31 Masing-masing subjek memiliki persamaan yang berbeda-beda tergantung kemampuan
fisiologisnya. Secara umum, nilai a slope subjek laki-laki lebih tinggi dibandingkan subjek
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap pekerjaannya dibandingkan perempuan. Pada kondisi beban kerja yang sama, laki-laki
memiliki tingkat kejerihan yang lebih tinggi. Nilai a tertinggi pada subjek perempuan dimiliki oleh
subjek F2, artinya ketika F2 memiliki IRHR maksimal sebesar 1.87, tetapi tingkat beban kerja
maksimalnya 1.31 kkalmenit. Nilai a terendah untuk subjek perempuan dimiliki oleh subjek F4. Jika
dilihat di Tabel 5, F4 memiliki tingkat beban kerja yang cukup tinggi yaitu 2.38 kkalmenit namun
IRHR dari F4 hanya sekitar 1.64. Pada subjek laki-laki, M1 memiliki nilai a tertinggi dan M2 memiliki nilai a terendah. Subjek M1 memiliki tingkat beban kerja maksimal sebesar 1.11 kkalmenit
dengan nilai IRHR yang tinggi yaitu 1.95 sedangkan subjek M2 memiliki tingkat beban kerja maksimal sebesar 1.78 kkalmenit dengan nilai IRHR sebesar 1.70. Pada kondisi ini, subjek dengan
slope rendah lebih baik karena tingkat kejerihan yang dirasakan pada kondisi beban kerja yang sama akan lebih kecil dibandingkan dengan subjek yang memiliki slope tinggi.
Pada Tabel 5 terlihat bahwa ada beberapa data yang tidak digunakan untuk menghitung persamaan daya seperti data yang dimiliki M1 dan M4. Step test pertama yang dilakukan M1 memiliki
HR yang lebih tinggi dibandingkan step test kedua. Selain itu, pada M4 pun, step test keempat yang dilakukan memiliki nilai HR yang sama dengan step test ketiga. Padahal, seharusnya nilai IRHR akan
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat beban kerja. Kesalahan tersebut terjadi disebabkan oleh subjek yang belum bisa menyesuaikan langkah kaki dengan bunyi digital metronome.
Hal itulah yang menjadi pertimbangan untuk tidak menggunakan data step test pertama M1 dan data step test keempat M4 dalam penentuan persamaan daya. Selain itu, jika data-data yang aneh tersebut
tetap dimasukkan ke dalam penentuan persamaan daya, maka nilai R
2
dari kedua subjek tersebut akan rendah. Koefisien determinasi R
2
digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi X terhadap variansikeragaman. Koefisien determinasi juga dapat diartikan sebagai koefisien korelasi linier
sebagai ukuran hubungan linier antara dua peubah acak X dan Y. Pada hasil hubungan korelasi antara WEC
ST
dan IRHR
ST
diperoleh titik-titik yang menggerombol mengikuti sebuah garis lurus dengan kemiringan positif. Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif yang tinggi antara WEC
ST
dan IRHR
ST
. Nilai dari koefisien determinasi tersebut adalah berkisar dari nol sampai dengan satu 0r1. Jika semakin tinggi nilai koefisiennya atau mendekati 1, maka akan semakin besar persentase nilai-
nilai Y di antara keragamannya yang dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan variabel X. Pada kasus ini, M1 memiliki nilai R
2
yang paling tinggi setelah data step test yang pertama dihapuskan, hal ini mengindikasikan bahwa dengan tidak menggunakan data tersebut terlihat bahwa
99.2 di antara keragaman dalam nilai-nilai IRHR
ST
M1 dapat dijelaskan oleh hubungan liniernya dengan WEC
ST
sedangkan sisanya 0.8 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. .
4.3 PENGUKURAN BEBAN KERJA SAAT AKTIVITAS PEMETIKAN TEH
Pada penelitian ini, subjek yang digunakan adalah 4 empat orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Hal ini dilakukan untuk membandingkan tingkat energi yang dikeluarkan oleh laki-laki
dan perempuan. Subjek-subjek tersebut dipilih secara acak baik oleh mandor maupun pilihan sendiri. Aktivitas yang dilakukan subjek adalah memetik pucuk-pucuk teh secara manual, artinya subjek
memetik teh dengan menggunakan tangan dan tanpa alat bantu. Pengukuran dilakukan pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 WIB sampai dengan 09.30 WIB. Keadaan cuaca pada saat pengukuran
berubah-ubah, pada pukul 06.00 – 06.30 WIB cuaca masih berkabut sedikit, namun pada pukul 06.30
– 09.30 WIB keadaan cuaca sudah mulai panas. Hal ini terjadi pada setiap subjek sehingga dapat
32 dikatakan bahwa subjek berada pada kondisi yang hampir sama sehingga pengaruhnya untuk subjek
diperkirakan sama. Pada saat pengukuran beban kerja fisik, parameter yang digunakan adalah waktu bekerja
aktivitas pemetikan teh. Hal ini dilakukan karena sangat sulit untuk menggunakan parameter luas lahan atau berat pucuk yang dihasilkan. Waktu yang digunakan pada masing-masing kerja yaitu
selama 30 menit, dan diselingi dengan istirahat selama 10 menit. Sebelum melakukan aktivitas pemetikan teh, setiap subjek dikondisikan untuk istirahat selama 10 menit untuk mengetahui nilai
denyut jantung saat istirahat. Setelah itu, subjek melakukan step test dengan frekuensi 15 siklusmenit selama 5 menit. Step test tersebut berfungsi sebagai kontrol terhadap kondisi denyut jantung subjek.
Aktivitas istirahat dan step test tersebut dilakukan di rumah agar didapat nilai denyut jantung yang terendah saat istirahat dan belum terpengaruh oleh kegiatan sebelumnya. Setiap subjek harus
berjalan terlebih dahulu ke kebun dengan jarak dan kondisi jalan yang berbeda-beda. Kondisi jalan yang berbeda itulah yang menyebabkan nilai WEC yang berbeda-beda juga untuk setiap subjek.
Tabel 7. Data IRHR dan WEC saat jalan ke kebun
Subjek IRHR
WEC
jalan
kkalmenit F1
1.30 0.89
F2 1.42
0.59 F3
1.63 1.11
F4 -
- M1
1.27 0.30
M2 1.54
1.29 M3
1.21 0.55
M4 1.41
0.67 Pada Tabel 7 terlihat bahwa secara umum nilai WEC
jalan
perempuan 0.59 – 1.11 kkalmenit
sedangkan WEC
jalan
subjek laki-laki 0.30 – 1.29 kkalmenit. Namun, nilai WEC saat jalan untuk
subjek M2 diperoleh sangat tinggi, yaitu 1.29 kkalmenit karena saat jalan ke kebun subjek M2 harus melewati kondisi jalan yang sangat menanjak untuk sampai ke lokasi pemetikan. Kondisi lahan yang
seperti itu dapat menguras tenaga dan menaikkan denyut jantung dari subjek itu sendiri, sehingga untuk meminimalisir kondisi yang dapat menguras tenaga tersebut, maka perusahaan menyediakan
kendaraan truk bagi para pemetik perempuan. Fasilitas ini hanya digunakan untuk tujuan lokasi yang cukup jauh dari rumah pemetik, seperti yang dilakukan oleh subjek F4. Ketika pengukuran
berlangsung, lokasi pemetikan untuk subjek F4 agak jauh dari rumah subjek sehingga F4 memutuskan naik truk. Hal itulah yang menyebabkan data HR jalan untuk subjek F4 tidak ada.
Setiap subjek memiliki waktu yang berbeda-beda untuk menuju ke lokasi pemetikan. Subjek F1 dan F2 membutuhkan waktu 11 menit untuk berjalan, subjek F3 menghabiskan waktu 22 menit untuk
sampai ke lokasi pemetikan, sementara M2 menghabiskan waktu yang tidak jauh berbeda dengan F3 yaitu selama 20 menit, subjek M1 hanya membutuhkan waktu 8 menit, dan subjek M4 jalan ke kebun
selama 16 menit. Subjek yang paling lama menghabiskan waktu jalan yaitu M3, kurang lebih selama 27 menit, hal ini dikarenakan rumah M3 yang sangat jauh dari lokasi pemetikan saat itu. Namun, nilai
WEC untuk subjek M3 tidak terlalu tinggi karena M3 menempuh jalan yang menurun sehingga tidak terlalu menguras energi.
33 Setelah subjek tiba di lokasi pemetikan, subjek dikondisikan istirahat agar terjadi proses
recovery sebelum aktivitas utama dilakukan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan, diperoleh laju denyut jantung dan energi yang dikeluarkan dari setiap subjek berbeda-beda. Hal ini disebabkan
oleh adanya perbedaan karakteristik setiap orang dalam menerima suatu beban kerja. Pengukuran denyut jantung saat kerja ini dilakukan selama 30 menit dengan diselingi istirahat selama 10 menit
pada setiap ulangan untuk memulihkan kembali kondisi fisik subjek dan pola denyut jantung subjek hampir mendekati keadaan awal. Sebelum memulai pemetikan, sebagian subjek melakukan persiapan
di kebun seperti menggunakan sarung tangan dan celemek. Namun, tidak semua pemetik melakukan hal itu karena bisa saja pemetik sudah menggunakan peralatan tersebut dari sejak di rumah. Grafik
data pengukuran denyut jantung saat aktivitas pemetikan subjek F3 dan M2 disajikan pada Gambar 14 dan 18, sedangkan untuk grafik lainnya dapat dilihat pada Lampiran 5.
Jika dilihat pada Gambar 14, titik maksimum denyut jantung pada setiap pengulangan tidak jauh berbeda pada selang yang tidak terlalu besar. Denyut jantung mulai naik saat subjek mulai
bekerja namun seiring berjalannya waktu denyut jantung saat bekerja mulai relatif stabil. Setiap pengulangan pengukuran denyut jantung terdapat perbedaan nilai denyut jantung dalam satu unit kerja
yang sama. Pada gambar 14, terlihat bahwa subjek F3 pada pengulangan pertama memiliki grafik denyut jantung yang lebih tinggi dibandingkan grafik pada pengulangan kedua dan ketiga. Hal ini
menandakan bahwa subjek pada pengukuran awal masih menyesuaikan dengan keadaan dan pekerjaannya namun saat pengukuran selanjutnya sudah mulai bisa stabil karena subjek sudah mulai
terbiasa dengan kondisi lingkungan saat pengukuran berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan, pola denyut jantung subjek M2 cenderung lebih stabil
dibandingkan pola denyut jantung F3. Tetapi, nilai denyut jantung subjek M2 saat bekerja hampir sama dengan saat istirahat bahkan nilai denyut jantung istirahat disela-sela aktivitas pemetikan pun
jauh berbeda dengan denyut jantung istirahat awal. Hal ini menandakan bahwa subjek M2 membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memulihkan kembali denyut jantungnya seperti semula.
Selain itu, subjek M2 merokok saat pengukuran dilakukan. Aktivitas merokok juga dapat sangat mempengaruhi denyut jantung subjek. Ketika istirahat subjek seharusnya dikondisikan tidak
menerima beban kerja apapun, namun sangat sulit untuk mengontrol subjek sehingga hal tersebut tidak bisa dihindari.
Kesalahan yang terjadi pada saat kalibrasi step test juga terjadi pada pengukuran beban kerja saat aktivitas pemetikan teh. Kenaikan dan penurunan data yang terlalu ekstrim seperti pada Gambar
15 disebabkan oleh kesalahan perekaman data.
34
Gambar 14. Grafik data pengukuran denyut jantung saat aktivitas pemetikan subjek F3 dan M2
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130 140
150 160
170 180
d e
n y
u t
jan tu
n g
d e
n y
u t
m e
n it
Waktu menit
HR kerja F3
R1 ST1 P
jalan R2
W1 R3
W2 R4
W3 R5
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
220 240
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130 140
150 160
170
d e
n y
u t
jan tu
n g
d e
n y
u t
m e
n it
Waktu menit
HR kerja M2
R1 ST1
jalan R2
P W1
R3 W2
R4 W3
R5
35
Gambar 15. Grafik Grafik data pengukuran denyut jantung saat aktivitas pemetikan subjek M3
Keterangan Gambar 14 dan 15 : R1
: Rest 1 ST1
: Step test 1 15 siklusmenit P
: Persiapan Jalan
: Jalan ke kebun R2
: Rest 2 W1
: Work 1 memetik I R3
: Rest 3 W2
: Work 2 memetik II J
: Jalan pindah kebun R4
: Rest 4 W3
: Work 3 memetik III R5
: Rest 5 20
40 60
80 100
120 140
160 180
200 220
240
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
110 120
130 140
150 160
170 180
190 200
210 220
d en
y u
t ja
n tu
n g
d en
y u
t m
en it
Waktu menit
HR kerja M3
R1 ST1 P
Jalan R2
W1 W2
R3 J
R4 W3
R5
36 Nilai HRwork didapatkan dengan merata-ratakan nilai denyut jantung ketika subjek melakukan
aktivitas pemetikan teh. Sementara nilai HRrest diperoleh dari data denyut jantung istirahat awal dimana nilainya masih rendah. Pengambilan data denyut jantung untuk HRrest dan HRwork setelah
menit ke-3 dan diambil minimal 6 data denyut jantung. Nilai IRHR untuk masing-masing subjek dapat diperoleh dengan membandingkan nilai HRwork terhadap HRrest. Contoh perhitungan nilai HR dan
IRHR untuk subjek F3 adalah sebagai berikut : HRrest
07’15’’ - 08’10’’ =
12 63
65 64
64 61
62 62
63 65
66 63
65
HRrest = 63.58
HRwork 12’40’’ – 13’25’’
=
14 102
103 103
105 103
100 100
102 107
100 100
101 100
100
= 101.86 IRHRwork
=
60 .
1 58
. 63
86 .
101
Nilai IRHR dari setiap subjek dapat dilihat pada Tabel 8. Klasifikasi tingkat beban kerja berdasarkan nilai IRHR untuk masing-masing subjek dapat mengacu dari Tabel 1. Klasifikasi tingkat
beban kerja kualitatif tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai IRHR pada Tabel 9 diperoleh dengan merata-ratakan ketiga nilai HRwork dari tiga kali
pengulangan. Dari data hasil rata-rata tersebut terlihat bahwa nilai IRHR laki-laki cenderung lebih besar daripada perempuan. Subjek laki-laki diklasifikasikan pada kategori ringan hingga sedang
sedangkan seluruh subjek perempuan diklasifikasikan pada kategori ringan. Subjek laki-laki yang termasuk dalam kategori sedang adalah subjek M1, M2, dan M4.
Heart Rate HR secara ergonomika merupakan indikator psychophisiology. Oleh karena itu, denyut jantung dapat mengindikasikan beban fisik dan psikologis. Pada saat subjek termasuk
klasifikasi kerja ringan maka faktor non fisik lebih besar pengaruhnya terhadap denyut jantung, begitu pula sebaliknya. Hal ini bisa terlihat dari variasi subjek perempuan yang lebih tinggi dibandingkan
subjek laki-laki sehingga dapat mengindikasikan adanya beban psikologis yang besar pada subjek perempuan. Selain itu, laju denyut jantung saat bekerja dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal dapat berasal dari lingkungan kerja sedangkan faktor internal bisa disebabkan oleh beban pikiran dari subjek itu sendiri seperti memiliki masalah, tingkat konsentrasi,
dan keseriusan.
37
Tabel 8. Nilai IRHR saat aktivitas pemetikan teh
Subjek HR work
IRHR Rest
ST15 Jalan
W1 W2
W3 ST15
Jalan W1
W2 W3
F1 79.88
116.06 103.90
93.70 101.41
95.19 1.45
1.30 1.17
1.27 1.19
F2 73.07
104.63 103.42
113.33 100.97
92.72 1.43
1.42 1.55
1.38 1.27
F3 63.58
101.86 103.71
97.32 97.92
90.52 1.60
1.63 1.53
1.54 1.42
F4 81.10
126.00 110.95
109.20 114.26
1.55 1.37
1.35 1.41
M1 52.91
93.41 67.22
93.07 86.19
90.50 1.77
1.27 1.76
1.65 1.71
M2 62.13
84.00 95.86
95.75 102.31
100.20 1.35
1.54 1.54
1.65 1.61
M3 76.83
100.69 92.83
102.00 102.59
105.00 1.31
1.21 1.33
1.34 1.37
M4 54.55
91.62 76.97
86.79 95.85
94.63 1.68
1.41 1.59
1.76 1.73
Tabel 9. Klasifikasi tingkat beban kerja kualitatif berdasarkan nilai IRHR
Subjek IRHR
work Tingkat
beban kerja F1
1.21 Ringan
F2 1.40
Ringan F3
1.50 Ringan
F4 1.38
Ringan M1
1.71 Sedang
M2 1.60
Sedang M3
1.35 Ringan
M4 1.69
Sedang
38 Nilai WEC saat aktivitas pemetikan teh untuk setiap subjek akan didapatkan dengan
memasukkan nilai IRHR sebagai nilai Y ke dalam persamaan daya hubungan IRHR
ST
dan WEC
ST
. Selain mendapatkan nilai WEC, nilai TEC Total Energy Cost yang merupakan total konsumsi energi
yang diperlukan subjek untuk metabolisme tubuh dan bekerja juga bisa didapat. Nilai TEC merupakan hasil penjumlahan dari WEC dan BME. Konsumsi energi setiap individu berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik tubuh masing-masing subjek, sehingga nilai TEC perlu dinormalisasi, yaitu dengan membagi nilai TEC dengan berat badan subjek sehingga diperoleh nilai TEC’ kkalmenit.kg. Nilai
TEC’ ini menunjukkan besarnya konsumsi energi setiap individu dalam menerima beban per satuan waktu dan per satuan berat badan.
Contoh perhitungan WEC, TEC, dan TEC’ untuk subjek F3 adalah sebagai berikut :
IRHR = 1.50
Y = aX + b Y = 0.599X + 0.966
1.50 = 0.599X + 0.966 0.599X = 1.50
– 0.966 0.599X = 0.534
X = 0.891 kkalmenit
Sehingga, nilai WEC adalah 0.891 kkalmenit.
TEC = BME + WEC TEC = 0.893 + 0.891
TEC = 1.784 kkalmenit
TEC’ =
menit kg
kal menit
kg kkal
. 660
. 33
. 033660
. 53
784 .
1
Nilai WEC, TEC, BME, dan TEC’ pada saat aktivitas pemetikan teh disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai konsumsi energi aktivitas pemetikan teh
Subjek IRHR
work WEC
kkalmenit BME
kkalmenit TEC
kkalmenit TEC
kalkg.menit F1
1.21 0.614
0.865 1.479
27.128 F2
1.40 0.557
0.698 1.255
36.384 F3
1.50 0.891
0.893 1.784
33.660 F4
1.38 1.154
0.964 2.118
33.623 Rata-rata
32.699 M1
1.71 0.816
0.990 1.806
30.872 M2
1.60 1.436
0.895 2.331
49.596 M3
1.35 0.872
0.935 1.807
36.140 M4
1.69 1.144
0.855 1.999
46.488 Rata-rata
40.774 Semua subjek melakukan pekerjaan yang relatif sama, akan tetapi terdapat perbedaan respon
fisiologis tiap subjek. Ada faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut di antaranya karakteristik seseorang, kemampuan fisiologis kemampuan cardio-vaskulerjantung dan serat otot serta pengaruh
lingkungan fisik suhu dan kelembaban. Hasil analisis konsumsi energi Total Energy Cost menunjukkan bahwa rata-
rata TEC’ untuk subjek laki-laki adalah 40.774 ± 8.756 kalkg.menit, sedangkan rata-
rata TEC’ subjek perempuan adalah 32.699 ± 3.932 kalkg.menit. Dari nilai tersebut
39 dapat diketahui
bahwa nilai TEC’ laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Artinya, laki-laki lebih banyak mengkonsumsi energi untuk kerja pemetikan teh per satuan waktu dibandingkan subjek
perempuan. Grafik nilai TEC’ rata-rata dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16.
Data TEC’ rata-rata Pada Tabel 10
, terlihat bahwa subjek M2 memiliki TEC’ yang paling tinggi di antara semua subjek.
Sedangkan di antara perempuan, nilai TEC’ terbesar di antara subjek perempuan dimiliki oleh F2 dengan nilai IRHR yang tidak jauh berbeda dan bukan yang tertinggi. Hal tersebut dipengaruhi
oleh perbedaan persamaan daya yang dimiliki masing-masing subjek dari hasil kalibrasi step test.
Subjek F2 memiliki nilai a yang tertinggi, yaitu sebesar 0.668, sehingga berpengaruh terhadap
peningkatan nilai WEC yang kemudian berpengaruh pula pada nilai TEC. Pada subjek laki-laki, nilai
a tertinggi
dimiliki oleh M1 0.854 tapi nilai TEC’ yang dimiliki oleh M1 adalah paling rendah. Hal ini disebabkan oleh nilai IRHR saat kalibrasi step test yang dimiliki M1 adalah sekitar 1.70, hampir
sama dengan IRHR saat aktivitas pemetikan, sehingga menghasilkan nilai WEC yang tidak jauh berbeda dengan step test.
Penyesuaian setiap subjek terhadap suatu pekerjaan memerlukan waktu dan cara yang berbeda- beda. Berdasarkan data yang diperoleh, berat badan setiap subjek berbanding terbalik dengan nilai
IRHR. Jika berat badan subjek tinggi maka nilai IRHR akan menjadi rendah. Sebagai contoh, subjek F4 memiliki berat badan 63 kg tetapi nilai IRHR yang dihasilkan sebesar 1.38. Sebaliknya, subjek F2
yang memiliki berat badan 34.5 kg tetapi nilai IRHR yang dihasilkan sebesar 1.40. Berat badan subjek juga akan mempengaruhi nilai BME dari masing-masing subjek. Nilai BME dan berat badan
berbanding lurus. Lalu, nilai TEC juga secara tidak langsung dipengaruhi oleh berat badan subjek. Semakin besar berat badan subjek maka nilai TEC subjek tersebut akan besar pula, seperti subjek F4.
Meskipun nilai IRHR subjek F4 termasuk kecil namun nilai TEC subjek F4 paling besar dibandingakan subjek lainnya. Hal itu terjadi karena ada pengaruh BME yang dimiliki oleh subjek F4.
Namun, berbeda dengan nilai TEC’ yang merupakan normalisasi dari nilai TEC, nilai TEC’ subjek F4 termasuk rendah. Hal itu menunjukkan bahwa jika berat badan yang besar maka nilai konsumsi energi
per satuan waktu dan berat badan akan kecil, sebaliknya, jika berat badan kecil maka nilai konsumsi energi akan besar.
5 10
15 20
25 30
35 40
45
F M
TE C
rata -r
ata k
al kg.
m e
n it
Jenis Kelamin
TEC rata-rata
40
4.4 PRODUKTIVITAS