Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air

Petani merupakan kelompok masyarakat yang memegang peranan penting, baik dinegara industri maupun negara berkembang. Usahatani kecil merupakan bentuk usaha yang mengolah lahan terbatas, menggunakan semua atau sebagian tenaga kerja keluarga sendiri dalam kesatuan usaha ekonomi yang mandiri. Usahatani merupakan bentuk usaha paling banyak dan memasok sebagian besar hasil produksi pertanian. Tipe usahatani yang paling sering ditemui dibanyak negara adalah usahatani keluarga, mereka terorganisir menurut masing-masing struktur keluarga tani yang berlaku.

2.2. Program Pemberdayaan Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air

GP3A Gabungan perkumpulan petani pemakai air GP3A diatur dan dijelaskan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 50 Tahun 2001 tentang Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air 6 . Gabungan perkumpulan petani pemakai air GP3A adalah istilah umum untuk wadah kelembagaan dari sejumlah P3A yang memanfaatkan fasilitas irigasi, yang bersepakat bekerjasama dalam pengelolaan pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder. Pembentukan GP3A dilakukan dengan cara : 1. Beberapa P3A yang berlokasi pada sebagian daerah irigasi atau pada tingkat sekunder mengadakan kesepakatan untuk membentuk GP3A, kepengurusan GP3A, serta menyusun rancangan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga GP3A. 2. Pembentukan GP3A, kepengurusan GP3A, serta anggaran dasar dan anggaran dasar rumah tangga GP3A ditetapkan dalam rapat anggota dan dilaporkan oleh pengurusketua GP3A kepada Bupati Walikota setempat. Dalam kaitan dengan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi, pengurus GP3A wajib mendaftarkan anggaran dasar GP3A kepada pengadilan negeri atau notaris setempat untuk mendapatkan status badan hukum. Susunan organisasi GP3A terdiri dari pengurus dan anggota. Setiap anggota GP3A berhak untuk dipilih dan memilih dalam kepengurusan serta berhak mendapatkan pelayanan air irigasi yang adil sesuai dengan ketentuan 6 http : www.pu.go.idKepmen. 2004. Diakses 15 Mei 2010 pembagian air yang berlaku. Sedangkan kewajiban anggota GP3A yaitu menjaga kelangsungan fungsi sarana dan prasarana irigasi, wajib membayar iuran pengelolaan irigasi, dan melaksanakan ketentuan – ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta keputusan – keputusan lain yang ditetapkan oleh rapat anggota. Pemberdayaan GP3A dilakukan untuk menguatkan kelembagaan sampai berstatus badan hukum dan meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia di bidang organisasi, teknis, dan keuangan untuk mengelola suatu sistem irigasi secara mandiri dalam upaya keberlanjutan sistem irigasi. Pemberdayaan GP3A dilakukan melalui rangkaian kegiatan yang tidak terpisahkan dengan penyerahan kewenangan pengelolaan irigasi. Berdasarkan kemitraan , transparansi, demokratis, akuntabilitas, dan kepastian hukum sesuai dengan tingkat kepentingannya. Dana yang diterima guna pemberdayaan GP3A dikelola secara otonom oleh GP3A sendiri sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Adapun dana GP3A dapat bersumber dari : 1. Iuran pengelolaan irigasi yang berasal dari anggota P3A; Besarnya iuran, pemungutan, pengelolaan dan pemanfaatannya ditetapkan oleh P3A dan GP3A. Serta dikelola secara transparan dalam penyelenggaraan tugas dan kewajibanya serta biaya pengelolaan irigasi. 2. Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat; 3. Usaha – usaha lain yang sah menurut hukum; 4. Bantuan pemerintah dan pemerintah daerah APBD atau APBN; Bantuan ini diberikan atas dasar permintaan dan kesepakatan dengan GP3A. Besarnya disesuaikan dengan kemampuan keuangan pemerintah dan pemerintah daerah dengan memperhatikan prinsip kemandirian GP3A. Tata cara penyaluran dan pertanggungjawaban bantuan dari pemerintah dan pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan pedoman pendanan pengelolaan irigasi yang berlaku. 5. Bantuan dari Yayasan Luar negeri Program kegiatan Water Resources and irrigation Sector Management Program WISMP merupakan program bantuan dana dari luar negeri. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai tugas Pembantuan dari Departemen Pekerjaan Umum kepada Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor. H asil dari kegiatan ini adalah terlaksananya perkuatan irigasi partisipatif di tingkat petani serta meningkatnya tanggung jawab P3A dalam pengelolaan irigasi partisipatif. Program pemberdayaan GP3A terdiri dari berbagai kegiatan seperti kegiatan motivasi, pelatihan, penyerahan kewenangan, fasilitasi, bimbingan teknis, pendampingan, kerjasama pengelolaan dan audit pengelolaan irigasi. Pemberdayaan GP3A melalaui kerjasama pengelolaan Irigasi secara partisipatif dilakukan untuk mengembangkan kemampuan GP3A di kabupaten Bogor yang memenuhi syarat untuk mengelola sistem irigasi secara partisipatif. 2.3.Penelitian Terdahulu 2.3.1. Studi Empiris Mengenai Pemberdayaan Penelitian mengenai pemberdayaan komunitas nelayan melalui penerapan program sea farming, studi kasus komunitas nelayan sea farming Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Jakarta dilakukan oleh Rio 2009. Rio menggunakan metode pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses perkembangan keberdayaan komunitas nelayan sea farming jika dilihat berdasarkan delapan Tingkatan Partisipasi Arnstein, telah sampai pada tahap kemitraan dan pendelegasian kekuasaan. Kemandirian secara material telah sangat terlihat jelas dari pengamatan dan pengakuan para informan, namun secara kelompok masih perlu binaan lebih jauh lagi. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa kebutuhan kelompok sea farming saat ini ada enam poin. Pertama, teknik yang lebih efisien, efektif, ramah lingkungan dan murah. Kedua, pasokan benih yang jelas dan pasti baik dari segi jumlah dan kualitas. Ketiga, pelatihan pengembangan usaha budidaya, khususnya pengelolaan bersama penjualan hasil panen untuk dijual ke pasar. Keempat pengelolaan kelompok yang kuat. Kelima, pengembangan kelompok menjadi kelompok usaha. Keenam, pemahaman lebih dalam peran masing – masing pihak yang terkait dalam kelembagaan SF sehingga kelompok SF dapat memahami peran dan posisinya dalam kelembagaan SF.

2.3.2. Studi Empiris Mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Padi

Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru Studi kasus Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat dilakukan oleh Feni 2009. Feni menggunakan analisis pendapatan usahatani dan analisis RC ratio. Tingkat produksi rata – rata padi pandan wangi sebesar 11.702,40 kg MKP per hektar per tahun sedangkan varietas unggul baru adalah sebesar 16.042,79 kg GKP per hektar per tahun. Pendapatan tunai usahatani padi pandan wangi pertahun perhektar lahan adalah sebesar Rp 25.817.911,57 sedangkan padi varietes unggul baru menghasilkan pendapatan tunai sebesar Rp 23.719.117,86. Pendapatan total usahatani padi pandan wangi adalah sebesar Rp 20.503.308,15 sedangkan padi varietes unggul baru adalah sebesar Rp 18.936.495,37. Nilai RC rasio atas biaya tunai pada usahatani pandanwangi adalah 4,78 dan pada usahatani varietes unggul baru adalah 3,40. Sedangkan nilai RC rasio atas biaya total untuk usahatani padi pandan wangi adalah 2,69 dan untuk varietes unggul baru adalah 2,29. Dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua varietes padi tersebut layak untuk diusahakan karena efisien secara pendapatan. Dian 2008 Analisis usahatani dan pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru Kasus : Kec. Warungkondang, Kab. Cianjur, Jawa Barat. Pendapatan atas biaya tunai padi pandan wangi lebih kecil yaitu Rp 33.631.110,1hatahun sedangkan padi varietas unggul baru adalah Rp 34.081.956,6hatahun. Tetapi pendapatan atas biaya total padi pandan wangi lebih besar yaitu Rp 6.475.878,8hatahun sedangkan padi varietas unggul baru adalah Rp 5.338.127,8hatahun. RC Rasio atas biaya tunai padi pandan wangi lebih besar yaitu 5,11 sedangkan padi varietas unggul baru adalah 4,19. RC Rasio atas biaya total padi pandan wangi lebih besar yaitu 1,18 sedangkan padi varietas unggul baru adalah 1,14. Pembagian hasil panen yang diperoleh antara petani penggarap dan pemilik lahan menggunakan sistem pertilu, dimana 13 hasil panen menjadi milik petani penggarap dan 23 hasil panen diberikan kepada pemilik lahan dengan seluruh biaya dikeluarkan oleh pemilik lahan. Saluran pemasaran beras pandan wangi yang dapat dikatakan efisien adalah saluran 2c, sedangkan saluran pemasaran beras varietas unggul baru yang dapat dikatakan efisien adalah saluran pemasaran 2 karena memiliki total margin yang terkecil, nilai farmer’s share terbesar dan penyebaran rasio pada setiap lembaga pemasaran lebih merata. Juniasti 2009 melakukan penelitian Analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional Kasus : Varietas bondoyudo pada gapoktan tani bersatu, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor. Juniasti menggunakan analisis pendapatan usahatani, analisis faktor produksi usahatani, analisis tataniaga. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani bondoyudo adalah Rp 6.311.564, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 3.303.928. nilai RC Rasio atas biaya tunai adalah 2,66, sedangkan nilai RC Rasio atas biaya total adalah 1,50. Faktor – faktor yang diduga berpengaruh dalam model ini adalah luas lahan X 1 , benih X 2 , urea X 3 , NPK X 4 , TSP X 5 , pupuk organik X 6 , furadan X 7 , pestisida X 8 , dan tenaga kerja X 9 . Hasil regresi secara keseluruhan diperoleh fungsi produksi adalah y = - 27 + 4080 X 1 + 130 X 2 - 1.0 X 3 – 4.02 X 4 – 14.9 X 5 + 2.2 X 6 - 14.3 X 7 - 134 X 8 + 0.50 X9. Berdasarkan pendugaan model linier berganda diperoleh koefisien determinasi R- Sq sebesar 93.6 persen. Nilai F-hitung sebesar 48,82 lebih besar dari nilai F-tabel pada selang kepercayaan 90 persen yaitu 3,17. Hasil dari uji-t menunjukkan bahwa secara parsial, faktor produksi luas lahan, benih, dan pestisida berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 90 persen. Sedangkan faktor produksi TSP dan tenaga kerja berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 85 persen. Saluran yang lebih efisien adalah saluran 1 petani – pedagang pengumpul – konsumen, karena nilai farmer’s share dan rasio keuntunganbiaya nilainya paling besar dan nilai margin tataniaga paling kecil.

2.3.3. Studi Empiris Mengenai Program Pemberdayaan dan Analisis

Pendapatan Komarudin 2009 melakukan penelitian Pengaruh program local economic resources development komoditi nenas terhadap produksi dan pendapatan petani di Desa Cipelang Kec. Cijeruk Kabupaten Bogor. Pendapatan atas biaya total per musim untuk petani non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 dan 0,6 – 2,5 hektar adalah Rp 20.030.300,- dan Rp 19.314.600,-. Pendapatan atas biaya total per musim untuk petani non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 dan 0,6 – 2,5 hektar adalah Rp 8.822.919,- dan Rp 15.518.950,-. Kondisi ini dipengaruhi oleh penggunaan input produksi yang berbeda berdasarkan luas lahan yang digunakan. Nilai RC Rasio pada petani peserta dan non peserta program dengan luas lahan 0,1 – 0,5 atas biaya total adalah 2,53 dan 1,94. Kondisi ini menunjukkan bahwa usahatani yang dilakukan pada dasarnya memberikan tingkat pendapatan yang lebih besar dibandingkan petani non peserta program. Nilai RC rasio atas biaya total untuk petani peserta dan non peserta program dengan luas lahan 0,6 – 2,5 hektar adalah 2,54 dan 2,09. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat imbangan penerimaan dan biaya pada petani peserta program memang lebih besar dibandingkan petani non peserta program. Variabel bebas yang digunakan dalam model penduga fungsi produksi adalah bibit, pupuk kandang, urea, SP-36, KCL, dan Tenaga Kerja. Faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi nenas meliputi penggunaan bibit, luas lahan, penggunaan pupuk kandang dan tenaga kerja. Sedangkan faktor – faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan meliputi harga bibit, pupuk kandang, urea, Sp-36, KCL, harga jual nenas dan dummy antara peserta dan non peserta program. Penelitian mengenai analisis pendapatan masyarakat pesisir dalam program Pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP, kasus : Kecamatan Cilincing Jakarta Utara dilakukan oleh Souli 2006. Souli menggunakan analisis pendapatan dan analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengambalian DEP dengan analisis diskriminan. Hasil analisis pendapatan menunjukkan terjadinya peningkatan pendapatan responden rata – rata 21,7 persen. Analisis pendapatan ini dilakukan dengan membandingkan pendapatan setelah memperoleh dana bantuan. Berdasarkan analisis RC Ratio seluruh responden memiliki nilai lebih dari satu, tetapi apabila dibandingkan dengan kondisi sebelum dan sesudah menerima dana, beberapa responden memiliki selisih RC Ratio yang bernilai negatif. Kondisi tersebut menunjukkan terjadinya ketidakefisienan dalam melakukan usaha. Hasil analisis diskriminan menunjukkan faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian adalah tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, jumlah keluarga, dan modal. Ifan 2009 melakukan penelitian pengaruh program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pencapaian program PEMP dari sisi ekonomi terlihat dari penggunaan dana DEP bergulir yang seluruhnya untuk keberlangsungan usaha, dimana terjadi peningkatan biaya usaha yang lebih dominan dibandingkan investasi usaha. Rata – rata peningkatan biaya usaha sebesar 30,27 persen mampu meningkatkan pendapatan rata – rata per bulan sebesar 31,19 persen atau rata – rata Rp 2.258.000 dari pendapatan awal seluruh responden sebelum mengikuti program PEMP. Hal ini semakin diperjelas dari hasil uji – t yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan secara nyata terhadap pendapatan masyarakat pesisir peserta program pada taraf kesalahan 5 persen. Secara sosial tidak terlihat adanya perkembangan hubungan kerjasama kelembagaan antara pengurus koperasi dan peserta program. Hubungan yang terjadi hanya sebatas urusan permodalan bukan yang lainnya. Namun setidaknya dari sisi budaya terlihat dari mulai tumbuhnya kebiasaan untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan responden untuk ditabung. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu di atas dalam penggunaan metode analisis yang digunakan dan persamaan jenis komoditi tanaman padi dengan penelitian Kusumawati 2009, Murdiani 2008, Zalukhu 2009. Penelitian ini memiliki perbedaan lokasi penelitian dengan semua penelitian terdahulu diatas dan perbedaan jenis program dengan penelitian Komarudin 2009, Asianto 2006, Ariansyach 2009. Penelitian terdahulu memberikan masukan dan pembelajaran untuk kesempurnaan penelitian ini. Secara ringkas penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Rio 2009 Pemberdayaan komunitas nelayan melalui penerapan program sea farming studi kasus komunitas nelayan sea farming Pulau Panggang, Kel. Pulau Panggang, Kab. Administrasi Kepulauan Seribu Jakarta metode pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik triangulasi data Feni Indah Kusumawati 2009 Analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru Studi kasus Kec. Warung kondang Kab. Cianjur Jawa Barat Analisis Pendapatan, RC rasio Dian Murdiani 2008 Analisis usahatani dan pemasaran beras varietas pandan wangi dan varietas unggul baru Kasus : Kec. Warungkondang, Kab. Cianjur, Jawa Barat Analisis usaha tani, analisis pemasaran Juniasthi Zalukhu 2009 Analisis usahatani dan tataniaga padi varietas unggul nasional Kasus : Varietas bondoyudo pada gapoktan tani bersatu, Kec. Cibungbulang, Kab. Bogor Analisis Pendapatan sahatani, analisis faktor produksi usahatani, analisis tataniaga Komarudin 2009 Pengaruh program local economic resources development komoditi nenas terhadap produksi dan pendapatan petani di Desa Cipelang Kec. Cijeruk Kabupaten Bogor Analisis Fungsi Produksi, Analisis Pendapatan, Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Souli Asianto 2006 Analisis pendapatan masyarakat pesisir dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP, kasus : Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara Analisis Pendapatan, Analisis Diskriminan Ifan Ariansyach 2009 Pengaruh program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir PEMP terhadap pendapatan masyarakat pesisir Kab. Sukabumi, Jawa Barat Analisis Pendapatan, RC rasio, Uji t berpasangan

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis