Latar Belakang Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen aktifitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang pekerjaan aktifitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya Informasi Information Highway dalam masa pemerintahannya guna mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi. 1 Interconnection networking internet telah menjadi sangat penting bagi manusia di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di seluruh dunia menggunakan internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya intenet. Internet dengan berbagai kelebihan dan kemudahan ternyata bukan hanya memberi manfaat kepada pelaku usaha tetapi juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada perbuatan yang melanggar hukum seperti keamanan dan privasi data juga perlindungan hukum terhadap hak-hak asasi yang dimiliki setiap netter. Dengan adanya kemajuan teknologi digital ternyata dewasa ini telah berdampak terhadap 1 Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, Raja Gravindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 30 Universitas Sumatera Utara 2 peningkatan pelanggaran Hak Cipta di Indonesia. Khususnya terhadap karya cipta digital berupa software komputer, musik digital, film digital, e-book, dan lainnya. Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Atas Kekayaan Intelektual HAKI 2 , disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik, kegiatan e- government , dan lain-lain. 3 Hak Kekayaan Intelektual merupakan bagian hukum yang berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights TRIPs yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan dengan perdagangan dalam Badan Perdagangan Dunia WTO, Hak Kekayaan Intelektual ini meliputi copyrights hak cipta, dan industrial property paten, merek, desain industri, perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang. Diantara hak-hak tersebut, Hak Cipta yang semula bernama hak pengarang author rights merupakan kajian Hak Kekayaan Intelektual yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak software. Pengaturan Hak Cipta di Indonesia berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 2 Ahmad M. Ramli, Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi di Indonesia , Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2003. 3 Syamsul Muarif, Strategi E-Government Dalam Meningkatkan Daya Tarik Investasi dan Bisnis di Indonesia , CEO BUMN Briefing X, Jakarta, 14 Oktober 2002. Universitas Sumatera Utara 3 tentang Hak Cipta. Indonesia sendiri telah menjadi anggota WTO World Trade Organization maka itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta kemudian diperbarui dengan Undang-Undang yang baru Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Sedangkan peraturan pemerintah yang mengatur Hak Cipta adalah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta. Dewan Hak Cipta seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi dan anggota masyarakat yang berkompetensi di bidang Hak Cipta berperan dalam memberikan penyuluhan dan pembimbing serta pembinaan Hak Cipta. Selain memberikan manfaat, tingginya penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil Hak Kekayaan Intelektual. Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah HAKI tumbuh dengan subur. 4 Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan dengan pembajakan Hak Cipta. Hak Kekayaan Intelektual memang berperan penting dalam kehidupan dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat dengan aspek 4 Sutan Remy Syahdeini, Kejahatan Tindak Pidana Komputer, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009, hal. 59 Universitas Sumatera Utara 4 teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya. Hak Kekayaan Intelektual adalah sistem hukum yang melekat pada tata kehidupan modern terutama pada perkembagan hukum Hak Cipta terhadap produk digital. Hak Cipta terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak software pada komputer, foto digital, musik digital, film digital bahkan yang sedang trend di kalangan akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang. Jika melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan hukum Hak Cipta antara karya cipta digital termasuk musik digital, film digital, programdokumen digital dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran Hak Cipta, karya cipta digital menjadi substansi baru dalam hukum Hak Cipta. Yang menjadi spesifikasi dalam karya cipta digital yaitu ide gagasan maupun pikiran yang sudah tertuang dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik misalnya buku, kasetCD ke dalam bentuk digital misalnya e-book, MP3 atau karya cipta yang langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan atau konversi. Namun seiring kemajuan era globalisasi saat ini, perlindungan terhadap Hak Cipta terutama karya cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Pembajakan di dunia digital ataupun pembajakan bidang selain digital pada prinsipnya adalah memperbanyak produk tanpa seizin orang atau pihak yang memiliki Hak Cipta. Universitas Sumatera Utara 5 Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik tiruan lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya diperlukan upaya sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik. 5 Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling berhubungan membentuk jaringan multimedia. Penggunaan multimedia menerapkan adanya aplikasi untuk mencampur data digital yaitu musik, foto, dan video yang berbeda untuk berinteraksi dalam kapasitas informasi yang sangat besar. Hal ini selalu memiliki dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif yang terjadi adalah pencurian dan penyalahgunaan data digital, misalnya gambar yang diambil dari internet kemudian di re-touched oleh seseorang dan hasil re-touched itu diakui sebagai karya ciptanya. Dengan memanfaatkan kelemahan sistem visual manusia, para penjahat digital menjalankan aksinya dan akibatnya merugikan banyak pihak. Digitalisasi memungkinkan perbanyakan tanpa kehilangan kualitas ciptaan asli original. Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya dengan 5 Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”, http:lawmetha.wordpress.com20110521perkembangan-hukum-hak-cipta-terhadap-produk-digital, diakses tanggal 12 Maret 2012. Universitas Sumatera Utara 6 bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi 3G. Bentuk format digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital. Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi. Beberapa keunggulan karya ciptaan dalam format digital diantaranya sebagai berikut: 1. Long distance service yaitu pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun. 2. Akses yang mudah. Akses lebih mudah karena pengguna tidak perlu mencari di katalog dengan waktu yang lama. 3. Biaya murah low cost. 4. Publikasi karya secara global. Karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet. Masyarakat tidak saja menikmati berbagai manfaat teknologi digital ketika mengeksploitasi suatu ciptaan, tetapi juga bila menciptakan ciptaan. Dewasa ini, setiap orang dapat menjadi pencipta. Namun, bersamaan dengan itu, revolusi teknologi telah menimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya dan jenis-jenis baru kejahatan. Akses ilegal oleh hackers, dan sebagainya, yang menyerang jaringan komputer, dan pembocoran data pribadi semakin merajalela. Pengelolaan informasi dalam administrasi pemerintahan, dalam setiap organisasi, dan perusahaan menjadi masalah. Karena informasi digital dapat Universitas Sumatera Utara 7 dengan mudah diubah, maka dimungkinkan setiap orang tanpa sengaja melanggar Hak Cipta orang lain. Berdasarkan data yang dimiliki, pada tahun 2009 bisnis karya cipta, musik, film, software, dan karya yang lain di internet mencapai Rp.300 Triliun. 6 Hal ini menunjukkan bahwa bisnis internet sangat menjanjikan. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan akan memblokir situs-situs download musik atau film gratis untuk melindungi dan mengapresiasi karya cipta seni di dunia virtual. Menteri Komunikasi dan Informatika Menkominfo Tifatul Sembiring mengungkapkan, maraknya download konten tidak resmi untuk musik digital di internet menimbulkan kerugian yang cukup besar. Akibat konten ini, negara dirugikan sekitar Rp. 12 Triliun per tahun. Data lainnya menyebutkan dari seluruh wilayah Indonesia, Provinsi Jawa Timur adalah daerah yang menjadi pusat pembajakan tertinggi Hak Cipta di Indonesia. 7 Masyarakat pengguna internetnetter di Indonesia sebagian besar terbiasa melakukan pembajakan perangkat lunak software piracy dikarenakan mahalnya aplikasiprogram komputer yang asli yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakat netter di Indonesia, dengan demikian masyarakat berusaha mendapatkan software komputer dengan harga yang lebih murah meskipun hasil bajakan. Sebagai contoh harga program komputer original untuk Windows Vista Ultimate yaitu 6 “Situs Download Gratis Diblokir”, http:www.seputarindonesia.comedisicetakcontentview41618038, diakses tanggal 9 Maret 2012. 7 Gatot S. Dewa Broto Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo, “Siaran Pers No. 51PIHKOMINFO72011 tentang Sosialisasi Perlindungan dan Apresiasi Karya Cipta Seni Musik Di Dunia Maya”, http:kominfo.go.id, diakses tanggal 5 Maret 2012. Universitas Sumatera Utara 8 Rp.1.717.000,-, program original lainnya untuk Office 2010 Profesional yaitu Rp.3.761.000,- 8 . Dapat dijumlahkan jika setiap netter memiliki sepuluh program komputer untuk mendukung aktifitasnya. Melihat harga yang sangat mahal untuk sebagian besar masyarakat Indonesia tidak heran jika masyarakat beralih pada hasil karya bajakan. Selain pembajakan software, bentuk pelanggaran Hak Cipta lainnya yang juga marak terjadi di Indonesia saat ini adalah musik digital berupa MPEG-1 Audio Layer 3 atau yang lebih dikenal dengan MP3. Permasalahan hukum Hak Cipta dalam MP3 adalah mewabahnya produk MP3 di masyarakat yang telah melanggar Hak Cipta. Perkembangan pembajakan musik digital di Indonesia dimulai dari hasil kualitas suara musik atau lagu yang asli berbeda dengan kualitas lagu atau masik yang hasil bajakan. Namun dengan adanya teknologi konversi digital seperti adanya MP3, penurunan kualitas suara pada produk bajakan bisa diminimalisir, bahkan kualitas suara produk bajakan setara dengan kualitas suara pada CD Compact Disk original. Selain itu harga sebuah keping MP3 illegal bajakan jauh lebih murah dari harga keping CD original. Sebagai perbandingan, harga suatu keping MP3 illegal yang mampu memuat lebih dari seratus lagu berkisar lima ribu rupiah hingga sepuluh ribu rupiah. 9 Hasil duplikasi yang juga memiliki kualitas yang sama dengan aslinya juga terjadi pada e-book. Hal ini memudahkan pembajakan e-book, penggandaan duplikasicopying e-book sangat mudah dan murah. Untuk membuat ribuan copy 8 Ali Fahrudin, http:hukum.kompasiana.com20110519tahukah-berapa-total-harga- software-jika-original-di-komputer-anda-bag1, diakses tanggal 2 April 2012. 9 Kompas Cyber Media, “Bisnis CDVCD Bajakan Marak”, http:www.kompas.comkompas-cetak060515Jabar2080.htm, diakses tanggal 1 April 2012. Universitas Sumatera Utara 9 dari e-book dapat dilakukan dengan murah, sementara untuk mencetak ribuan buku membutuhkan biaya yang sangat mahal. 10 Tentunya kemudahan penggandaan ini memiliki efek negatif, yaitu mudah dibajak. Salah satu kasus yang terjadi terkait adanya pelanggaran Hak Cipta digital adalah kasus musisi Dodo Zakaria v Telkomsel dalam perkara No.24Hak Cipta2007PN.NIAGA.JKT PST yang mana pihak Telkomsel digugat karena melakukan eksploitasi Hak Cipta dengan melakukan mutilasi pemotongan atas lagu Dodo Zakaria dalam bentuk Nada Sambung Pribadi NSP dengan mengabaikan hak moral dan hak ekonominya Masalah Hak Cipta di media internet sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hak cipta atas atau isi content yang terdapat di media internet yang berupa hasil karya berbentuk informasi, tulisan, karangan, review, program atau bentuk lainnya yang sejenis, dan hak cipta atas nama atau alamat website dan alamat surat elektronik e-mail dari pelanggan jasa internet. 11 Masalah Hak Cipta atas hasil karya yang disediakan di internet ini menyangkut pula beberapa hal, antara lain jenis-jenis pelanggaran, perlindungan terhadap Hak Cipta. Digitalisasi memungkinkan membuat salinan dan mengubah suatu ciptaan dengan sangat mudah. Digitalisasi juga memungkinkan untuk mempertahankan kualitas secara konsisten dan konstan berapa puluh kalipun suatu ciptaan disalin, betapapun besar suatu ciptaan atau berapa lama pun waktu berlalu. Karena mutu setiap salinan sama dengan mutu ciptaan original, 10 Budi Rahardjo, “Rancangan abc e-Book”, http:budi.insan.co.idarticlesebooksebooks.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2012. 11 Asril Sitompul, Hukum Internet, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 8 Universitas Sumatera Utara 10 salinan bahkan dapat diperbanyak lagi dari salinan. Dampak yang lebih besar, yakni pelanggaran hak terjemahan dan hak mempertahankan keutuhan suatu ciptaan karena digitalisasi memudahkan melakukan perubahan pada ciptaan original. Sekarang dimungkinkan untuk mengeksploitasi suatu ciptaan berulang kali tanpa ada perubahan pada mutu, karena tingginya mutu medium rekaman, seperti memori hanya baca cakram padat CD-ROM = Compact Disc Read Only Memory, dan sebagainya. Undang-Undang Hak Cipta sendiri telah mencakup pembatasan bagi pembuatan salinan untuk penggunaan pribadi, sebagai jawaban terhadap tindakan eksploitasi, jumlah pelanggaran, dan kerugian lainnya, yang disebabkan oleh digitalisasi. Persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital ini adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya cipta yang yang dihasilkan dari proses alih mediadigitalisasi dan yang dibuat langsung dalam format digital disertai masalah- masalah seperti kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Hak Cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran Hak Cipta. Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia.” Universitas Sumatera Utara 11

B. Perumusan Masalah