada seorang atas segala hasil kreativitas dan perwujudan karya intelektual dan memberikan hak kepada pemilik hak untuk menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilikan hak tersebut. Hasil karya intelektual tersebut dalam praktek dapat berwujud ciptaan di bidang seni dan sastra, merek, penemuan di bidang teknologi tertentu dan sebagainya. Melalui perlindungan HKI pula, para pemilik hak 68 Amstrong Sembiring, “Sejarah dan Perkembangan HKI Indonesia”, http:my.greasy.comkompartasejarah_dan_perkembangan.html, diakses tanggal 2 Juni 2012. Universitas Sumatera Utara 51 berhak untuk menggunakan, memperbanyak, mengumumkan, memberikan izin kepada pihak lain untuk memanfaatkan haknya tersebut melalui lisensi atau pengalihan dan termasuk untuk melarang pihak lain untuk menggunakan, memperbanyak danatau mengumumkan hasil karya intelektualnya tersebut. Maka dari itu HKI memberikan hak monopoli kepada pemilik hak dengan tetap menjunjung tinggi pembatasan-pembatasan yang mungkin diberlakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesungguhnya Hak Cipta telah dikenal sejak zaman imperium Romawi saat berkembangnya karya dan literatur sastra dan zaman kekaisaran Cina ketika kertas pertama kali ditemukan dan dipergunakan secara luas. Referensi menyebutkan, kelahiran Hak Cipta pada saat itu sangat dipengaruhi oleh pergesaran tradisi oral kepada tradisi literal. Hal penting yang patut digaris bawahi ialah bahwa publik mulai merasa membutuhkan perlindungan hukum yang lebih spesifik atas karya cipta yang mereka hasilkan. 69 Pada permulaan abad ke-18 Hak Cipta tidak diakui sebagai hak tersendiri. Hak Cipta melekat erat dengan objek materiil yang didalamnya ciptaan ini berbentuk. Sehingga apabila dimisalkan pada suatu perjanjian kerja, atas suatu Hak Cipta otomatis akan beralih haknya ketika suatu barangbenda diserahkan dari tangan yang mengerjakan kepada pemberi kerja. 70 69 Geller Paul Edward, Copy Right History and The Future: What Culture To Do With It, Journal Copyright Society, USA, p. 210-215. 70 Sudargo Gautama, Op.Cit, hal. 7-8 Universitas Sumatera Utara 52 Istilah “hak” berasal dari bahasa Arab. Hak berarti milik atau kepunyaan. Milik adalah penguasaan terhadap sesuatu, yang penguasaannya dapat melakukan sendiri tindakan-tindakan terhadap sesuatu yang dikuasainya itu dan dapat menikmati manfaatnya. Dalam bahasa Belanda dikenal istilah Auters Rechts yang berarti hak pengarang. Kemudian istilah hak pengarang itu diganti dengan istilah Hak Cipta, dan pertama kali istilah Hak Cipta itu disampaikan oleh Sutan Mohammad Syah dalam Kongres Kebudayaan di Bandung pada tahun 1951. 71 Menurut bahasa Indonesia, istilah Hak Cipta berarti hak seseorang sebagai miliknya atas hasil penemuannya yang berupa tulisan, lukisan dan sebagainya yang dilindungi oleh undang-undang. Adapun pengertian secara yuridis menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta, pada Pasal 2 menyatakan: ”Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupun penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya maupun memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Kemudian dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, dalam Pasal 1 yang dimaksud dengan: a. Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 71 Ibid., hal. 10 Universitas Sumatera Utara 53 b. Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecakapan, keterampilan, atau keahlian yang dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi; c. Ciptaan adalah hasil setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Sejarah Hak Cipta di Indonesia bermula pada tahun 1958, bertolak dari nasionalisme ekonomi yang didengungkan Bung Karno. 72 Perdana Menteri Djuanda saat itu menyatakan Indonesia keluar dari Konvensi Bern dan menyatakan semua ketentuan hukum mengenai Hak Cipta tidak berlaku agar para intelektual Indonesia bisa memanfaatkan hasil karya cipta dan karya asing tanpa harus membayar royalti. Dengan dasar pertimbangan untuk tidak menyulitkan Indonesia dalam pergaulan masyarakat Internasional. Ketentuan lama zaman Belanda tentang Hak Cipta, yakni Auteurswet 1912 Staatblad Nomor 600 Tahun 1912 aturan kolonial pertama yang sudah disesuaikan dengan Konvensi Bern berlaku lagi. Selanjutnya pada tahun 1982 Pemerintah Indonesia mencabut pengaturan tentang Hak Cipta berdasarkan Auteurswet 1912 Staatblad Nomor 600 Tahun 1912, dan sebagai gantinya menetapkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang Hak Cipta pertama di Indonesia. Kemudian 72 Haris Munandar Sally Sitanggang, Mengenal HAKI Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk Beluknya , Esensi, Jakarta, 2008, hal. 22 Universitas Sumatera Utara 54 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 yang kembali direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 dan direvisi terakhir kali menjadi Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang hingga sekarang berlaku di Indonesia. Pergantian ketentuan hukum melalui pembaruan sejumlah undang-undang tersebut tidak lepas dari peran Indonesia dalam hubungan internasional. Pada tahun 1994 Indonesia telah meratifikasi pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia World Trade Organization-WTO yang mencakup perjanjian tentang perdagangan yang Terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual TRIPs. Ratifikasi tersebut diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994. Pada tahun 1997 Indonesia meratifikasi kembali Konvensi Bern melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. Dan Indonesia juga meratifikasi Perjanjian Hak Cipta yang disahkan oleh World Intellectual Property Organization WIPO melalui Keputusan Presiden Nomor 19 Tahun 1997. Perlindungan Hak Cipta mempunyai jangka waktu hidup yang lama, umumnya selama 50 tahun, meskipun saat mulainya berbeda-beda bergantung pada tipe karya cipta yang bersangkutan. Hukum Hak Cipta sifatnya praktis dan telah berkembang untuk mengimbangi perubahan-perubahan dan kemajuan-kemajuan teknologi.

C. Karya Cipta Digital Yang Dilindungi Di Indonesia