Berdasarkan Tabel 11, biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh
kenaikan harga upah per HOK. Dimana upah tenaga kerja wanita per HOK naik dari Rp 14.000 sebelum program menjadi Rp 16.000. Begitu pula dengan tenaga
kerja laki - laki per HOK naik dari Rp 22.000 sebelum program menjadi Rp 24.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK
sebelum program sebesar Rp 216.828, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 483.172, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp.
700.000. Sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 247.804, dan yang menggunakan TKLK
sebesar Rp 552.196, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp 800.000.
Biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp. 142.332, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp
53.668, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 196.000. Sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan
TKDK setelah program sebesar Rp 162.665, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 61.335, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar
Rp 224.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK sebelum
program sebesar Rp 1.012.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.104.000. Biaya tenaga kerja
kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 88.000, sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan
TKLK setelah program sebesar Rp 96.000. Biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.100.000,
sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.200.000.
e. Alat – Alat Pertanian
Jenis alat – alat pertanian yang umumnya digunakan dalam kegiatan
usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani antara lain cangkul, parang, arit,
dan semprotan. Rata rata jumlah alat pertanian yang dimiliki petani responden per hektar dan nilai penggunaan dari masing
– masing alat pertanian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rata – Rata Nilai Penggunaan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah
Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun.
NO Jenis Alat
Volume Harga Satuan
Rp Nilai Ekonomis
Rp
1 Cangkul
9,81 60.000
588.705 2
Parang 12,32
30.000 369.652
3 Arit
6,85 40.000
273.816 4
Semprotan 2,97
95.000 281.803
Jumlah 1.513.976
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai penggunaan alat – alat
pertanian setelah sebesar Rp 1.513.976, dimana nilai terbesar dikeluarkan untuk pembelian alat cangkul sebesar Rp 588.705 yang jumlah kebutuhannya cukup
banyak yaitu 10 buah per hektar. Pengeluaran terbesar kedua adalah pembelian parang sebesar Rp 369.652, lalu diikuti pembelian semprotan sebesar Rp 281.803
dan arit sebesar Rp 273.816. Para petani responden tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim
tanam. Pertimbangannya adalah alat – alat pertanian tersebut masih layak dan
dapat dimanfaatkan beberapa kali sampai sudah tidak layak digunakan lagi, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan
dari penggunaan alat – alat pertanian tersebut. Nilai penyusutan dari peralatan
yang digunakan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program
di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun.
NO Jenis Alat
Umur Ekonomis
Nilai Ekonomis Rp
Penyusutan Rp
1 Cangkul
4 588.705
147.176 2
Parang 3
369.652 123.217
3 Arit
3 273.816
91.272 4
Semprotan 5
281.803 56.361
Jumlah 418.026
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yaitu sebesar Rp 418.026 per
hektar per tahun, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp 147,176, nilai penyusutan parang sebesar Rp 123.217, nilai penyusutan arit Rp 91.272, dan nilai
penyusutan semprotan Rp 56.361. Besarnya nilai penyusutan alat
– alat pertanian sebelum dan setelah program dilakukan tidak mengalami perubahan. Alat
– alat pertanian tersebut memang sudah ada ketika para petani responden memulai usahataninya. Namun
biaya pengeluaran akan kembali dipergunakan apabila alat – alat pertanian sudah
tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru.
6.1.2. Output Usahatani
Output usahatani padi adalah hasil panen dalam bentuk gabah kering panen GKP dimana belum ada pengeringan sampai siap digiling. Hasil Produksi
tersebut ada yang langsung dijual termasuk dalam penerimaan tunai, dan ada yang digunakan untuk kebutuhan sehari
– hari para petani yang termasuk dalam penerimaan diperhitungkan. Hasil produksi tanaman padi di GP3A Mitra Tani
pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Produksi Tanaman Padi di GP3A Mitra Tani per Hektar per
Tahun. Output
Sebelum Program Setelah Program
Jumlah Output kg 9.677
10.470 a. Dijual kg
4.596 4.914
b. Dikonsumsi kg 5.082
4.891 Harga Satuan Rpkg
2.300 2.500
Total Nilai Rp 22.257.387
26.175.414 Berdasarkan Tabel 14, padi yang dihasilkan sebelum program sebanyak
9.677 kg gabah kering GKP sedangkan setelah program menghasilkan 10.470 kg gabah kering panen GKP. Harga satuan meningkat setelah program menjadi Rp
2.500kg, dari sebelum program Rp 2.300kg. Sengingga total penerimaan tanaman padi sebelum program Rp 22.257.387 dan meningkat setelah program
menjadi Rp 26.175.414 per hektar per tahun.
6.2. Pelaksanaan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani.