Alat – Alat Pertanian HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.

Berdasarkan Tabel 11, biaya untuk tenaga kerja yang dikeluarkan setelah program lebih besar dari sebelum program dilakukan, hal ini dipengaruhi oleh kenaikan harga upah per HOK. Dimana upah tenaga kerja wanita per HOK naik dari Rp 14.000 sebelum program menjadi Rp 16.000. Begitu pula dengan tenaga kerja laki - laki per HOK naik dari Rp 22.000 sebelum program menjadi Rp 24.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp 216.828, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 483.172, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp. 700.000. Sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penanaman yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 247.804, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 552.196, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan penanaman sebesar Rp 800.000. Biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK sebelum program sebesar Rp. 142.332, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 53.668, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 196.000. Sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemupukan yang menggunakan TKDK setelah program sebesar Rp 162.665, dan yang menggunakan TKLK sebesar Rp 61.335, sehingga biaya total tenaga kerja kegiatan pemupukan sebesar Rp 224.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.012.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan penyiangan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.104.000. Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 88.000, sedangkan Biaya tenaga kerja kegiatan penyemprotan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 96.000. Biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK sebelum program sebesar Rp 1.100.000, sedangkan biaya tenaga kerja kegiatan pemanenan menggunakan TKLK setelah program sebesar Rp 1.200.000.

e. Alat – Alat Pertanian

Jenis alat – alat pertanian yang umumnya digunakan dalam kegiatan usahatani padi di kelompok GP3A Mitra Tani antara lain cangkul, parang, arit, dan semprotan. Rata rata jumlah alat pertanian yang dimiliki petani responden per hektar dan nilai penggunaan dari masing – masing alat pertanian yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Rata – Rata Nilai Penggunaan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. NO Jenis Alat Volume Harga Satuan Rp Nilai Ekonomis Rp 1 Cangkul 9,81 60.000 588.705 2 Parang 12,32 30.000 369.652 3 Arit 6,85 40.000 273.816 4 Semprotan 2,97 95.000 281.803 Jumlah 1.513.976 Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai penggunaan alat – alat pertanian setelah sebesar Rp 1.513.976, dimana nilai terbesar dikeluarkan untuk pembelian alat cangkul sebesar Rp 588.705 yang jumlah kebutuhannya cukup banyak yaitu 10 buah per hektar. Pengeluaran terbesar kedua adalah pembelian parang sebesar Rp 369.652, lalu diikuti pembelian semprotan sebesar Rp 281.803 dan arit sebesar Rp 273.816. Para petani responden tidak selalu membeli alat pertanian setiap musim tanam. Pertimbangannya adalah alat – alat pertanian tersebut masih layak dan dapat dimanfaatkan beberapa kali sampai sudah tidak layak digunakan lagi, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan hanya nilai penyusutan dari penggunaan alat – alat pertanian tersebut. Nilai penyusutan dari peralatan yang digunakan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Penyusutan Alat Pertanian Sebelum dan Setelah Program di Kelompok GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. NO Jenis Alat Umur Ekonomis Nilai Ekonomis Rp Penyusutan Rp 1 Cangkul 4 588.705 147.176 2 Parang 3 369.652 123.217 3 Arit 3 273.816 91.272 4 Semprotan 5 281.803 56.361 Jumlah 418.026 Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yaitu sebesar Rp 418.026 per hektar per tahun, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar Rp 147,176, nilai penyusutan parang sebesar Rp 123.217, nilai penyusutan arit Rp 91.272, dan nilai penyusutan semprotan Rp 56.361. Besarnya nilai penyusutan alat – alat pertanian sebelum dan setelah program dilakukan tidak mengalami perubahan. Alat – alat pertanian tersebut memang sudah ada ketika para petani responden memulai usahataninya. Namun biaya pengeluaran akan kembali dipergunakan apabila alat – alat pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus digantikan dengan peralatan yang baru.

6.1.2. Output Usahatani

Output usahatani padi adalah hasil panen dalam bentuk gabah kering panen GKP dimana belum ada pengeringan sampai siap digiling. Hasil Produksi tersebut ada yang langsung dijual termasuk dalam penerimaan tunai, dan ada yang digunakan untuk kebutuhan sehari – hari para petani yang termasuk dalam penerimaan diperhitungkan. Hasil produksi tanaman padi di GP3A Mitra Tani pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil Produksi Tanaman Padi di GP3A Mitra Tani per Hektar per Tahun. Output Sebelum Program Setelah Program Jumlah Output kg 9.677 10.470 a. Dijual kg 4.596 4.914 b. Dikonsumsi kg 5.082 4.891 Harga Satuan Rpkg 2.300 2.500 Total Nilai Rp 22.257.387 26.175.414 Berdasarkan Tabel 14, padi yang dihasilkan sebelum program sebanyak 9.677 kg gabah kering GKP sedangkan setelah program menghasilkan 10.470 kg gabah kering panen GKP. Harga satuan meningkat setelah program menjadi Rp 2.500kg, dari sebelum program Rp 2.300kg. Sengingga total penerimaan tanaman padi sebelum program Rp 22.257.387 dan meningkat setelah program menjadi Rp 26.175.414 per hektar per tahun.

6.2. Pelaksanaan Program Pemberdayaan GP3A Mitra Tani.