15
2.5 Slip
Motor  induksi  tidak  dapat  berputar  pada  kecepatan  sinkron.  Seandainya hal ini terjadi, maka rotor akan tetap diam relatif  terhadap  fluksi  yang berputar.
Maka  tidak  akan  ada  ggl  yang  diinduksikan  dalam  rotor,  tidak  ada  arus  yang mengalir  pada  rotor,  dan  karenanya  tidak  akan  menghasilkan  kopel.  Kecepatan
rotor sekalipun tanpa beban, harus lebih kecil sedikit dari kecepatan sinkron agar adanya  tegangan  induksi  pada  rotor,  dan  akan  menghasilkan  arus  di  rotor,  arus
induksi  ini  akan  berinteraksi  dengan  fluks  listrik  sehingga  menghasilkan  kopel. Selisih  antara  kecepatan  rotor  dengan  kecepatan  sinkron  disebut  slip  s.  Slip
dapat  dinyatakan  dalam  putaran  setiap  menit,  tetapi  lebih  umum  dinyatakan sebagai persen dari kecepatan sinkron.
Slip s =
100 n
n n
s r
s
 
2.2
dimana:
r
n
kecepatan rotor RPM Persamaan 2.2 di atas memberikan imformasi yaitu :
1.  saat s = 1 dimana n
r
= 0, ini berati rotor masih dalam keadaan diam atau akan berputar.
2.  s = 0  menyatakan bahwa n
s
= n
r
, ini berarti rotor berputar sampai kecepatan sinkron.  Hal  ini  dapat  terjadi  jika  ada  arus  dc  yang  diinjeksikan  ke  belitan
rotor, atau rotor digerakkan secara mekanik. 3.   0  s  1, ini berarti kecepatan rotor diantara keadaan diam dengan kecepatan
sinkron.  Kecepatan  rotor  dalam  keadaan  inilah  dikatakan  kecepatan  tidak sinkron.
Universitas Sumatera Utara
16
2.6 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa
Secara umum prinsip kerja motor induksi dapat dijabarkan dalam langkah- langkah berikut:
1.  Pada keadaan beban nol Ketiga phasa stator yang dihubungkan dengan sumber tegangan  tiga  phasa  yang  setimbang  menghasilkan  arus  pada  tiap  belitan
phasa. 2.  Arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak-balik yang berubah-ubah.
3.  Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan arahnya tegak lurus terhadap belitan phasa.
4.  Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya adalah e
1
=
dt d
Φ N
1
atau
Φ 4,44fN
E
1 1
5.  Penjumlahan  ketiga  fluksi  bolak-balik  secara  periodic  akan  menghasilkan medan  putar  yang  disebut  dengan  kecepatan  sinkron  n
s.
Besarnya  nilai  n
s
ditentukan oleh jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan sesuai dengan persamaan 2.1
6.  Fluksi  yang  berputar  tersebut  akan  memotong  batang  konduktor  pada  rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi ggl sebesar E
2
yang besarnya
m 2
2
Φ 4,44fN
E 
dimana : E
1
= Tegangan pada stator Volt
E
2
= Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam Volt
Universitas Sumatera Utara
17 N
1
= Jumlah lilitan kumparan stator
N
2
= Jumlah lilitan kumparan rotor
Ф
m
= Fluksi maksimumWb
7.  Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan menghasilkan arus I
2
8.  Adanya arus I
2
di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya F pada rotor 9.  Bila  kopel  mula  yang  dihasilkan  oleh  gaya  F  cukup  besar  untuk  memikul
kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator 10. Perputaran  rotor  akan  semakin  meningkat  hingga  mendekati  kecepatan
sinkron.  Perbedaan  kecepatan  medan  stator  n
s
dan  kecepatan  rotor  n
r
disebut slip s dan dinyatakan dengan
100 n
n n
s
s r
s
 
11. Pada  saat  rotor  dalam  keadaan  berputar,  besarnya  tegangan  yang  terinduksi pada  kumparan  rotor  akan  bervariasi  tergantung  besarnya  slip.  Tegangan
induksi ini dinyatakan dengan E
2s
yang besarnya
m 2
2s
Φ 4,44sfN
E 
Volt dimana
E
2s
= tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar Volt
12. Bila n
s
= n
r
, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika n
r
n
s
Universitas Sumatera Utara
18
2.7 Frekuensi Rotor