KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis terdiri dari beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya konsep usahatani, imbangan penerimaan dan biaya RC Rasio dan Uji t Berpasangan paired t - test. Konsep tersebut berfungsi untuk menguraikan teori – teori dalam upaya menjawab tujuan penelitian secara deduktif, yaitu menganalisis pendapatan masyarakat pedesaan peserta program pemberdayaan GP3A sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki, serta menganalisis pengaruh dari pelaksanaan program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan peserta program dengan memperhatikan perubahan tingkat pendapatan yang akan dibandingkan antara sebelum saluran tersier diperbaiki dengan sesudah saluran tersier diperbaiki.

3.1.1. Konsep Pemberdayaan

Pemberdayaan dapat dipahami dari berbagai sudut pandang, sehingga sampai saat ini tidak terdapat makna yang baku terhadap istilah pemberdayaan. Istilah pemberdayaan empowerment berasal dari akar kata empower, dapat diartikan sebagai berikut 7 : 1. Menguasakan, memberi kuasa, atau memberi wewenang sehingga si objek yang menjadi kuasa 2. Memberikan kewenangan atau memberikan kemampuan kepada seseorang untuk memahami sehingga mengarahkan dirinya sendiri 3. Memberikan bantuan kepada seseorang untuk memperoleh kemampuan dalam memutuskan dan bertindak sendiri dengan pengurangan keterbatasan perorangan dan masyarakat, dengan meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri dalam memanfaatkan kemampuan, dan dengan transfer kemampuan lingkungan pada seseorang. 4. Proses untuk meningkatkan asset dan kemampuan secara individual maupun kelompok suatu masyarakat. 7 Op.cit. Hlm 8 Berdasarkan pemahaman di atas, secara garis besar pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat, kemandirian tersebut merupakan proses pengembangan kekuatan pada diri manusia untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya. Pemberdayaan masyarakat harus dilakukan berawal dari pemberdayaan setiap individu rumah tangga sampai ke komunitas kelompok masyarakat. Dalam konteks ini, maka pemberdayaan masyarakat setidaknya dilakukan melalui tiga aspek pokok, yakni : 1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Sebagai titik tolak pemahaman bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada satupun manusia atau masyarakat yang sama sekali tanpa daya atau tidak memiliki potensi sumber daya. Untuk itu, pemberdayaan merupakan upaya untuk mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi sumber daya yang dimilikinya dan mengembangkannya secara produktif. 2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Upaya produktif ini dilakukan dengan pemberian input, berupa bantuan dana, pembanguna sarana dan prasarana pendukung, baik fisik jalan, irigasi, listrik maupun sosial sekolah, kesehatan, serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan pemasaran di daerah, serta pemberian kemudahan akses dan berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. 3. Melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah. Hal ini bertujuan untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang antara kelompok masyarakat yang tidak berdaya dengan yang kuat diantaranya melalui berbagai program yang bersifat pemberian. Namun demikian, dalam pelaksanaanya harus diarahkan pada pemberdayaan masyarakat, bukan membuat masyarakat bergantung, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri, yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain. Pemberdayaan masyarakat pada prinsipnya merupakan upaya penguatan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi masa depannya, penguatan masyarakat untuk dapat memperoleh dan mengelola faktor – faktor produksi, serta penguatan masyarakat untuk dapat menentukan pilihan masa depannya. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat merupakan suatu alternatif strategi pengelolaan pembangunan memprasyaratkan adanya keterlibatan langsung masyarakat, baik secara perorangan sebagai warga masyarakat maupun secara lembaga, dalam seluruh proses pengelolaan pembangunan, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi hasil – hasil pembangunan Pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas atau modal saja, tetapi harus ikut serta dalam mendukung berkembangnya potensi masyarakat melalui peningkatan peran terhadap empat akses yaitu: sumberdaya, teknologi, pasar, dan sumber biaya. Empat akses tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah untuk memfasilitasinya, dan diperlukan peran aktif dari kelompok – kelompok masyarakat di desa untuk membentuk usaha bersama atas kepentingan bersama. Konsep pemberdayaan masyarakat petani di pedesaan secara mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi – institusi pemerintah sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi, polotik, sosial, dan budaya. Kekuatan dasar tersebut adalah hubungan sinergis antara masyarakat dengan institusi – institusi pemerintah yang harus terus dikembangkan agar perkambangan ekonomi masyarakat pedesaan terus meningkat.

3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani

Berhasilnya suatu usaha dapat dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh petani dalam mengelola usahatani. Pendapatan dapat didefinisikan sebagai sisa dari pengurangan nilai penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang diharapkan adalah pendapatan yang bernilai positif. Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan ini mencangkup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, yang digunakan kembali untuk bibit atau yang disimpan digudang Soekarwati et al, 1986. Pendapatan usahatani yang diterima seseorang petani dalam satu tahun berbeda dengan pendapatan yang diterima petani lainnya. Perbedaan pendapatan petani ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Diantaranya masih dapat berubah dalam batas-batas kemampuan petani, misalnya luas lahan usaha tani, efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Tetapi ada pula faktor – faktor yang tidak dapat berubah seperti iklim dan jenis lahan. Ukuran pendapatan dan keuntungan dapat dikemukakan dalam beberapa definisi Soekarwati et al, 1986, yaitu : 1. Penerimaan tunai usahatani farm receipt : nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Penerimaan tunai usahatani tidak mencangkup pinjaman uang untuk keperluan usahatani. 2. Pengeluaran usahatani farm payment : jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani dan tidak mencangkup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok. 3. Pendapatan tunai usahatani farm net cash flow : selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani. 4. Penerimaan total usahatani total farm revenue : penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan untuk konsumsi keluarga. 5. Pengeluaran total usahatani total farm expensive : semua biaya-biaya operasional dengan tanpa menghitung bunga dari modal usahatani dan nilai kerja dari pengelolaan usahatani. Pengeluaran ini meliputi pengeluaran tunai , penyusutan benda fisik, pengurangan nilai inventaris dan nilai tenaga kerja yang tidak dibayar atau tenaga kerja keluarga. 6. Pendapatan total usahatani total farm income : merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total. Pengeluaran atau biaya usahatani merupakan nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dibebankan pada produk yang bersangkutan. Biaya usahatani yang dikeluarkan berupa biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya yang diperhitungkan digunakkan untuk menghitung nilai pemakaian barang dan jasa yang dihasilkan dari usaha itu sendiri. Menurut Hermanto 1988, klasifikasi biaya penting dalam membandingkan pendapatan untuk mengetahui kebenaran jumlah biaya yang tertera pada pernyataan pendapatan. Ada empat kategori atau pengelompokkan biaya, yaitu : 1. Biaya tetap fixed costs adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi atau bisa juga diartikan sebagai biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi, misalnya : pajak tanah, pajak air, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan alat pertanian dan bunga pinjaman. 2. Biaya variabel atau biaya berubah variable costs adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi atau besar kecilnya biaya yang sangat bergantung kepada biaya skala produksi, misalnya : biaya untuk benih, pupuk, obat pembasmi hama dan penyakit, biaya tenaga kerja, biaya panen, dan biaya pengolahan tanah. 3. Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan, berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya : pajak tanah, pajak air, bunga pinjaman. Sedangkan biaya variabel misalnya : biaya untuk benih, pupuk, obat – obatan, dan tenaga kerja luar keluarga. 4. Biaya tidak tunai adalah biaya yang diperhitungkan, berupa biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap misalnya : biaya penyusutan alat – alat pertanian. Sedangkan biaya variabel misalnya : tenaga kerja dalam keluarga. Dalam pembiayaan juga dikenal biaya langsung dan biaya tidak langsung. Yang dimaksud dengan biaya langsung adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi, sedangkan biaya tidak langsung diluar proses produksi seperti halnya biaya penyusutan.

3.1.3. Imbangan Penerimaan dan Biaya RC Rasio

Soekartawi 1986 menyatakan bahwa pendapatan yang besar bukanlah sebagai petunjuk bahwa usahatani efisien. ukuran yang bisa dijadikan indikator untuk mengetahui keuntungan usahatani yang dilihat dari segi pendapatan adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya atau RC. RC Rasio menunjukkan berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani memiliki nilai RC rasio lebih besar dari satu berarti penerimaan yang diperoleh akan lebih besar dari pada tiap unit biaya yang dikeluarkan memperoleh penerimaan tersebut sehingga kegiatan usahatani efisien untuk dilakukan. Sebaliknya, jika RC rasio lebih kecil dari satu maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh sehingga usaha yang dilakukan tidak efisien. Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai RC rasio sama dengan satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usahatani mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas.

3.1.4. Uji t Berpasangan Paired t – Test

Statistik memegang peranan yang penting dalam penelitian, baik dalam penyusunan model, dalam perumusan hipotesis, dalam pengembangan alat dan instrumen pengumpulan data, dalam penyusunan desain penelitian, dalam penentuan sampel, dan dalam analisis data. Statistik dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kualitas antara dua atau lebih variabel benar – benar terkait secara benar dalam suatu kualitas empiris, ataukah hubungan tersebut hanya bersifat random atau hanya kebetulan saja M. Nazir 2005. Berdasarkan jenisnya, statistik dibedakan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan metode atau cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data. Sedangkan statistik inferensial adalah statistik yang berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu populasi. Statistik inferensial disebut juga statistik induktif atau statistik penarikan kesimpulan. Pada statistik inferensial biasanya dilakukan pengujian hipotesis dan pendugaan mengenai karekteristik ciri dari suatu populasi, seperti mean dan Uji t 8 . Mengingat tujuan penelitian pada umumnya adalah untuk menguji hipotesis – hipotesis yang telah dirumuskan, maka statistik telah banyak sekali menolong peneliti dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu hipotesis. Dalam hubungannya dengan pengujian hipotesis, seorang peneliti dapat mengalami hasil error. Jika sebuah hipotesis ditolak, di mana sebenarnya hipotesis tersebut harus diterima, maka dikatakan, peneliti tersebut telah membuat error tipe I. Di lain pihak, jika suatu hipotesis yang seharusnya ditolak, tetapi diterima, peneliti telah membuat error tipe II. Tipe error yang dibuat sangat tergantung dari cara seseorang memformulasikan hipotesisnya. Dalam penelitian dengan metode percobaan, hipotesis yang sering dirumuskan adalah hipotesis nul. Hipotesis ini dibuat sedemikian rupa, sehingga probabilitas membuat error tipe I dapat dicari. Probabilitas untuk membuat error tipe I dapat dispesifikasikan, dan kemungkinan membuat error tipe I tersebut dinamakan level significance. Level significance yang sering digunakan adalah 0,05 atau 0,01. Uji t berpasangan paired t-test adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas berpasangan. Ciri – ciri yang paling sering ditemui pada kasus yang berpasangan adalah satu individu objek penelitian dikenai 2 buah perlakuan yang berbeda. Walaupun menggunakan individu yang sama, peneliti tetap memperoleh 2 macam data sempel, yaitu data dari perlakuan pertama dan data dari perlakuan kedua 9 . 3.2.Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian tentang pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan di Kecamatan Leuwiliang Kabupaten Bogor ini diawali dari permasalahan areal persawahan di Kabupaten Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit. Sawah beririgasi adalah Lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi yang dilengkapi bangunan penyada 8 http : www.skripsizone.comJenis Statistik. 2008. Diakses 15 Mei 2010. 9 http : ineddeni.wordpres.comUji t Berpasangan Paired t-Test. Deny Kurniawan. 2008. Diakses 15 Mei 2010. dan jaringan – jaringannya yang diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Sistem irigasi sangat penting guna mengatur ketersediaan air bagi tanaman padi. Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air. Dengan ketersediaan air yang cukup melalui saluran irigasi, akan menghasilkan produktivitas padi lebih efektif sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Dalam rangka mengatasi masalah tersebut, pemerintah mencanangkan program pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air GP3A. Secara umum program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi, namun pada penelitian ini lebih mengkaji pengaruh program pemberdayaan GP3A dari sisi kerjasama pengelolaan irigasi dengan bantuan dana dari luar negeri WISMP khususnya berupa kegiatan Rehabilitasiperbaikan saluran tersier. Pelaksanaan program pemberdayaan GP3A melalui kegiatan Rehabilitasiperbaikan saluran tersier dilaksanakan guna memberikan manfaat bagi para petani padi anggota GP3A. Penilaian terhadap program tesebut perlu dilakukan guna mengetahui apakah telah memberikan pengaruh positif dan bermanfaat bagi para petani padi anggota GP3A. Bentuk penilaian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengukur tingkat pendapatan petani padi sebelum saluran tersier diperbaiki dan sesudah saluran tersier diperbaiki. Pendapatan usahatani diukur dengan mengurangkan penerimaan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan ini kemudian dibandingkan dengan biaya yang terjadi RC untuk mengetahui efisiensi usahatani tersebut. Bila RC 1 maka usahatani efisien untuk dilaksanakan, tetapi bila RC 1 maka usahatani ini tidak efisien untuk dilaksanakan. Perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah saluran tersier diperbaiki dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan masyarakat pedesaan dengan melakukan Uji t berpasangan Paired t – Test. Uji t berpasangan paired t-test adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas berpasangan. Hipotesis yang dibuat adalah Rata – rata pendapatan meningkat setelah program dilakukan. Koordinasi dan partisipasi dari semua pihak baik masyarakat pedesaan maupun aparatur pemerintahan sangat diperlukan untuk mendukung program pemberdayaan GP3A di Kabupaten Bogor. Adapun kerangka pemikiran operasional dari penelitian ini dijelaskan dalam Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Areal persawahan di Kab. Bogor dengan sistem irigasi teknis masih sedikit, Sebagian Besar merupakan sawah dengan irigasi sederhana Ketersediaan air di areal persawahan kurang tercukupi dan tidak teratur Program pemberdayaan GP3A Rehabilitasi Perbaikan saluran tersier  Kegiatan program pemberdayaan GP3A dan kinerja GP3A  Pendapatan Petani Anggota GP3A Sebelum Program dilakukan  Analisis Pendapatan  RC Rasio Setelah Program dilakukan  Analisis Pendapatan  RC Rasio Perbedaan Pendapatan Uji t Berpasangan t – Paired Test Pengaruh program pemberdayaan GP3A terhadap pendapatan petani anggota GP3A di Kecamatan Leuwiliang Kab. Bogor

BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian