24 Lokasi pemetikan berbeda setiap harinya tergantung dari kondisi pucuk-pucuknya. Lokasi
pemetikan ditentukan oleh mandor petik. Oleh karena itu, sangat sulit untuk melakukan pengukuran denyut jantung subjek pada elevasi dan kondisi pucuk yang sama, sehingga pada saat pengukuran,
subjek diminta untuk melakukan pemetikan pada daerah yang tidak terlalu ekstrim agar setiap subjek berada pada kondisi lahan yang hampir sama.
Selain pengukuran denyut jantung, pengukuran produktivitas juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh energi yang dikeluarkan dengan output yang dihasilkan. Berdasarkan peraturan dari
perusahaan, bahwa produktivitas seorang pemetik dapat dilihat dari berat pucuk yang dihasilkan kuantitas dan kualitas pucuk berdasarkan analisa pucuk yang dilakukan pabrik. Parameter kuantitas
dapat dilihat dari basic yield yang ditentukan perusahaan. Setiap bulannya basic yield itu berbeda- beda tergantung dari keadaan pucuk dan lingkungan. Sedangkan parameter kualitas dapat dilihat dari
analisa pucuk. Perusahaan telah memiliki indeks penilaian berdasarkan analisa pucuk yang dilakukan pabrik Lampiran 2.
Perusahaan melakukan analisa pucuk dengan mengambil sampel 1 kg dari masing-masing Withering Trough WT lalu pucuk tersebut diambil lagi 100 gram. Pucuk yang 100 gram itulah yang
kemudian dipisah-pisahkan berdasarkan jenis pucuknya. Pucuk-pucuk yang sudah dipisahkan berdasarkan jenisnya tersebut ditimbang untuk dihitung persentasenya. Analisa pucuk yang dilakukan
untuk masing-masing subjek pun dapat dilakukan dengan mengacu dari prosedur yang dilakukan perusahaan. Namun, perbedaannya adalah pada jumlah sampel yang diambil. Pada penelitian ini,
sampel diambil sebanyak 500 gram sesuai dengan teori teknik sampling.
4.2 KALIBRASI SUBJEK PENELITIAN METODE STEP TEST
Pengukuran denyut jantung menggunakan alat Heart Rate Monitor HRM yang dipasang tepat di dada menyentuh kulit agar detak jantung dapat terdeteksi dan terukur, dan kemudian secara
otomatis akan diterima sekaligus disimpan oleh Data Receiver and Memory perekam yang berupa jam tangan yang dipakai di pergelangan tangan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan HRM
adalah pemasangan sensor di dada yang harus benar-benar menempel dan Data Receiver and Memory yang digunakan pada pergelangan tangan harus diletakkan agak ke atas agar datanya tidak bias. Jika
pemasangan HRM yang sudah tepat ditandai dengan berkedipnya lambang jantung pada bagian perekam.
Sebelum melakukan pengukuran denyut jantung, subjek terlebih dahulu diukur tinggi dan berat badannya. Hasil pengukuran dimensi tubuh digunakan untuk menghitung luas permukaan tubuh
subjek agar dapat diketahui nilai BME dari pendekatan volume oksigen pada tubuh yang diperoleh dari tabel konversi BME ekuivalen VO
2
berdasarkan luas permukaan tubuh Tabel 3. Perhitungan luas permukaan tubuh dan penentuan nilai BME dapat dilihat pada Lampiran 3. Nilai BME untuk
semua subjek disajikan pada Tabel 4.
25
Tabel 4. Data dimensi tubuh subjek
Subjek Usia
tahun Tinggi
Badan cm Berat Badan
kg Luas Permukaan
Tubuh m
2
VO
2
L BME
kkalmenit F1
45 146.5
54.5 1.47
182 0.865
F2 53
143 34.5
1.19 147
0.698 F3
34 155
53 1.52
188 0.893
F4 45
156 63
1.64 203
0.964 M1
46 157
58.5 1.60
198 0.990
M2 45
157 47
1.45 179
0.895 M3
50 159
50 1.51
187 0.935
M4 60
154 43
1.38 171
0.855
Contoh perhitungan luas permukaan tubuh dan BME untuk subjek F3 adalah :
155
H
cm ;
53
W
kg
007246 .
425 .
725 .
W
H A
52 .
1 007246
. 53
155
425 .
725 .
A
m
2
VO
2
= 188 [Tabel 3]
893 .
1000 5
95 .
188
BME
kkalmenit Kalibrasi denyut jantung perlu dilakukan pada masing-masing subjek untuk mengetahui
korelasi antara denyut jantung dengan peningkatan beban kerja. Semua kegiatan step test dilakukan pada bangku dengan ketinggian yang sama, yaitu setinggi 27 cm. Step test dilakukan dengan 4
frekuensi, yaitu 15 siklusmenit, 20 siklusmenit, 25 siklusmenit, dan 30 siklusmenit, dimana satu siklus terdiri dari empat langkah kaki ketika naik-turun bangku. Pengaturan langkah kaki agar sesuai
siklus dapat menggunakan alat bantu digital metronome. Bunyi yang dikeluarkan oleh digital metronome diatur sebanyak empat kali frekuensi yang akan digunakan.
Grafik pengukuran denyut jantung dengan metode step test untuk subjek F3 dan M2 disajikan pada Gambar 11. Grafik denyut jantung dengan metode step test untuk subjek yang lain terdapat pada
Lampiran 3. Kedua grafik pada Gambar 11 menunjukkan bahwa pada awal pengukuran istirahat awal, denyut jantung subjek terlihat naik-turun tidak beraturan, artinya denyut jantung tersebut
kurang stabil. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian subjek dengan pengukuran dan alat ukur yang digunakan. Selain itu, pada step test pertama pun 15 siklusmenit denyut jantung masih kurang
stabil, hal ini dikarenakan subjek juga masih mengalami penyesuaian terhadap langkah kaki dan bunyi digital metronome saat melakukan step test. Namun, seiring berjalannya waktu pengukuran, denyut
jantung sudah mulai stabil dan dengan pola yang diharapkan. Gambar 11 menunjukkan bahwa denyut jantung meningkat sesuai dengan peningkatan frekuensi step test. Denyut jantung yang meningkat
tersebut menggambarkan bahwa beban kerja subjek meningkat seiring dengan meningkatnya frekuensi step test. Pada grafik juga terlihat bahwa denyut jantung F3 lebih besar daripada M2. Selain
itu, pola perubahan denyut jantung pada subjek F3 lebih terlihat jelas, artinya setiap perubahan frekuensi step test dapat mengakibatkan perubahan denyut jantung yang cukup tinggi.
26
Gambar 11. Grafik denyut jantung subjek F3 dan M2 pada saat kalibrasi step test
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
65 70
d e
n y
u t
jan tu
n g
d e
n y
u t
m e
n it
waktu menit
HR step test F3
R1 ST1
R2 ST2
R3 ST3
R4 ST4
R5
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
65 70
D e
n y
u t
jan tu
n g
d e
n y
u t
m e
n it
Waktu menit
HR step test M2
R1 ST1
R2 ST2
R3 ST3
R4 ST4
R5
27
Gambar 12. Grafik denyut jantung subjek M3 pada saat kalibrasi step test
Keterangan Gambar 11 dan 12 : R1
: Rest 1 ST1
: Step test 15 siklusmenit R2
: Rest 2 ST2
: Step test 20 siklusmenit R3
: Rest 3 ST3
: Step test 25 siklusmenit R4
: Rest 4 ST4
: Step test 30 siklusmenit R5
: Rest 5 20
40 60
80 100
120 140
160 180
200 220
240
5 10
15 20
25 30
35 40
45 50
55 60
65 70
D e
n y
u t
jan tu
n g
d e
n y
u t
m e
n it
Waktu menit
HR step test M3
R1 ST1
R2 ST2
R3 ST3
R4 ST4
R5
28 Namun, pada subjek M3 ada beberapa data yang tidak terdeteksi, yaitu yang bernilai 0, seperti
terlihat pada Gambar 12. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya kesalahan alat saat pengukuran berlangsung. Alat yang tidak bisa membaca denyut jantung sementara tersebut terjadi karena bagian
sensor yang kurang terpasang dengan baik atau bagian perekamnya yang bergeser. Kesalahan yang disebabkan oleh alat pun terjadi pada F1 Lampiran 4.
Nilai denyut jantung HR yang digunakan untuk perhitungan nilai IRHR Increase Ratio of Heart Rate adalah nilai dari hasil rata-rata data denyut jantung minimal selama 30 detik atau 6 buah
data yang dianggap stabil. Secara umum, data yang diambil tidak boleh data pada menit-menit awal dan menit-menit akhir. Nilai HRwork diambil dengan merata-ratakan data pada menit ke-3 aerob
pada masing-masing step test, karena pada menit ke-1 dan ke-2 terjadi proses anaerob pada subjek. HRrest dipilih data yang rendah dan konstan. Berikut ini adalah contoh perhitungan data HR dan
IRHR untuk subjek F3 pada step test 1 15 siklusmenit : HRrest 04
’10’’ - 05’10’’ =
13 68
67 68
68 68
67 68
68 68
67 67
67 67
HRrest = 67.54
HRwork 12
’40’’ – 13’25’’ =
10 102
103 104
104 102
103 103
101 103
104
= 102.90 IRHRwork
=
52 .
1 54
. 67
90 .
102
Pengukuran denyut jantung saat istirahat itu dilakukan selama 10 menit karena diharapkan memperoleh nilai denyut jantung terendah seseorang ketika tidak melakukan kerja. Setiap pergantian
frekuensi step test pun subjek diminta untuk istirahat selama 10 menit untuk mengembalikan kondisi denyut jantung ke keadaan rendah meskipun tidak serendah pada saat istirahat awal karena istirahat
kedua dan seterusnya sudah dipengaruhi oleh beban kerja sebelumnya. Oleh sebab itu, nilai HRrest yang digunakan sebagai pembanding dari nilai HRwork adalah nilai HRrest yang pertama dimana
terdapat nilai HR terendah seseorang. Nilai IRHR step test dari masing-masing subjek dapat diperoleh dengan membandingkan nilai HRwork terhadap HRrest. Data IRHR step test semua subjek dapat
dilihat pada Tabel 5. Selain nilai IRHR step test, nilai WEC
ST
Work Energy Cost yang merupakan laju konsumsi energi subjek saat melakukan kerja juga perlu dihitung. Nilai WEC
ST
dapat dipengaruhi oleh berat badan dari subjek, tinggi bangku step test, dan frekuensi step test. Kalibrasi step test ini menghasilkan
empat buah data WEC
ST
untuk masing-masing subjek. Contoh perhitungan WEC
ST
untuk subjek F3 adalah sebagai berikut :
00 .
1 1000
2 .
4 15
2 27
. 81
. 9
53 1000
2 .
4 2
1
f h
g w
WEC
ST
kkalmenit
37 .
1 1000
2 .
4 20
2 27
. 81
. 9
53 1000
2 .
4 2
2
f h
g w
WEC
ST
kkalmenit
67 .
1 1000
2 .
4 25
2 27
. 81
. 9
53 1000
2 .
4 2
3
f h
g w
WEC
ST
kkalmenit
00 .
2 1000
2 .
4 30
2 27
. 81
. 9
53 1000
2 .
4 2
4
f h
g w
WEC
ST
kkalmenit
29 Nilai IRHR
ST
dan WEC
ST
tersebut dimasukkan ke dalam grafik yang akan membentuk garis linier, yang berfungsi menghasilkan suatu persamaan daya yang berbeda pada masing-masing subjek.
Persamaan daya tersebut yaitu Y = aX + b, dimana Y merupakan nilai IRHR dan X merupakan nilai
WEC
ST
. Grafik hubungan antara IRHR
ST
dan WEC
ST
untuk subjek F3 dan M2 dapat dilihat pada Gambar 13 dan grafik untuk subjek lainnya dapat dilihat pada Lampiran 4.
Gambar 13. Grafik hubungan IRHR
ST
dan WEC
ST
pada subjek F3 dan M2 Perbedaan nilai kenaikan IRHR terhadap beban kerja dapat dilihat dari nilai slope yang
berbeda-beda dari setiap subjek, semakin curam kemiringannya maka semakin besar perubahan nilai IRHR terhadap tingkat beban kerja WEC
ST
, begitu pula sebaliknya. Nilai b yang dihasilkan
umumnya akan mendekati angka 1 satu. Hal ini menunjukkan nilai laju denyut jantung subjek saat tidak bekerja sama dengan atau mendekati laju denyut jantung saat dalam kondisi istirahat. Data
keseluruhan IRHR
ST
dan WEC
ST
disajikan pada Tabel 5. Data persamaan daya yang terbentuk dari hubungan IRHR
ST
dan WEC
ST
dapat dilihat pada Tabel 6. y = 0,5993x + 0,966
R² = 0,9915
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
IRH R
WEC kkalmenit
F3
y = 0,4177x + 1,0019 R² = 0,98
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 IRH
R
WEC kkalmenit
M2
30
Tabel 5. Data IRHR
ST
dan WEC
ST
Subjek HR steptest
IRHR
ST
[Y] WEC
ST
kkalmenit [X] Rest
ST1 ST2
ST3 ST4
Rest ST1
ST2 ST3
ST4 Rest
ST1 ST2
ST3 ST4
F1 85.33
114.50 128.56
131.13 141.50
1.00 1.34
1.51 1.54
1.66 0.00
1.03 1.37
1.72 2.06
F2 65.10
96.77 108.00
113.00 121.90
1.00 1.49
1.66 1.74
1.87 0.00
0.65 0.87
1.09 1.31
F3 67.54
102.90 118.87
131.40 150.11
1.00 1.52
1.76 1.95
2.22 0.00
1.00 1.37
1.67 2.00
F4 85.63
128.71 131.44
137.45 140.54
1.00 1.50
1.53 1.61
1.64 0.00
1.19 1.59
1.99 2.38
M1 64.58
114.42 109.83
114.39 126.00
1.00 1.70
1.77 1.95
0.00 0.74
0.92 1.11
M2 62.29
83.78 95.05
103.82 105.87
1.00 1.34
1.53 1.67
1.70 0.00
0.89 1.19
1.48 1.78
M3 75.03
101.63 112.41
121.57 139.54
1.00 1.35
1.50 1.62
1.86 0.00
0.95 1.26
1.58 1.89
M4 55.85
83.08 96.63
98.50 98.50
1.00 1.49
1.73 1.76
0.00 0.81
1.08 1.36
Keterangan : Data tidak digunakan untuk persamaan daya
Tabel 6. Data persamaan daya hubungan IRHR
ST
dan WEC
ST
Subjek Persamaan kalibrasi
R
2
Y = IRHR; X = WEC F1
Y = 0.321X + 1.013 0.983
F2 Y = 0.668X + 1.028
0.988 F3
Y = 0.599X + 0.966 0.991
F4 Y = 0.273X + 1.065
0.916 M1
Y = 0.854X + 1.013 0.992
M2 Y = 0.417X + 1.001
0.98 M3
Y = 0.437X + 0.969 0.979
M4 Y = 0.591X + 1.014
0.974
31 Masing-masing subjek memiliki persamaan yang berbeda-beda tergantung kemampuan
fisiologisnya. Secara umum, nilai a slope subjek laki-laki lebih tinggi dibandingkan subjek
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap pekerjaannya dibandingkan perempuan. Pada kondisi beban kerja yang sama, laki-laki
memiliki tingkat kejerihan yang lebih tinggi. Nilai a tertinggi pada subjek perempuan dimiliki oleh
subjek F2, artinya ketika F2 memiliki IRHR maksimal sebesar 1.87, tetapi tingkat beban kerja
maksimalnya 1.31 kkalmenit. Nilai a terendah untuk subjek perempuan dimiliki oleh subjek F4. Jika
dilihat di Tabel 5, F4 memiliki tingkat beban kerja yang cukup tinggi yaitu 2.38 kkalmenit namun
IRHR dari F4 hanya sekitar 1.64. Pada subjek laki-laki, M1 memiliki nilai a tertinggi dan M2 memiliki nilai a terendah. Subjek M1 memiliki tingkat beban kerja maksimal sebesar 1.11 kkalmenit
dengan nilai IRHR yang tinggi yaitu 1.95 sedangkan subjek M2 memiliki tingkat beban kerja maksimal sebesar 1.78 kkalmenit dengan nilai IRHR sebesar 1.70. Pada kondisi ini, subjek dengan
slope rendah lebih baik karena tingkat kejerihan yang dirasakan pada kondisi beban kerja yang sama akan lebih kecil dibandingkan dengan subjek yang memiliki slope tinggi.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa ada beberapa data yang tidak digunakan untuk menghitung persamaan daya seperti data yang dimiliki M1 dan M4. Step test pertama yang dilakukan M1 memiliki
HR yang lebih tinggi dibandingkan step test kedua. Selain itu, pada M4 pun, step test keempat yang dilakukan memiliki nilai HR yang sama dengan step test ketiga. Padahal, seharusnya nilai IRHR akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat beban kerja. Kesalahan tersebut terjadi disebabkan oleh subjek yang belum bisa menyesuaikan langkah kaki dengan bunyi digital metronome.
Hal itulah yang menjadi pertimbangan untuk tidak menggunakan data step test pertama M1 dan data step test keempat M4 dalam penentuan persamaan daya. Selain itu, jika data-data yang aneh tersebut
tetap dimasukkan ke dalam penentuan persamaan daya, maka nilai R
2
dari kedua subjek tersebut akan rendah. Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi X terhadap variansikeragaman. Koefisien determinasi juga dapat diartikan sebagai koefisien korelasi linier
sebagai ukuran hubungan linier antara dua peubah acak X dan Y. Pada hasil hubungan korelasi antara WEC
ST
dan IRHR
ST
diperoleh titik-titik yang menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang tinggi antara WEC
ST
dan IRHR
ST
. Nilai dari koefisien determinasi tersebut adalah berkisar dari nol sampai dengan satu 0r1. Jika semakin tinggi nilai koefisiennya atau mendekati 1, maka akan semakin besar persentase nilai-
nilai Y di antara keragamannya yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan variabel X. Pada kasus ini, M1 memiliki nilai R
2
yang paling tinggi setelah data step test yang pertama dihapuskan, hal ini mengindikasikan bahwa dengan tidak menggunakan data tersebut terlihat bahwa
99.2 di antara keragaman dalam nilai-nilai IRHR
ST
M1 dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan WEC
ST
sedangkan sisanya 0.8 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. .
4.3 PENGUKURAN BEBAN KERJA SAAT AKTIVITAS PEMETIKAN TEH