Organisasi Pengelola Zakat TINJAUAN PUSTAKA

5.5 Althurism kepekaan sosial Althurism berhubungan dengan keyakinan agama atau kepekaan sosial dalam motivasi membayar zakat. Althurism menurut Batson 2002 adalah motivasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan orang lain. Faktor althurism terdiri dari menunjukkan rasa terima kasih, keberkahan harta, membersihkan kekayaan, rasa bersalah, hak orang miskin, dan membantu orang miskin yang membutuhkan berdasarkan Muda, et al 2006. 5.6 Organisasi Penelitian terhadap faktor yang memengaruhi individu muslim membayar zakat menurut Kamil 2005 terdiri dari persepsi kualitas layanan, paparan pada zakat promosi pengetahuan tentang zakat pada pendapatan dan keimanan kemudian memperhitungkan juga hukum zakat, persepsi tentang penegakan hukum zakat, persepsi tentang keadilan, dan sikap. Studinya menemukan bahwa tiga variabel, persepsi kualitas pelayanan lembaga amil zakat, tingkat pengetahuan zakat, sosialisasi zakat melalui media secara signifikan memiliki hubungan yang positif dengan partisipasi membayar zakat. Hasil dari penelitian Muda, et al 2006 di Malaysia, faktor organisasi merupakan faktor pertama yang memengaruhi invidu dalam berpartisipasi berzakat. Faktor organisasi terdiri dari layanan yang ditawarkan oleh organisasi pengelola zakat, sistem pembayaran memuaskan, fasilitas pembayaran secara online, tersedianya lembaga amil zakat, adanya pengaruh dari iklan zakat, serta nyaman membayar di lembaga amil zakat.

2.4 Organisasi Pengelola Zakat

Islam tidak menempatkan masalah zakat sebagai urusan pribadi, tetapi sebagai salah satu tugas pemerintah Islam. Dalam hubungan ini, Islam menyerahkan wewenang kepada negara untuk memungut dan membagikannya kepada mereka yang berhak. Masalah ini tidak hanya didasarkan pada kemurahan hati individu sebab terdapat sejumlah faktor yang tidak dapat diabaikan oleh syariat : Pertama, hati nurani kebanyakan orang telah mengeras karena kecintaan dunia dan sifat egoistisnya. Bila hak kaum muslimin digantungkan kepada orang- orang yang berwatak seperti itu, kesejahteraan mereka tidak akan terjamin. Kedua, jika kaum miskin mengambil haknya dari pemerintah bukan dari seorang kaya, kehormatan dan martabatnya tetap terpelihara. Ia akan terhindar dari perkataan menyakitkan dari pihak pemberi. Ketiga, apabila pengaturan masalah zakat diserahkan kepada orang banyak, pendistribusiaannya akan kacau. Keempat, pendistribusian zakat bukan hanya terbatas orang miskin dan mereka yang dalam perjalanan. Ada pihak lain yang yang berhak menerima zakat demi kemaslahatan umum, seperti mualaf, mereka yang mempersiapkan kekuatan untuk berjihad di jalan Allah SWT dan mereka melengkapi kebutuhan da’i untuk menyebarkan risalah Islam. Kelima, Islam adalah agama pedoman penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Negara membutuhkan dana untuk menjalankan berbagai fungsinya. Zakat adalah salah satu sumber dana terpenting dan permanen yang dapat mengisi perbendaharaan negara atau baitul mal. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengelolaan zakat melalui organisasi. Organisasi pengelola zakat ini memiliki sistem kerja sendiri. Ia bertugas mengumpulkan dan membagikan zakat kepada beberapa sektor yang sudah dibatasi sesuai tingkat kebutuhan. Qardhawi, 1995 Hafiduddin 1998 pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat terutama yang memiliki kekuatan hukum formal, memiliki beberapa keuntungan : 1. Menjamin kepastian dan disiplin pembayaran zakat. 2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat apabila berhadapan langsung untuk menerima zakat dari para muzzaki. 3. Untuk mencapai efisien dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. 4. Untuk memperlihatkan syiar islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintahan yang islami. 5. Mewujudkan hikmah dan fungsi zakat terutama yang berkaitan dengan kesejahteraaan umat. Landasan hukum pengelolaan zakat di Indonesia berdasarkan pada Undang-Undang No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dikemukakan bahwa pengelolaan zakat bertujuan : 1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai tuntunan agama. 2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial. 3. Meningkatkan hasil guna dan daya zakat. Seseorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat harus memenuhi persyaratan tertentu Qardhawi, 1993 yaitu : a. Beragama Islam. Zakat adalah salah satu urusan utama kaum muslimin yang termasuk rukun Islam karena itu apabila urusan penting kaum muslimin diurus oleh sesama muslim. b. Mukallaf yaitu dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima tanggung jawab mengurus urusan umat. c. Memiliki sifat amanah atau jujur. Sifat ini sangat penting karena berkaitan dengan kepercayaan umat. Artinya para muzzaki akan dengan rela menyerahkan zakat melalui organisasi pengelola zakat jika organisasi tersebut memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan ini diwujudkan dalam bentuk transparansi dalam menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara berkala dan juga ketepatan penyaluran sejalan dengan ketentuan syariah. d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada masyarakat. e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Amanah dan jujur merupakan syarat yang penting namun perlu ditunjang oleh kemampuan melaksanakan tugas. f. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugasnya. Amil zakat yang baik adalah amil zakat yang seluruh waktu kerjanya mengurusi zakat, tidak asal-asalan dan tidak pula sambilan. Karena dapat berdampak pada kinerja amil zakat yakni pasif hanya menunggu kedatangan muzaki membayar zakat atau infaknya. Organisasi Pengelola Zakat harus memiliki persyaratan teknis berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999, antara lain : 1. Berbadan hukum 2. Memiliki data muzzaki dan mustahik 3. Memiliki program kerja yang jelas 4. Memiliki pembukuan yang baik 5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit Persyaratan tersebut mengarah pada kinerja yang profesional dan laporan yang transparan dari setiap lembaga pengelola zakat. Harapannya masyarakat akan semakin bersemangat menyalurkan zakatnya melalui lembaga pengelola. Organisasi Pengelola Zakat OPZ di Indonesia terbagi menjadi 2 jenis yaitu Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat. Badan Amil Zakat merupakan amil zakat yang dibentuk pemerintah dan Lembaga Amil Zakat merupakan amil zakat yang dibentuk oleh swasta. Berikut ini adalah data jumlah organisasi yang terlibat dalam pengelolaan zakat di Indonesia sampai akhir tahun 2009: Tabel 2.1 Organisasi pengelola zakat di Indonesia No Organisasi Jumlah 1 BAZNAS 1 2 BAZDA Provinsi 33 3 BAZDA KabupatenKota 434 4 BAZ Kecamatan 4.800 5 BAZ Kelurahan 24.000 6 LAZNAS 18 7 LAZ Provinsi 16 8 LAZ KabupatenKota 31 9 UPZ 8.680 Total 38.013 Sumber : Forum Organisasi Zakat 2011

2.5 Pengelola Zakat Berbasis Kepanitiaan Musiman Informal